Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Nabati / CPO
Posted by Labels: Biodiesel, biofuel, biofuel production, diesel![]() |
| Biodiesel |
Andi Nur Alamsyah (2006) menjelaskan, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati disebut transesterifikasi (trans ? ester ? ifikasi). Transeterifikasi merupakan perubahan bentuk dari satu jenis ester menjadi bentuk ester yang lain.
Dalam proses transesterifikasi diperlukan katalis untuk mempercepat proses. Lemigas sendiri, menurut Evita Legowo, menggunakan methanol dengan NaOH sebagai katalisnya. Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan ke dalam reaktor yang berisi CPO, lalu diaduk sesuai dengan kondisi operasi yang diinginkan.
Kepada WePe Arman Siswandi dari Pemasaran dan Niaga Pertamina mencoba membantuk menjelaskan soal ini. Menurutnya biodiesel itu bisa dari crude palm oil (CPO) atau dari jarak pagar. Tapi apapun yang digunakan harus sudah melalui proses transesterifikasi. Untuk mempercepat reaksinya digunakan katalis methanol dan ethanol. Dalam produk hasil transesterifikasi sendiri, kedua unsur katalis itu (methanol dan ethanol) tidak keluar, semata-mata sebagai katalis saja, untuk mempercepat proses transesterifikasi.
Arman yang didampingi Yohan Soelaiman dari PT Esterindo, perusahaan yang menjadi rekanan dalam proyek pembuatan biodiesel Pertamina, menjelaskan, biji kelapa sawit diperas dan disaring menghasilkan CPO.
Dari CPO proses berikutnya bisa digunakan untuk minyak goreng, yaitu melalui pemurnian terlebih dulu. Karena warna asli CPO itu gelap sekali. Sedangkan untuk menjadi bahan bakar, CPO akan diproses lebih lanjut dalam proses transesterifikasi.
Dijelaskan oleh Arman, sebenarnya dari CPO akan keluar dua jenis unsur, yaitu 20 persen tearin dan 80 persen olein. Unsur olein direaksikan dalam proses transesterifikasi menggunakan katalis ethanol dan methanol untuk mempercepat reaksi sehingga didapatkan FAME (fatty acid methyl ester). Transesterifikasi antara minyak nabati dan ethanol menggunakan katalis basa NaOH atau KOH.
Dari proses transesterifikasi itu sebenarnya keluar juga gliserin. Tapi gliserin ini tidak bisa dipakai untuk bahan bakar, kecuali untuk kosmetik dan sabun. Unsur FAME yang digunakan sebagai bahan bakar.
Dari hasil proses transesterifikasi keluar unsure FAME yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel.
Yang dikembangkan dan dijual Pertamina saat ini adalah biodiesel jenis B-5, yang berarti formulasi 5 persen FAME dan 95 persen solar murni. Unsur-unsur FAME dan solar murni di-blending dengan metode blending flash. Prosesnya cepat, sehingga begitu di-blending langsung bercampur.
Setelah dicampur begitu, masuk ke inland blending, lalu masuk ke isso tank. ?Di situ bercampur sendiri,? jelas Arman.
Dari situ langsung dibawa ke lokasi penjualan. Di lokasi ini disiapkan pompa dan metering-nya. Proses pencampuran antara solar murni dan FAME itu menurut Arman berlangsung hanya sekitar 10 menit.
KEYAKINAN INSINYUR JERMAN
Tim Lemigas, Balitbang Departemen ESDM, menjelaskan bahwa minyak nabati merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan baik sebagai pengganti maupun subsitusi bahan bakar diesel.
Sebagai bahan bakar pengganti, diharapkan minyak nabati dapat menggantikan pemakaian bahan bakar diesel fosil. Dan sebagai substitusi bahan bakar diesel diharapkan minyak nabati dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan bakar diesel fosil.
Minyak nabati sebagai bahan bakar diesel menurut jenisnya dapat dibagi atas:
1. Crude vegetable oil (CVO), yaitu minyak nabati mentah hasil pemerasan atau ekstraksi buah atau biji nabati yangh telah melalui proses penyaringan dan pembersihan.
2. Refined vegetable oil (RVO), yaitu hasil pemurnian dari CVO.
3. Methyl/ethyl ester vegetable oil yaitu hasil transesterifikasi dari VCO atau RVO.
Dalam pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar diesel dapat dilakukan melalui beberapa pilihan atau alternatif, antara lain:
1. Bisa saja CVO murni.
2. Campuran CVO dengan bahan bakar diesel fosil.
3. RVO murni.
4. Campuran RVO dengan bahan bakar diesel fosil.
5. Methyl/Ethyl ester vegetable oil murni.
6. Campuran Methyl/Ethyl ester vegetable oil dengan bahan bakar diesel fosil.
Terjadinya krisis minyak bumi tahun 1973 menimbulkan kembali perhatian pada pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar diesel. Padahal pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar diesel sudah dikembangkan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel (1859?1913) yang menciptakan motor diesel. Waktu itu, tahun 1910, Rodolf Diesel menggunakan minyak kacang tanah sebagai bahan bakar untuk menjalankan mesinnya pada suatu pameran Pekan Raya Dunia di Paris.
Namun dengan tersedianya bahan bakar fosil yang melimpah, maka penelitian dan pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar diesel ditinggalkan orang. Sebagai inovator insinyur dari Jerman itu yakin bahwa minyak nabati akan kembali digunakan orang pada saatnya.
Karl Diesel bilang begini: Der Gebrauch von Pflanzenol als Krafstoff mag heut Unbedeutend sein. Aber derartige Produkte konnen im Laufe der Zeit ebenzo wiching warden wie Petroleum und Diese Kohle-Teer-Produkte von heute (Pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar untuk saat ini sepertinya tidak berarti, tetapi pada saatnya nanti akan menjadi penting, sebagaimana penggunaan minyak bumid an produk tir batubara pada saat ini).
Dan pada saat ini ? atau 96 tahun setelah kalimat itu diucapkan ? apa yang diyakini Karl Diesel terbukti. Orang heboh melakukan pengembangan bahan bakar nabati. Berbagai penelitian telah dilakukan secara intensif oleh berbagai lembaga riset dari berbagai penjuru dunia dengan menggunakan konsep baru.
sumber : web pertamina
http://www.pertamina.com/index.php/detail/view/pertamina-news_/25/mengenal-biodiesel-crude-palm-oil


1 comments:
materinya bermanfaat
http://asong091294.blogspot.com/
Posting Komentar