RSS Feed

Perbaikan ProduktifitasTanaman lada yang ramah lingkungan

Posted by Flora Sawita

I. Pendahuluan
Lada (Piper nigrum Linn) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh memanjat dan termasuk famili Piperaceae.
Tanaman lada
bukan merupakan
tanaman asli Indonesia, namun peranannya dalam perekonomian nasional sangatlah
besar. Di antara tanaman rempah,
lada
merupakan tanaman yang paling penting, baik ditinjau dari segi
perannya dalam menyumbang devisa negara,
kegunaannya yang sangat
khas dan tidak dapat diganti dengan rempah
lainnya.
Pada saat terjadi krisis moneter (tahun 1996 -
1998) dan
terjadinya depresiasi rupiah
terhadap US Dolar, petani lada justru
mengalami
kejayaan dan mendapat keuntungan yang besar. Saat itu
harga lada pernah mencapat Rp 115 000,- an per kg
untuk lada putih,
sedang lada hitam
berkisar Rp 60 000,-/kg. Akibat harga yang
menggiurkan maka terjadi
perluasan areal tanaman lada.
Pertanaman
lada di Indonesia umumnya merupakan
perkebunan
rakyat (98%) sehingga peranannya menjadi sangat penting
karena merupakan penghasilan utama bagi kehidupan
petani di daerah
sentra produksi lada. Namun fluktuasi harga yang tajam
akhir-akhir ini menyebabkan budidaya lada
kurang memberi keuntungan bagi petani. Akibatnya banyak petani yang mengalihkan
profesinya ke bidang lain
atau
mengganti tanaman lada dengan tanaman lain. Bahkan banyak
yang membiarkan kebunnya tidak terawat,
Untuk memulihkan produksi lada, perlu dilakukan
sosialisasi
perbaikan sistem
usahatani yang lebih efisien, berkesinambungan dan
ramah lingkungan.•
II. PERSYARATAN TUMBUH
1. lklim
Lada
menghendaki iklim, dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun, yakni rata-rata 2 000 – 3 000
mm/tahun dan hari
hujan 110 – 170
hari. Muslin kemarau hanya 2 – 3 bulan/tahun.
Kelembaban udara berkisar antara 70 – 90% dengan suhu maximum 34°C
dan minimum 20° C.
2. Tanah
Tanaman
lada dapat tumbuh balk pada ketinggian tempat antara
0 – 500 m dari permukaan laut. Jenis tanah
berpasir gembur, tanah
podsolik atau
latosol dan tersedianya unsur hara yang memadai,
dengan tingkat
kemasaman tanah berkisar antara, 5 – 6,5.
III. PERSIAPAN BAHAN TANAMAN
1. Sumber Bahan Tanaman
Tanaman
lada dapat diperbanyak dengan biji atau setek
batang/sulur. Tetapi umumnya diperbanyak dengan setek batang/sulur karena relatif lebih mudah, murah/ekonomis dan
juga dapat
mempertahankan sifat-sifat
keturunannya. Perbanyakan dengan biji
hanya dilakukan untuk tujuan
penelitian.
Tanaman
lada pada dasarnya hanya memiliki dua macam sulur
(dimorphic
plant)
yaitu sulur panjat dan
sulur/cabang buah. Sulur
panjat
merupakan bahan tanaman yang paling baik untuk tanaman lada
yang dibudidayakan dengan menggunakan tiang
panjat/tajar.
Sulur/cabang buah
fungsi utamanya adalah untuk pembentukan buah,
disamping itu dapat digunakan untuk Sumber bahan tanaman lada perdu (tidak
memerlukan panjatan).
        Sulur panjat adalah sulur yang tumbuhnya ke atas
melekat pada
tiang panjat. Sumber bahan tanaman yang paling baik berupa setek/sulur
panjat berasal dari tanaman yang berumur kurang dari dua
tahun. Bahan setek yang baik adalah yang tidak
terlalu tua, tetapi sudah berkayu, karena apabila berasal dari setek yang
terlalu tua,
pertumbuhannya lambat, sedang yang terlalu muda juga tidak
baik.












Gambar 1. Sumber bahan tanaman
2. Varietas
Varietas
lada yang sudah dilepas adalah Petaling-1, Petaling-2,
Natar-1, Natar-2, LDK-RS, Chunuk-RS dan Bengkayang-LU.
Varietas-varietas yang sudah dilepas
ini merupakan hasil seleksi para
peneliti Balittro dengan karakteristik
antara, lain seperti pada Tabel 1.
Petaling-1 merupakan hasil seleksi dari kultivar
LDL (Lampung
Daun Lebar ), sedangkan
Petaling-2 dari kultivar Jambi yang banyak
ditanam di Bangka. Keduanya memiliki produktivitas yang tinggi. Petaling-2 memiliki tandan buah paling panjang di
antara ketujuh
varietas tersebut dan
relatif lebih tahan kering dari pada Petaling-1.
Sementara varietas Chunuk-RS yang juga banyak ditanam di Bangka, memiliki daun yang melengkung seperti perahu
sehingga oleh petani di
Bangka,
dinamakan juga sahang garam-cabe karena berbuah sepanjang tahun. Natar-1 dan
Natar-2 diseleksi dari kultivar Bulok Belantung dan
Kerinci yang keduanya banyak ditanam di Lampung
dengan
menggunakan  tiang  panjat hidup (tajar). Natar-1 merupakan
varietas
yang paling toleran terhadap
penyakit busuk pangkal batang. Natar-2 memiliki
akar lekat yang relaif lebih kuat dan mudah melekat pada
tajar. Bengkayang-LU merupakan varietas yang
diseleksi dari lada
Bengkayang dengan
daerah penyebaran Kalimantan Barat. Diduga
varietas tersebut berasal
dari Bangka yang kemudian juga menyebar ke Serawak dan di sana dikenal
dengan nama varietas Kucing.

