Prof Endang Gumbira Sa’id, Obsesi Memajukan Sawit Indonesia
Posted by Labels: Berita, Info Sawit, profile, SAWIT, tokoh
Prof Dr Ir Endang Gumbira Sa’id MADev yang menghabiskan masa kecil di Subang, Jawa Barat, ini sudah terbiasa dengan rantai nilai komoditas pertanian, seperti tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kelapa sawit sebagai anugerah besar bangsa Indonesia merupakan tanaman terpenting bagi peradaban dunia.
Prof Egum, demikian sapaan akrab Prof Dr Ir Endang Gumbira Sa’id MADev, berasal dari keluarga sederhana di daerah Subang, Jawa Barat. Semasa kecil, dia mendapatkan pendidikan langsung dari ayah tercinta, yang kala itu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Usai bekerja, sang ayahanda kerap mengajak Prof Egum ke ladang atau sawah milik keluarga untuk bekerja menggarap lahan.
Sejak masih Sekolah Dasar (SD), Egum kecil sudah membantu keluarga menggembala domba di lapangan sepakbola dekat rumah. Bahkan, di pekarangan rumah, keluarga Egum punya “kebun binatang” mini yang terdapat ayam kampung, ayam kate, ayam hutan, burung merak, burung kutilang, kelinci, bebek, serta ayam kalkun. Rutinitas yang dilakukan setiap hari, yakni memberi makan dan minum hewan peliharaan, lalu membersihkan kandang.
Lantaran terbiasa dengan hewan peliharaan, Egum sejak kecil sudah jatuh hati pada dunia pertanian. Bahkan, pengalaman yang pernah diserap semasa duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yakni berkemah di kebun teh dan mengunjungi pabrik pengolahan teh di Ciater, Subang, kian mempertebal rasa cintanya pada dunia pertanian.
Dengan mata telanjang, dia menyaksikan transformasi daun teh menjadi produk konsumsi yang segar dan menyehatkan. Pengalaman itu memompa semangat kuat bagi dirinya, untuk menekuni ilmu pendidikan jurusan teknologi hasil pertanian. Dengan semangat pantang menyerah, Egum menjalani pendidikan akademik Strata 1 hingga Strata 3 dengan spesialisasi jurusan teknologi hasil pertanian. “Pengalaman berkunjung ke pabrik pengolahan teh kala itu, benar-benar menjadi pengalaman batin yang sangat berkesan hingga sekarang,” tuturnya kepada InfoSAWIT.
Bahkan, berkat kepandaian dan ketekunannya, pada 1999 Egum diangkat menjadi Guru Besar Teknologi Industri Pertanian (TIP) yang pertama di Indonesia. IPB merupakan kampus pertama yang memiliki jurusan TIP sejak 1984. Hingga dewasa ini jurusan TIP, IPB sudah memiliki beberapa Guru besar lainnya. “Menjadi Guru Besar jurusan TIP pertama di Indonesia, merupakan bentuk penghargaan yang sangat besar artinya,” kata dia.
Ketekunan dan kerja keras tanpa pamrih yang dilakoni Prof Egum sejak dahulu, menjadi pelajaran berharga bagi generasi penerus sekarang. Pasalnya, tidak mudah menekuni satu bidang jurusan tanpa kenal lelah demi kemajuan dunia yang ditekuninya.
Bukti Keunggulan Minyak Sawit
Belajar dari ilmuan senior dan sang mentor, Prof Tien R Muchtadi, Egum mengenal dunia kelapa sawit dan menekuni lebih dalam tentang pemanfaatannya. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang agro industriawan, ketika diajak bergabung ke Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia (MAKSI) tahun 2011 oleh Prof Tien, dia langsung terlibat aktif dalam setiap kegiatan organisasi ini.
