RSS Feed

POTENSI AREN SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL DI KABUPATEN NUNUKAN

Posted by Flora Sawita

Kabupaten Nunukan berdiri tahun 1999, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bulungan dengan luas wilayah 14.263,68 Km2 memiliki potensi sumberdaya alam yang tidak terhitung banyaknya. Diantara potensi sumberdaya alam tersebut maka potensi sumberdaya nabati dapat dikatakan sebagai potensi alam yang sangat besar nilainya. Beranekaragam jenis tanaman, baik yang dibudidayakan maupun tumbuh liar di alam, memiliki manfaat yang dapat memperkaya khasanah flora bumi Nunukan. Salah satu dari jenis tanaman tersebut adalah aren yang sering juga diistilahkan dengan enau.
Aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Tanaman ini mirip pohon kelapa, dan terdapat dihampir seluruh wilayah Indonesia. Ciri dari tanaman ini yang paling menyolok adalah batangnya yang tertutup ijuk berwarna hitam dan sangat kuat sehingga pelepah daun yang sudah tua sekalipun sulit diambil dari batangnya. Karena adanya ijuk yang melingkari batang tanaman ini sehingga sering ditumbuhi oleh berbagai jenis paku – pakuan. Semua bagian dari tanaman ini dapat diambil manfatnya, mulai dari akar untuk obat tradisional, batangnya untuk berbagai keperluan peralatan dan bangunan, daun muda/janur yang berguna sebagai pembungkus rokok, hingga buahnya yang dibuat kolang kaling sebagai minuman segar di bulan puasa. Air sadapan aren yang dikenal dengan nama nira digunakan sebagai bahan baku gula merah atau cuka, bahkan dibeberapa daerah biasa dijadikan sebagai minuman khas pada beberapa acara adat. Pati yang terdapat didalam batangnya juga dimanfaatkan untuk berbagai bahan olahan makanan.
Aren termasuk kedalam famili Aracaceae (pinang – pinangan). Batang tidak berduri dan tidak bercabang, tingginya dapat mencapai sekitar 25 meter dengan diameter pohon yang dapat mencapai 65 cm. Tangkai daun aren panjangnya dapat mencapai 1,5 meter, helaian daun panjangnya dapat mencapai 1,45 meter, lebar 7 cm dan pada bagian bawah daun ada lapisan lilin. Tanaman ini tidak membutuhkan syarat tumbuh yang spesifik, namun pada umumnya tumbuh dengan baik didaerah
dan beriklim tropis. Itu sebabnya maka tanaman ini dapat dengan mudah dijumpai diberbagai daerah di Nusantara, bahkan di kawasan Asia Tenggara. Tanaman aren yang dijadikan bahan pembahasan dalam topik ini adalah Arenge pinata yang dalam bahasa sehari – hari dikenal dengan nama aren atau enau.
Bagi masyarakat Nunukan, aren atau enau adalah jenis tanaman yang sudah dikenal sejak lama. Umumnya tanaman ini diintrodusir dari luar Nunukan, yang dibawa oleh pendatang dari Sulawesi. Di daerah asalnya sendiri, pada umumnya di Sulawesi Selatan, masyarakat telah membudidayakan enau sejak lama. Tetapi di Nunukan, enau tidak dibudidayakan secara khusus meski mereka tetap menanam tanaman tersebut. Tidak ada perlakuan kultur teknis terhadap tanaman ini, namun tetap dirawat dan dijaga dengan tujuan untuk diambil nira-nya sebagai bahan baku pembuatan gula merah, cuka, tuak atau ijuknya sebagai bahan pembuatan sapu ijuk.
Seiring dengan perkembangan zaman maka dewasa ini posisi enau sebagai tanaman pelengkap di kebun mulai bergeser menjadi tanaman utama penghasil biofuel. Wacana ini lebih berkembang lagi seiring dengan semakin maraknya issu global yang menyatakan semakin devisitnya cadangan minyak bumi yang selama ini digunakan sebagai bahan baku BBM. Menyikapi hal ini maka Presiden Republik Indonesia menetapkan kebijakan energi yang dicanangkan dalam suatu Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006 yang menempatkan Energi Alternatif, khususnya bahan bakar nabati (BBN/Biofuel) sebagai suatu instrumen penting dalam perencanaan dan pengembangan energi nasional. Langkah ini merupakan salah satu bentuk kesadaran nasional bahwa akan ada suatu masa dimana energi nasional yang selama ini bergantung kepada bahan bakar fosil akan mengalami degradasi dan akhirnya akan sangat bergantung kepada negara lain. Ketergantungan kepada negara lain, sekecil apapun, akan menjadikan negara kita berada dalam keadaan dilema politis, dan itu yang sangat tidak dikehendaki.
Selain aren, beberapa tanaman lain juga dapat berfungsi sebagai bahan bakar nabati, misalnya : jagung, sorgum, ubi kayu, tebu dan lain sebagainya. Pembahasan mengenai aren ini menjadi menarik untuk diperbincangkan mengingat tanaman ini sudah dikenal lama dan hanya diketahui pemanfaatannya sebagai penghasil minuman, gula merah, dan kolang – kaling. Para petani Nunukan belum memahami manfaat lain dari aren, yang apabila dikembangkan secara intensif akan memberikan penghasilan surplus bagi kesejahteraan mereka. Pengelolaan aren ini akan lebih survive bila didukung dengan sumberdaya yang memadai dan modal usaha serta sarana yang menunjang pengolahan nira menjadi bioethanol sebagai bahan baku biofuel. Bioethanol adalah ethanol (turunan Alkohol) dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti singkong, jagung, nira serta tebu. Dalam dunia industri, pada umumnya ethanol digunakan sebagai bahan baku industri turunan (derivat) alkohol, campuran untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku farmasi dan kosmetika.
