POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN NUNUKAN
Posted byKabupaten Nunukan memiliki luas wilayah 14.118,65 Km2 dengan garis panjang pantai sekitar 314.592 Km dan luas perairan 304.867 hektar. Dengan panjang garis pantai sedemikian ditambah luas perairannya memungkinkan bagi Nunukan untuk memiliki potensi yang sangat besar bagi sektor perikanan dan kelautan. Menilik dari hal tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa sumber daya kelautan Nunukan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah, diantara nya untuk meningkatkan penerimaan devisa, penciptaan lapangan kerja, dan pendapatan penduduk. Hal ini disebabkan karena sumber daya kelautan tersebut mempunyai keunggulan komparatif sebab tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan dengan biaya eksploitasi yang relatif murah sehingga mampu menciptakan kapasitas penawaran yang kompetitif. Di sisi lain, kebutuhan pasar sangat besar karena kecenderungan permintaan pasar global yang terus meningkat. Untuk memenuhi hal tersebut maka akselerasi pembangunan kelautan di Nunukan merupakan suatu hal yang sangat penting artinya.
Kabupaten Nunukan adalah salah satu daerah potensial dalam hal sumberdaya kelautan yang berada di bagian utara Kalimantan Timur. Dengan potensi yang dimilikinya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani dan nelayan maupun praktisi aquaculture untuk membuka usaha budidaya perairan, khususnya pengembangan rumput laut (sea weeds). Beberapa wilayah Kabupaten Nunukan telah dikembangkan budidaya rumput laut, yang pada umumnya didominasi oleh daerah pesisir sepanjang pulau Nunukan dan Sebatik. Di Kecamatan Nunukan, daerah yang paling dominan mengembangkan komoditas ini adalah wilayah Kecamatan Nunukan Selatan, disamping sebagian kecil di pulau – pulau kecil sekitar Nunukan, seperti Tinabasan dan Sekapal.
Budidaya rumput laut ini menarik minat para petani – nelayan di Nunukan mengingat pangsa pasarnya yang luas. Segmen pasarnya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, tetapi juga merambah hingga indutri farmasi dan kosmetika, memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, dan men jaga kelestarian sumberdaya hayati perairan. Maka untuk mencapai produksi maksimal diperlu kan beberapa faktor pendukung, diantaranya pemakaian bibit rumput laut yang bermutu, teknik budidaya yang intensif, penanganan pasca panen yang tepat dan kelancaran produksi.
Dewasa ini pengembangan budidaya rumput laut di Nunukan dapat dikatakan belum optimal. Faktor penyebabnya antara lain penanganan teknis budidaya dan pasca panen yang kurang baik, serangan penyakit, adanya hama berupa beberapa jenis ikan yang memakan rumput laut di pem budidayaan, dan modal usaha yang terbatas. Padahal jika menilik dari prospek pemasaran rumput laut di Nunukan, dapat dikatakan cukup cerah. Ini diindikasikan dengan banyaknya pedagang pengumpul komoditas rumput laut, disamping beberapa pedagang luar yang masuk ke Nunukan untuk membeli rumput laut. Pedagang dari Tarakan dan Bulungan, bahkan dari Surabaya dan Tawau mencari stok produksi rumput laut.
Disamping kendala lain yang dihadapi dalam industrialisasi rumput laut adalah masalah penyuluh dan ketersediaan bibit yang berkualitas. Dengan tidak adanya penyuluh yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam budidaya rumput laut, maka para pembudidaya rumput laut bisa salah menangani produk rumput laut, sehingga bercampur pasir, atau memanen hasil lebih awal dari yang seharusnya. Disamping itu penyuluh juga diharapkan dapat menjadi penghubung antara produsen dengan pembeli atau pemodal.
Bibit rumput laut juga memang menjadi masalah kunci dalam pengembangan rumput laut. Bibit yang kurang berkualitas menghasilkan rumput laut yang berkadar keraginan lebih rendah. Petani pembudidaya rumput laut Kabupaten Nunukan umumnya tidak mengetahui bibit rumput laut berkualitas, untuk dimanfaatkan produksi. Bibit yang digunakan adalah sisa hasil panen sebelumnya, yang seringkali berasal dari parental yang kurang baik kualitasnya.
Kondisi ini tentunya merupakan peluang sekaligus tantangan kedepan dalam upaya meningkat kan pemanfaatan lahan dan peningkatan kapasitas produksi. Penaganan optimalisasi pasca produksi rumput laut dapat dilakukan bila investor atau perbankan bersedia menanamkan modalnya untuk menaganani produksi dan pasca produksi rumput laut di Nunukan. Saat ini hasil produksi rumput laut masih dipasarkan dalam bentuk gelondongan sehingga posisi tawar masih rendah. Demikian juga kegiatan pembudidayaan rumput laut yang digalakkan oleh kelompok – kelompok nelayan masih membutuhkan penataan. Penataan meliputi kelembagaan kelompok, lembaga penunjang maupun pola rantai distribusi pasar. Kendala minimnya pengetahuan akan teknis budidaya maupun kapasitas produksi dapat diantisipasi melalui penerapan sentraliasai kawasan secara terintegrasi atau yang lebih dikenal dengan system kluster. Dalam hal ini langkah awal yang perlu dilakukan pihak pemerintah daerah adalah melakukan kajian terhadap indikator pendukung pola pengembangan, untuk kemudian dilakukan pemetaan terhadap unit - unit usaha pendukung budidaya rumput laut yang berpotensi untuk dikembangkan di Nunukan.
Insentif permodalan guna menunjang akselerasi kegiatan usahatani rumput laut juga penting artinya, mengingat bahwa pada umumnya petani rumput laut memiliki keterbatasan permodalan. Demikian juga pasar bagi tujuan akhir suatu produk menjadi urgen sifatnya dalam menentukan keberlangsungan kegiatan usahatani rumput laut. Dibutuhkan investor atau pemodal yang mampu menyerap hasil produksi rumput laut dengan harga yang kompetitif. Potensi ini hanya dapat berkembang jika didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu perlunya sumberdaya manusia yang handal untuk melakukan pembinaan teknis kepada para petani – nelayan dan bantuan lunak bagi petani/nelayan melalui kredit UKM.
0 comments:
Posting Komentar