Jakarta – Pemerintah bertekad meningkatkan nilai tambah (value added) produk kelapa sawit dengan mencanangkan strategi hilirisasi industri.
Ke depan ekspor produk sawit 60% akan berupa produk jadi dan hanya 40% berupa minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO).“Strategi ke depan adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah dari bahan mentah yang dimiliki. Meningkatkan value added berarti meningkatkan daya saing,”ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di sela-sela acara peresmian pabrik pengolahan CPO milik PT SMART di Marunda, Jakarta Utara,kemarin.
Untuk mendorong hilirisasi industri kelapa sawit, lanjut Hatta,pemerintah akan mengkaji insentif dan disinsentif yang dibutuhkan. Saat ini 60–65% dari total produksi langsung diekspor ke luar negeri berupa CPO.Ke depan,pola itu akan dibalik menjadi hanya 40% saja dari total produksi CPO Indonesia yang diekspor dan sebagian besar akan dikembangkan menjadi produk olahan.
Menurut dia,ke depan Indonesia tidak hanya mengembangkan kemampuan menyuplai kebutuhan produk berbasis minyak sawit untuk dalam negeri, tapi juga menargetkan dapat menjadi penyuplai untuk kawasan Asia. MenurutHatta,Departemen PertanianAmerika Serikat (AS) memperkirakan pada tahun ini Indonesia akan memproduksi CPO 25,4 juta ton,naik dari produksi tahun sebelumnya, 23,6 juta ton.
Mereka juga memperkirakan ekspor CPO Indonesia akan mencapai angka 19,35 juta ton. “Ini membuktikan bahwa Indonesia bagian dari suplai pangan dunia,”tuturnya. Strategi hilirisasi, lanjut Hatta, akan diterapkan di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Untuk membangkitkan hilirisasi industri sawit, dibutuhkan efisiensi lahan, agar dari 7 juta hektare lahan kelapa sawit yang ada saat ini, produksi per hektarenya dapat digenjot menjadi 5-6 juta ton.
Dalam kesempatan yang sama Komisaris Utama SMART Franky O Widjaja mengatakan, landasan untuk mengembangkan industri hilir adalah iklim investasi yang kondusif. Berbagai hambatan usaha pun harus dihilangkan. SMART mendukung upaya pemerintah mendorong hilirisasi industri kelapa sawit.
Hal itu antara lain diwujudkan dalam pengembangan pabriknya di Marunda, Center Internasional Warehouse & Industrial Estate, yang mampu memproduksi 168.000 ton minyak goreng dan 112.000 ton margarin per tahun. Pabrik ini merupakan bagian awal dari rencana investasi SMART senilai Rp2,3 triliun hingga 2013.
Sumber: Seputar-indonesia.com, 31 Maret 2011
Ke depan ekspor produk sawit 60% akan berupa produk jadi dan hanya 40% berupa minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO).“Strategi ke depan adalah bagaimana meningkatkan nilai tambah dari bahan mentah yang dimiliki. Meningkatkan value added berarti meningkatkan daya saing,”ujar Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di sela-sela acara peresmian pabrik pengolahan CPO milik PT SMART di Marunda, Jakarta Utara,kemarin.
Untuk mendorong hilirisasi industri kelapa sawit, lanjut Hatta,pemerintah akan mengkaji insentif dan disinsentif yang dibutuhkan. Saat ini 60–65% dari total produksi langsung diekspor ke luar negeri berupa CPO.Ke depan,pola itu akan dibalik menjadi hanya 40% saja dari total produksi CPO Indonesia yang diekspor dan sebagian besar akan dikembangkan menjadi produk olahan.
Menurut dia,ke depan Indonesia tidak hanya mengembangkan kemampuan menyuplai kebutuhan produk berbasis minyak sawit untuk dalam negeri, tapi juga menargetkan dapat menjadi penyuplai untuk kawasan Asia. MenurutHatta,Departemen PertanianAmerika Serikat (AS) memperkirakan pada tahun ini Indonesia akan memproduksi CPO 25,4 juta ton,naik dari produksi tahun sebelumnya, 23,6 juta ton.
Mereka juga memperkirakan ekspor CPO Indonesia akan mencapai angka 19,35 juta ton. “Ini membuktikan bahwa Indonesia bagian dari suplai pangan dunia,”tuturnya. Strategi hilirisasi, lanjut Hatta, akan diterapkan di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Untuk membangkitkan hilirisasi industri sawit, dibutuhkan efisiensi lahan, agar dari 7 juta hektare lahan kelapa sawit yang ada saat ini, produksi per hektarenya dapat digenjot menjadi 5-6 juta ton.
Dalam kesempatan yang sama Komisaris Utama SMART Franky O Widjaja mengatakan, landasan untuk mengembangkan industri hilir adalah iklim investasi yang kondusif. Berbagai hambatan usaha pun harus dihilangkan. SMART mendukung upaya pemerintah mendorong hilirisasi industri kelapa sawit.
Hal itu antara lain diwujudkan dalam pengembangan pabriknya di Marunda, Center Internasional Warehouse & Industrial Estate, yang mampu memproduksi 168.000 ton minyak goreng dan 112.000 ton margarin per tahun. Pabrik ini merupakan bagian awal dari rencana investasi SMART senilai Rp2,3 triliun hingga 2013.
Sumber: Seputar-indonesia.com, 31 Maret 2011
0 comments:
Posting Komentar