RSS Feed

ANEKA PUPUK DI SEKITAR KITA

Posted by Flora Sawita

Penggunaan pupuk bukanlah hal yang baru di dunia pertanian. Sejak zaman manusia masih hidup berpindah – pindah (nomaden) hingga ke zaman pertanian sub-sisten dan pola intensifikasi pertanian dewasa ini, pupuk organik sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek budidaya tanaman. Banyak bahan yang digunakan oleh para leluhur kita dalam upayanya menyuburkan pertumbuhan tanaman, dan pengetahuan itu mereka peroleh berdasarkan cara bercocok tanam yang melahirkan pengalaman dari masa ke masa. Batas pengetahuan mereka tentang berbagai jenis pupuk dan cara pemanfaatannya didasari pada batas pemahaman mereka pada berbagai jenis tanaman yang mereka kenal dan telah dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan pokoknya. Kotoran ternak, humus/serasah, sisa dapur, dan onggokan sampah telah lama digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman. Tidak diketahui secara pasti sejak kapan pengetahuan ini ada dan berkembang, namun yang jelas bahwa penggunaan pupuk bagi para petani sudah merupakan dogma yang wajib diberikan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman.
Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tanaman agar berkembang dengan baik sesuai sifat genetik dan potensi produksinya. Pupuk bisa dibuat dari bahan organik maupun non organik (sintetis). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam – macam bentuk seperti cair, curah, tablet, pelet, briket, atau granul. Aplikasinyapun sudah berkembang, dan tidak lagi bergantung kepada pemberian di tanah semata. Dewasa ini telah dikenal dengan nama pupuk cair yang aplikasinya dengan cara penyemprotan atau injeksi. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek aspek pemasaran lainnya. Pada aplikasinya, banyak orang yang sering salah presepsi dalam membedakan pupuk kimia, pupuk hayati dan pupuk organik. Pupuk organik dan pupuk hayati seringkali disamakan dengan pupuk kimia. Padahal pupuk – pupuk ini sebenarnya berbeda sama sekali. Bahkan dikalangan praktisi pertanian sendiri, termasuk PPL, istilah pupuk organik sering dikacaukan dengan istilah pupuk hayati. Oleh karenanya maka dalam tulisan ini akan di ketengahkan perbedaan prinsip antara pupuk kimiawi, organik, dan hayati.
a) Pupuk Kimiawi
Sesuai dengan namanya, pupuk jenis ini terbuat dari bahan kimia yang diproses secara sintetis. Pupuk ini dibuat dengan perbandingan komposisi tertentu diantara berbagai unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebagai bahan kimia yang proses pembuatannya melalui uji laboratorium, maka pupuk ini telah melalui serangkaian percobaan sebelum diterjunkan ke tengah petani. Pupuk kimiawi disebut juga dengan pupuk buatan. Pupuk kimia ini bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P; dan KCl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk – pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam – macam, tergantung produsen dan komoditasnya.
Saat ini penggunaan pupuk majemuk dapat dikatakan telah merata dikalangan petani. Hal ini disebabkan karena komposisinya yang relatif lengkap, yang memungkinkan petani sedikit lebih hemat dari pada membeli pupuk tunggal. Dengan perbandingan kadar tertentu yang dibutuhkan oleh tanaman, maka pupuk jenis ini juga berbeda dalam hal tujuan penggunaannya. Ada yang di gunakan sebagai pupuk dasar, perangsang pertumbuhan vegetatif hingga memicu dan memperkuat pembuahan pada tanaman. Untuk pupuk kimia yang dibuat dalam bentuk cair maupun padatan, saat ini telah juga dikenal dengan pupuk majemuk plus. Pupuk jenis ini bukan saja mengandung berbagai komposisi utama yang menunjang pertumbuhan tanaman, seperti: N, P dan K dalam satu kemasan, tetapi juga mengandung unsur – unsur mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Seperti zat besi (Fe), magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan lain sebagainya.
b) Pupuk Organik