Menurut Prof Egum, kelapa sawit merupakan tanaman terpenting bagi peradaban dunia. Walaupun berasal dari Benua Afrika, namun kelapa sawit sangat memberikan berkah bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia. Pasalnya, berawal dari kelapa sawit, mampu menghasilkan beragam produk pangan, pakan, farmasi, kosmetik, bahan bangunan, energi dan sebagainya. “Kelapa sawit merupakan sumber kehidupan bagi produk-produk konsumsi yang menyehatkan,” ujarnya.
Meskipun kelapa sawit kerapkali kalah dibandingkan bahan pangan pokok, seperti padi, jagung, gandum atau ubi kayu, tetapi secara kegunaan yang komprehensif justru minyak sawit sebagai pemenang.
Minyak sawit sebagai pemasok terbesar kebutuhan minyak nabati dunia, merupakan gambaran jelas bagi keunggulannya terhadap minyak nabati lainnya. Pasalnya, keberadaan minyak sawit berasal dari pohon kelapa sawit yang memiliki produktivitas tertinggi dan paling efisien menggunakan lahan di dunia, bila dibandingkan tanaman kedelai, kanola, bunga matahari, dan rapak.
Maka itu, minyak sawit mengalami tudingan yang tidak berdasar, karena pengembangan industri kelapa sawit akan mengancam kemapanan sumber-sumber minyak nabati dan produk lainnya, terutama di benua Eropa dan Amerika. Lebih jauh minyak sawit sangat kompatibel dengan teknologi produksi dan pengembangan produk-produk modern yang berbasis penemuan ilmiah. “Minyak sawit memiliki prospek yang sangat cerah di masa depan,” katanya, bersemangat.
Tantangan global pengembangan industri kelapa sawit Indonesia ke depan, menurut Prof Egum, terletak pada isu perusakan dan penggundulan hutan serta rusaknya ekosistem hutan yang menghilangkan keanekaragaman hayati. Berikutnya, tuduhan penggunaan lahan gambut yang dalam, dengan alasan melepaskan emisi karbon ke udara sebagai pemicu pemanasan global.
http://www.infosawit.com/index.php?option=com_content&view=article&id=142:prof-endang-gumbira-said-obsesi-memajukan-sawit-indonesia&catid=46:profil
Prof Egum, demikian sapaan akrab Prof Dr Ir Endang Gumbira Sa’id MADev, berasal dari keluarga sederhana di daerah Subang, Jawa Barat. Semasa kecil, dia mendapatkan pendidikan langsung dari ayah tercinta, yang kala itu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Usai bekerja, sang ayahanda kerap mengajak Prof Egum ke ladang atau sawah milik keluarga untuk bekerja menggarap lahan.
Sejak masih Sekolah Dasar (SD), Egum kecil sudah membantu keluarga menggembala domba di lapangan sepakbola dekat rumah. Bahkan, di pekarangan rumah, keluarga Egum punya “kebun binatang” mini yang terdapat ayam kampung, ayam kate, ayam hutan, burung merak, burung kutilang, kelinci, bebek, serta ayam kalkun. Rutinitas yang dilakukan setiap hari, yakni memberi makan dan minum hewan peliharaan, lalu membersihkan kandang.
Lantaran terbiasa dengan hewan peliharaan, Egum sejak kecil sudah jatuh hati pada dunia pertanian. Bahkan, pengalaman yang pernah diserap semasa duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), yakni berkemah di kebun teh dan mengunjungi pabrik pengolahan teh di Ciater, Subang, kian mempertebal rasa cintanya pada dunia pertanian.
Dengan mata telanjang, dia menyaksikan transformasi daun teh menjadi produk konsumsi yang segar dan menyehatkan. Pengalaman itu memompa semangat kuat bagi dirinya, untuk menekuni ilmu pendidikan jurusan teknologi hasil pertanian. Dengan semangat pantang menyerah, Egum menjalani pendidikan akademik Strata 1 hingga Strata 3 dengan spesialisasi jurusan teknologi hasil pertanian. “Pengalaman berkunjung ke pabrik pengolahan teh kala itu, benar-benar menjadi pengalaman batin yang sangat berkesan hingga sekarang,” tuturnya kepada InfoSAWIT.
