RSS Feed

PENGENDALIAN HAMA WERENG

Posted by Flora Sawita

Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang berukuran kecil. Tonggeret pernah digolongkan sebagai wereng (dibawah subordo Auchenorrhyncha) namun sekarang telah dipisah secara taksonomi. Karena eksklusif hidup dari tumbuhan, sejumlah anggotanya menjadi hama penting dalam budidaya tanaman. Selain sebagai pemakan langsung, hama wereng ini juga menjadi vektor penularan sejumlah penyakit tumbuhan penting, khususnya dari kelompok virus. Beberapa wereng yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada tanaman padi sawah, adalah: wereng hijau (Nephotettix spp.), hama utama padi penyebar virus tungro; wereng coklat (Nilaparvata lugens); dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera). Wereng sangat sulit dikendalikan karena memiliki berbagai biotipe dan masing – masing memiliki kesukaan tersendiri terhadap kultivar yang berbeda – beda pula.
Hama wereng termasuk salah satu jenis hama yang mengakibatkan kerusakan signifikan pada pertanaman padi sawah. Hama ini sangat sulit dikendalikan mengingat kemampuannya bermutasi sedemikian cepat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan, khususnya tanaman padi sebagai sasarannya. Wereng coklat adalah hama yang mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan pada waktu yang cepat bahkan bisa menghasilkan populasi baru (biotipe) dalam waktu singkat. Wereng coklat juga mampu melemahkan kerja insektisida yang dianggap ampuh mengatasi hama ini sebelumnya. Dengan sifat – sifat yang dimilikinya, hingga tidak mudah untuk mengatasinya.
Pola perkembangan hama ini bersifat biological clock, artinya wereng coklat dapat berkembang biak dan merusak tanaman padi disebabkan lingkungan yang cocok, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman padi yang terus menerus dengan menggunakan varietas yang sama dan memiliki gen tahan tunggal juga dituding dapat mempercepat timbulnya biotipe baru wereng coklat. Ini dapat terlihat ketika dilepasnya varietas Pelita I pada tahun 1971, pada tahun 1972 muncul wereng coklat berubah menjadi wereng coklat Biotipe 1. Untuk menghadapi biotipe 1 lalu diperkenalkan varietas IR 26 pada tahun 1975. Namun dalam waktu setahun terjadi ledakan hebat untuk hama ini di beberapa daerah sentra produksi padi. Hal ini menandakan berubahnya wereng coklat Biotipe 1 menjadi wereng coklat Biotipe 2. Pada tahun 1981-pun wereng coklat Biotipe 2 berubah menjadi wereng coklat Biotipe 3. Wereng coklat Biotipe 3 ternyata memakan waktu 25 tahun untuk mengalami perubahan menjadi wereng coklat Biotipe 4. Keberadaan wereng coklat Biotipe 3 terbilang lama untuk beradaptasi. Hal ini disebabkan varietas IR 64 merupakan varietas durable resistance yang mampu menghambat perubahan wereng coklat ke tipe baru lagi.
Untuk mengurangi perusakan yang disebabkan oleh wereng coklat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para petani dan penyuluh. Wereng coklat pada 2 bulan pertama berkembangbiaknya sangat rendah, akan tetapi pada hari ke-90 dia bisa mencapai 12.000 ekor. Oleh karena itu mereka harus jeli dalam memperhatikan daerah persawahannya. Bahkan mereka harus rajin untuk mengontrol padi yang ada. Selain itu pemilihan varietas yang tahan wereng coklat pun dapat membantu petani. Dalam menggunakan pestisida harus tetap mengacu kepada rekomendasi yang di tetapkan setempat. Tentu saja para petani tidak bisa melakukan itu sendirian, diperlukan pengawasan oleh para penyuluh setempat.
Disamping itu juga untuk pengendalian secara nabati dapat digunakan resep berikut ini: daun sirsak 1 genggam, juga rimpang jeringau 1 genggam, bawang putih 20 siung, sabun colek 20 gr dan air 20 liter. Cara pembuatan: daun sirsak, rimpang jeringau, dan bawang putih ditumbuk sampai halus, kemudian dicampur dengan sabun colek. Campuran tersebut kemudian direndam dalam air 20 liter selama dua hari. Larutan selanjutnya disaring dengan kain halus. Cara Aplikasi: setiap 1 liter air saringan diencerkan dalam 15 liter air kemudian disemprotkan merata ke bagian bawah daun tanaman padi.

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News AGRIBISNIS APINDO Africa Agriculture Business Agriculture Land Argentina Australia Bangladesh Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita Riau Today Berita Tempo Berita riau terkini Biodiesel Bursa Malaysia CPO Tender Summary Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn Cotton Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja MPOB Malaysia Meat News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis PENGUPAHAN PERDA Pakistan Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit Penawaran menarik Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI RSPO Rice SAWIT Serba-serbi South America Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight USA Ukraine Usaha benih Vietnam Wheat benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul bibit sawit unggul biofuel biogas budidaya sawit corporation palm oil pembelian benih sawit perburuhan pertanian soybean umum varietas unggul