Menjadikan tanaman enau sebagai komoditas unggulan penghasil devisa bagi Nunukan, setidaknya menciptakan kemandirian ditengah masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan berupa penciptaan lapangan kerja. Suatu hal yang akhir-akhir ini terasa sangat besar sekali manfaatnya bagi upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal yang perlu diketahui bahwa basis utama kemandirian energi nabati adalah sektor pertanian (pangan dan perkebunan) yang berpotensi untuk menciptakan masyarakat yang mandiri. Jika masyarakat pedesaan secara intens diarahkan untuk mengelolah sektor pertanian maka hasilnya akan sangat signifikan. Tidak saja tercipta lapangan kerja namun lebih dari itu akan memberikan nilai tambah (surplus) bagi perekonomian masyarakat. Masyarakat yang hanya semata menanam aren untuk tujuan konsumtif, misalnya, memiliki tingkat pendapatan dan etos kerja yang berbeda dengan warga yang menanam enau untuk memenuhi kebutuhan pabrik bioethanol. Masyarakat yang menanam enau untuk tujuan konsumtif sangat bergantung kepada pasar yang sifatnya fluktuatif. Tetapi bagi petani enau yang berusahatani untuk memenuhi kebutuhan bioethanol maka harga relatif stabil. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan energi bahan bakar nabati yang senantiasa stabil bahkan cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya, yang berhubung an dengan kegiatan ini, adalah terciptanya desa mandiri energi. Wahana yang ditujukan untuk menekan ketergantungan warga masyarakat terhadap bahan bakar minyak yang kian hari kian sulit untuk dipenuhi. Disamping perolehannya yang terbatas, harganya juga seringkali relatif mahal bagi sebagian rumah tangga tani. gagasan pokok terbentuknya Desa Mandiri Energi
adalah melibatkan sebanyak mungkin partisipasi banyak pihak, terutama rakyat, dalam memproduksi bahan bakar nabati. Dalam wacana besar pembangunan, modus ini dikenal dengan nama pembangunan yang berprinsip pada partisipasi rakyat banyak. Pembangunan yang berprinsip pada rakyat banyak, yang lebih dikenal dengan istilah pembangunan partisipatif, sebenarnya sudah cukup lama ada dalam khazanah pemberdayaan masyarakat. Bahkan salah satu metode partisipasi yang ada di dunia pertanian seperti PRA (Participatory Rural Appraisal) juga sudah lama dikenal oleh para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Intinya adalah bahwa konsep ini mengedepankan subyek prioritas pembangunan, yakni kalangan yang selama ini dimarginalkan yaitu masyarakat miskin yang umumnya hidup di pedesaan.
Masalahnya kemudian karena penanganan usahatani komoditas aren/enau ini masih bersifat tradisional dan relatif belum mengarah kepada intensifikasi. Padahal lebih dari sekedar bahan konsumtif, sagu aren juga merupakan penguat jaring ketahanan pangan dan bahan baku utama industri bioethanol. Jika komoditi ini dikelolah secara lebih intensif maka bukan saja surplus pendapatan masyarakat yang bertambah, tetapi juga pola hidup sosial akan berubah. Mereka akan cenderung bertahan di daerahnya masing-masing tanpa harus berpikir untuk hijrah ke kota mencari pekerjaan. Introdusir pabrik bioethanol ke tengah mereka juga setidaknya akan menciptakan keterampilan baru bagi masyarakat (inovasi), dan mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar konvensional yang selama ini mereka ketahui.

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News Africa AGRIBISNIS Agriculture Business Agriculture Land APINDO Argentina Australia Bangladesh benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita riau terkini Berita Riau Today Berita Tempo bibit sawit unggul Biodiesel biofuel biogas budidaya sawit Bursa Malaysia Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn corporation Cotton CPO Tender Summary Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja Malaysia Meat MPOB News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis Pakistan palm oil Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit pembelian benih sawit Penawaran menarik PENGUPAHAN perburuhan PERDA pertanian Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI Rice RSPO SAWIT Serba-serbi South America soybean Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight Ukraine umum USA Usaha benih varietas unggul Vietnam Wheat