POTENSI AYAM DI KABUPATEN NUNUKAN
Posted byBeternak ayam bagi masyarakat Nunukan bukanlah hal yang baru, baik ayam kampung maupun ayam pedaging, telah dikenal sejak lama oleh kalangan masyarakat. Pada umumnya pemerolehan daging ayam didapatkan dari dua jalur, yaitu jalur lokal dan introdusir dari Tawau Malaysia. Bagi masyarakat Nunukan, memelihara ayam sudah menjadi bagian dari kegiatan keseharian. Baik yang dipelihara secara intensif, seperti ayam pedaging dan petelur, maupun yang dipelihara secara tradisional untuk tujuan komersil atau sekedar hobi. Dalam hal ini perhatian Pemda Nunukan dalam menumbuhkembangkan peternakan ayam di Nunukan cukup besar. Sejak Kabupaten Nunukan terbentuk pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan UU No. 47/1999 hingga saat ini, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan telah mengalokasikan anggaran milyaran rupiah guna menunjang geliat akselerasi peternakan ayam masyarakat. Sejak saat itu pertumbuhan dan perkembangan ayam, baik ayam ras maupun buras, di kabupaten ini semakin menunjukkan hasil yang signifikan. Data statistik tahun 2007 menunjukkan populasi ternak ayam buras menempati urutan pertama yaitu sebesar 85,97 persen atau 198.887 ekor dari total populasi unggas secara umum.
Tingginya animo masyarakat dalam memelihara ayam buras dapat dipahami mengingat bahwa ternak ini merupakan kebutuhan pokok dalam berbagai acara seremonial. Bahwa ayam buras, berikut telurnya, bukan hanya ditujukan untuk pemenuhan konsumsi keluarga dan masyarakat namun juga memiliki makna ritual dalam acara adat dan upacara keagamaan. Hal ini sangat berbeda dengan keberadaan ayam ras pedaging maupun ayam ras petelur, dimana tujuan dari pengadaannya hanya untuk tujuan konsumsi dan pemenuhan gizi masyarakat. Disamping itu bahwa ayam buras, dengan berbagai galurnya, untuk sebagian warga Nunukan dijadikan hobi dan bernilai komersil. Baik dari segi warna bulu, kekuatan dan kekokohannya, menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta ayam buras. Maka dapat dipahami, mengapa ayam buras menempati rating tertinggi dalam hal pemeliharaan unggas di Kabupaten Nunukan.
Disamping ternak ayam buras dan ayam ras pedaging, Nunukan juga berpotensi untuk pengembangan ayam ras petelur. Meski kegiatan ini, dalam skala kecil, telah mulai digalakkan oleh masyarakat namun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan. Ini dapat dilihat dari kecilnya populasi ternak ayam ras petelur, yaitu 0,65 persen, bila dibandingkan dengan peternakan ayam ras pedaging. Budidaya ternak ayam petelur ini menarik untuk diangkat mengingat bahwa secara umum kondisi agroklimat Nunukan sesuai untuk peternakan ayam. Indikasi ini juga diperkuat dengan potensi pasar yang sangat besar di Nunukan dan kecamatan lain yang masih membutuhkan telur dalam jumlah yang relatif besar. Kebutuhan telur bagi pasar Nunukan yang belum mencukupi sepenuhnya, menjadikan pengusaha atau pedagang mengintrodusir telur dari luar Nunukan. Umumnya telur didatangkan dari Sulawesi Selatan, maupun dari Tawau. Wacana ini diharapkan dapat menggugah minat praktisi dan pelaku usaha serta pemerhati masalah peternakan untuk melakukan pengembangan terhadap komoditas ternak ayam ras petelur. Tujuannya adalah menambah pendapatan warga tani dan menunjang gizi masyarakat secara umum serta penghasil devisa bagi daerah melalui pajak perdagangan. Disamping penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat di Nunukan dan sebagai wahana pengembangan investasi sektor veteriner di Kabupaten Nunukan.
Upaya pengembangan peternakan ayam di Nunukan diharapkan akan menghasilkan daging dan telur sebagai sumber protein serta bulu ayam yang dimanfaatkan untuk industri serta eksudat pemotongan sebagai pupuk kandang yang merupakan salah satu sumber pupuk organik. Guna mencapai hal tersebut masih dibutuhkan upaya agar tercipta akselerasi bagi peternakan ayam, mengingat hasil samping dari beternak ayam juga tidak kalah manfaatnya dibandingkan dengan tujuan utama dari peternakan ayam itu sendiri, yaitu produksi telur dan daging. Keberadaan investor maupun pendana dan sumberdaya manusia yang handal sangat urgen untuk menunjang kegiatan ini menjadi komoditas unggulan pada masa yang akan datang. Wacana pengembangannya menjadi penting mengingat eksistensi peternakan ayam diharapkan menjadi penunjang devisa bagi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat umumnya.
Beberapa langkah dapat dilakukan guna menunjang percepatan usaha peternakan ayam di Kabupaten Nunukan, diantaranya adalah: usaha menumbuhkembangkan kelompok tani dan gabungan kelompok tani sebagai basis usaha peternakan perlu digalakkan, sebab institusi tersebut merupakan lembaga yang bersentuhan langsung dengan masyarakat tani. Demikian juga lembaga korporasi dan pelaku usaha lainnya perlu dibina dan diberikan bimbingan teknis serta penyuluhan akan pentingnya kegiatan tersebut dalam menunjang perekonomian daerah. Dukungan atas sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung lainnya perlu dilakukan, juga insentif modal usaha peternakan ayam dan kemudahan dalam pemerolehannya perlu diberikan guna menunjang akselerasi pengembangan peternakan ayam di masa yang akan datang.
Mengoptimalkan peranan penyuluh peternakan sebagai ujung tombak pembangunan peternakan itu sendiri, berupa pendidikan dan latihan bagi para penyuluh peternakan, baik dalam skala lokal maupun regional, di lembaga – lembaga peternakan milik pemerintah atau swasta guna mendukung peningkatan sumberdaya manusia penyuluh peternakan. Studi banding bagi penyuluh dan peternak ayam ke sentra produksi ayam di Indonesia perlu dilakukan sebagai infuls terhadap minat dan atensi pelaku usaha serta pelaku utama dalam melaksanakan kegiatan peternakan ayam di Nunukan. Semoga dengan upaya ini, kegiatan peternakan ayam di Nunukan dapat menjadi salah satu penunjang perekonomian warga tani dan menambah pemasukan devisa bagi Nunukan.
0 comments:
Posting Komentar