Bahkan, berkat kepandaian dan ketekunannya, pada 1999 Egum diangkat menjadi Guru Besar Teknologi Industri Pertanian (TIP) yang pertama di Indonesia. IPB merupakan kampus pertama yang memiliki jurusan TIP sejak 1984. Hingga dewasa ini jurusan TIP, IPB sudah memiliki beberapa Guru besar lainnya. “Menjadi Guru Besar jurusan TIP pertama di Indonesia, merupakan bentuk penghargaan yang sangat besar artinya,” kata dia.
Ketekunan dan kerja keras tanpa pamrih yang dilakoni Prof Egum sejak dahulu, menjadi pelajaran berharga bagi generasi penerus sekarang. Pasalnya, tidak mudah menekuni satu bidang jurusan tanpa kenal lelah demi kemajuan dunia yang ditekuninya.
Bukti Keunggulan Minyak Sawit
Belajar dari ilmuan senior dan sang mentor, Prof Tien R Muchtadi, Egum mengenal dunia kelapa sawit dan menekuni lebih dalam tentang pemanfaatannya. Berdasarkan pengalamannya sebagai seorang agro industriawan, ketika diajak bergabung ke Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia (MAKSI) tahun 2011 oleh Prof Tien, dia langsung terlibat aktif dalam setiap kegiatan organisasi ini.
Menurut Prof Egum, kelapa sawit merupakan tanaman terpenting bagi peradaban dunia. Walaupun berasal dari Benua Afrika, namun kelapa sawit sangat memberikan berkah bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan dunia. Pasalnya, berawal dari kelapa sawit, mampu menghasilkan beragam produk pangan, pakan, farmasi, kosmetik, bahan bangunan, energi dan sebagainya. “Kelapa sawit merupakan sumber kehidupan bagi produk-produk konsumsi yang menyehatkan,” ujarnya.
Meskipun kelapa sawit kerapkali kalah dibandingkan bahan pangan pokok, seperti padi, jagung, gandum atau ubi kayu, tetapi secara kegunaan yang komprehensif justru minyak sawit sebagai pemenang.
Minyak sawit sebagai pemasok terbesar kebutuhan minyak nabati dunia, merupakan gambaran jelas bagi keunggulannya terhadap minyak nabati lainnya. Pasalnya, keberadaan minyak sawit berasal dari pohon kelapa sawit yang memiliki produktivitas tertinggi dan paling efisien menggunakan lahan di dunia, bila dibandingkan tanaman kedelai, kanola, bunga matahari, dan rapak.
Maka itu, minyak sawit mengalami tudingan yang tidak berdasar, karena pengembangan industri kelapa sawit akan mengancam kemapanan sumber-sumber minyak nabati dan produk lainnya, terutama di benua Eropa dan Amerika. Lebih jauh minyak sawit sangat kompatibel dengan teknologi produksi dan pengembangan produk-produk modern yang berbasis penemuan ilmiah. “Minyak sawit memiliki prospek yang sangat cerah di masa depan,” katanya, bersemangat.
Tantangan global pengembangan industri kelapa sawit Indonesia ke depan, menurut Prof Egum, terletak pada isu perusakan dan penggundulan hutan serta rusaknya ekosistem hutan yang menghilangkan keanekaragaman hayati. Berikutnya, tuduhan penggunaan lahan gambut yang dalam, dengan alasan melepaskan emisi karbon ke udara sebagai pemicu pemanasan global.
http://www.infosawit.com/index.php?option=com_content&view=article&id=142:prof-endang-gumbira-said-obsesi-memajukan-sawit-indonesia&catid=46:profil
0 comments:
Posting Komentar