Seperti namanya, maka pupuk ini mengandung bahan – bahan organik yang bersifat alami, sehingga pupuk ini sering juga diistilahkan pupuk alami atau compost. Disebut demikian karena komponen penyusun utama dari pupuk ini terdiri dari campuran berbagai unsur organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Pada zaman dahulu, pupuk organik hanya dikenal dalam bentuk padatan murni tanpa pengolahan. Seperti kotoran ternak yang diperoleh dari pembersihan kandang, kemudian eksudatnya diberi kan kedalam lubang tanam atau sekeliling pertanaman. Namun seiring perjalan waktu, maka dewasa ini telah dikenal adanya jenis pupuk organik dalam bentuk cairan/kemasan botolan, sehingga aplikasinya relatif lebih mudah dan daya tahannya lebih lama.
Bahan – bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kencing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk – pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) kedalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik, misalnya, adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah: compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan – tumbuhan, dan lain sebagainya.
Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa – senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman. Seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain, namun kandungan hara tersebut rendah. Meskipun demikian kandungan hara pupuk organik relatif lengkap, meski tidak ada pupuk organik yang memiliki kandungan hara tinggi atau menyamai pupuk kimia. Pupuk ini lebih sering diaplikasikan sebagai pupuk dasar, karena sifatnya yang mampu mendekomposisi unsur – unsur hara yang ada di dalam tanah. Disamping itu, sifatnya yang ramah lingkungan membuat pupuk ini banyak digemari berbagai kalangan, terutama pecinta produk usahatani organik.
c) Pupuk Hayati
Pupuk hayati biasa juga disebut dengan biofertilizer. Ada yang juga menyebutnya pupuk bio. Secara semantik, pupuk hayati diartikan sebagai pupuk yang hidup. Tetapi secara terminologi, pupuk hayati diartikan sebagai agen hidup dari unsur yang terdapat dalam suatu komponen yang dapat merangsang media tanam sehingga menyuburkan pertumbuhan tanaman. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok, karena pupuk hayati tidak mengandung hara. Pupuk hayati tidak mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati adalah mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), mikroba – mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis fermentasi mikroba masuk kedalam golongan pupuk ini, misalnya Effektiv Mikroorganism – 4 (EM – 4), sebagai bahan dasar pembuatan bokashi.
Kelompok mikroba penambat N sudah dikenal dan digunakan sejak lama. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada juga yang bebas (tidak bersimbiosis). Contoh mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman antara lain adalah Rhizobium sp Sedangkan contoh mikroba penambat N yang tidak bersimbiosis adalah Azosprillium sp dan Azotobacter sp. Sejak zaman dahulu kala leluhur kita mengetahui peran dan fungsi kacang – kacangan (leguminosae) dalam menunjang kesuburan tanah. Olehnya itu, beberapa jenis kacang – kacangan dan jagung sering dijadikan sebagai tanaman sela sesudah panen padi di sawah. Jenis tanaman ini yang dikenal dengan palawijo bagi daerah Jawa, diyakini sebagai stimulan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Pengetahuan ini telah berlangsung secara turun – temurun, meski mereka tidak mengetahui secara pasti penyebab kesuburan tersebut dari leguminosae.

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News AGRIBISNIS APINDO Africa Agriculture Business Agriculture Land Argentina Australia Bangladesh Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita Riau Today Berita Tempo Berita riau terkini Biodiesel Bursa Malaysia CPO Tender Summary Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn Cotton Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja MPOB Malaysia Meat News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis PENGUPAHAN PERDA Pakistan Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit Penawaran menarik Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI RSPO Rice SAWIT Serba-serbi South America Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight USA Ukraine Usaha benih Vietnam Wheat benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul bibit sawit unggul biofuel biogas budidaya sawit corporation palm oil pembelian benih sawit perburuhan pertanian soybean umum varietas unggul