Pertumbuhan Industri Oleochemical ASEAN
Posted byPerhatian dunia tertuju pada komoditas kelapa sawit yang saat ini sedang berkembang di Asia, tidak terkecuali di Indonesia yang notabene merupakan penghasil minyak sawit terbesar kedua sesudah Malaysia.
Dengan produksi sebesar 16 juta ton per tahun pada 2006, Indonesia memastikan diri untuk menjadi yang terbaik di Industri Kelapa Sawit di masa depan. Industri kelapa sawit yang berkembang di Indonesia, sampai saat ini memang masih di dominasi industri hulu, akan tetapi pemerintah mulai melihat industri ini untuk berkembang di sektor industri hilir, yang tidak lain adalah industri oleochemical dan industri biodiesel berbahan baku sawit.
Pemerintah yang direpresentasikan Wakil Presiden Republik Indonesia, Yusuf Kalla beberapa waktu lalu, menginstruksikan kepada beberapa menteri terkait untuk mendorong industri hilir khususnya kelapa sawit menjadi lebih maju lagi. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan industri hilir kelapa sawit yang saat ini dinilai Wapres masih kurang memiliki nilai tambah. Kebijakan Pemerintah merupakan langkah awal untuk menjadikan industri sawit agar memiliki nilai tambah bagi tanah air.
Memang sawit merupakan industri yang tidak hanya berkembang di tanah air namun sudah merupakan komoditas internasional sehingga mengakibatkan harga yang mengacu kepada harga internasional. Akan tetapi harga komoditas ini harus menjadi acuan bagi pengembangan selanjutnya khususnya industri hilir di tanah air, karena bukan tidak mustahil industri akan mampu menghasilkan produk, tetapi tidak dapat menjualnya akibat harga produksi yang terus meningkat.
Pertemuan ASEAN Oleochemical Manufacturers Group (AOMG) pada 14 Maret 2007, di Malaysia mungkin bisa menggambarkan pertumbuhan industri ini di ASEAN secara lebih komprehensif. AOMG beranggotakan industri yang berasal dari negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand.
Saat ini industri oleochemical masih di dominasi negara Malaysia dengan memiliki 17 industri, Indonesia 6 industri, Philipina 7 industri dan Thailand 1 industri. Pertumbuhan Kapasitas terpasang industri oleochemical ASEAN dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pertumbuhan Kapasitas terpasang Industri Oleochemical ASEAN.*
Metric Ton Per Annum
Tahun Fatty Acid Methyl Esters Fatty Alcohols Refined Glycerine
2006 2,167,950 718,140 530,255 302,323
2005 1,782,989 669,000 491,905 259,218
2004 1,631,312 634,896 474,926 211,199
2003 1,588,027 589,896 434,590 199,575
2002 1,483,393 564,000 408,111 190,540
*Note : Malaysia 12 industri oleochemical.
Sumber : AOMG
Pertumbuhan industri oleochemical pada 2002 untuk produk fatty acid sebesar 1,483,393 telah mengalami peningkatan sekitar 46,2% menjadi 2,167,950 pada 2006. Dengan pertumbuhan dari 2002 ke 2003 sebesar 7,1% menjadi sebesar 21,6% dari 2005 ke 2006. Membuat industri oleochemical semakin menarik di mata investor dunia.
Pertumbuhan industri oleochemical yang tinggi ini, masih di dominasi industri oleochemical Malaysia dengan komposisi sebagai berikut :
Metric Ton Per Annum
Product Kapasitas terpasang
Fatty Acid 1,748,000
Methyl Esters 498,000
Fatty Alcohols 337,000
Refined Glycerine 237,450
Sumber : AOMG
Indonesia merupakan negara terbesar kedua sesudah Malaysia dengan total produksi oleochemical sebagai berikut :
Metric Ton Per Annum
Fatty Acid 522,000
Methyl Esters 105,140
Fatty Alcohols 115,000
Refined Glycerine 78,780
Sumber : AOMG
Pertumbuhan Industri oleochemical di ASEAN memberi indikasi nyata betapa produk yang dihasilkan industri ini sangat dibutuhkan dunia. Bahkan pertumbuhan yang terjadi tidak hanya di empat negara ASEAN tersebut, akan tetapi mulai tumbuh di China dan India.
Ke depan, AOMG akan melakukan pendekatan terhadap industri oleochemical di China dan India, agar ikut bergabung di dalam Asosiasi ini supaya dapat merapatkan barisan sebagai bagian dari industri oleochemical di ASEAN. Semoga (IK)
0 comments:
Posting Komentar