Tabel 1.
Karakteristik sifat-sifat Penting dari tuiuh varietas lada
Varietal

Ketahanan
terhadap
Penyakit
busuk
pangkal
batang
Hama
penggerek
Daya adaptasi
Cekaman
air
terhadap
Kelebihan
air
Produksi
(Ton/ha)
Penyakit
kuning
Petaling-I
Medium
Rentan
Rentan
Kurang
Sedang
4,48
Id putih
Petaling-2
Rentan
Toleran
Rentan
Tinggi
Sedang
4,12
Id putih
Natar-1
Rentan
Toleran
Toleran
Sedang
Sedang
4,00
Id hitam
Natar-2
Medium
Rentan
Toleran
Sedang
Kurang
3,52
Id hitam
Chunuk-RS
Rentan
Toleran
Rentan


1,97
Id putih
LDK-RS
Rentan
Toleran
Rentan
Kurang

3,86
Id putih
Bengkayang-
LU
Medium
Rentan



4,67
Id putih
Sumber : Zaubin, (1991) ; Nuryani dkk
(1993); Keterangan : - belum diuji
3. Pembibitan
Perbanyakan tanaman
lada dengan menggunakan setek dapat
dilakukan
dengan dua cara: (1) menggunakan setek panjang (5 - 7
buku) yang dapat
langsung ditanam di kebun dan (2) setek satu buku berdaun tunggal yang harus
disemai terlebih dahulu di persemaian.
Setek panjang digunakan apabila Sumber bahan
tanaman cukup
banyak. Setek tersebut berasal dari sulur
panjat.
Setek satu buku berdaun tunggal dilakukan dengan
cara Setek
panjang dipotong-potong menjadi sejumlah setek satu buku
berdaun tunggal (Gambar 2a), kemudian direndam dalam larutan gula (1 - 2 %) selama
'/2 - 1 jam, lalu setek disemai
dalam polibag yang terdiri dari
campuran tanah
(top soil) dengan pupuk
kandang dan pasir kasar atau sekam dengan
perbandingan I : I : I dan telah dibiarkan selama 7 - 10
hari (ditandai
dengan tumbuhnya rumput-rumput halus di permukaan tanah dalam polybag
tersebut). Untuk mempertahankan kelembaban lingkungan
maka diperlukan sungkup plastik dengan kerangka bambu atau kayu setinggi ± 1 m
(Gambar 2b). Penyiraman dilakukan setiap 2
hari dengan menggunakan
embrat. Sungkup plastik dibuka setiap
pagi.

pukul
9.00 - 10.00), lalu sungkup ditutup kembal
1 untuk
menjaga agar kelembaban udara dalam sungkup tetap tinggi.
Penyiangan dan penyulaman setek yang layu/mati dilakukan
secara rutin. Setek yang diserang penyakit sebaiknya segera dibuang/dibakar. Setiap 2 minggu, persemaian disemprot dengan pupuk
daun dan
fungisida secara bergantian.

Gambar 2. Cara perbanyakan setek satu buku berdaun tunggal (a); dan
sungkup untuk pembibitan (b).
Satu bulan
setelah setek ditanam, akan tumbuh tunas-tunas yang selanjutnya akan menjadi sulur-sulur panjat. Apabila sulur telah membentuk
2 - 3 daun barn, maka setiap tanaman diberi tegakan dari bambu, agar pada bagian bukunya tumbuh akar dan
melekat pada
tegakan bambu (Gambar 3). Secara bertahap sungkup dibuka
agar setek beradaptasi dengan,lingkungan tumbuhnya clan apabila setek telah
kuat maka sungkup tidak diperlukan lagi.
Setelah 3 - 4 bulan, setek telah
tumbuh menjadi bibit lada (7 - 9 buku)
dan siap ditanam di lapang.
                              Gambar 3. Pemasangan tegakan bambu
sebagai tajar sementara


IV. PERSIAPAN TANAM
1. Pembukaan Tanah
Pembukaan
tanah atau land clearing dari hutan dimulai dengan menebang/membabat pohon-pohon kecil dan belukar
lebih dahulu.
Setelah itu, barn
ditebang pepohonan yang lebih besar, yang
sedapatnya dibongkar dengan tungul dan akar-akarnya. Cara yang sama dilakukan bila tanah yang disediakan adalah
bekas hutan/kebun
karet atau tanaman
lainnya yang ingin di-diversifikasikan. Pada
pembukaan tanah bekas hutan sekunder, semak belukar, padang rumput/padang clang-clang, pekerjaannya lebih
ringan karena pohon­
pohon besar hampir
tidak ada. Selanjutnya kayu yang besar dan
tunggul-tunggul disingkirkan atau dikumpulkan dan ditumpuk melintang arch lereng untuk mencegah erosi. Dalian
ranting dan
dedaunan tidak boleh
dibakar, tetapi dibiarkan membusuk di tempat
sebagai tambahan bahan organik, untuk meningkatkan kesuburan tanah.




2. Pengolahan Tanah dan
Pembuatan Lubang Tanam




Pada musim kemarau tanah dibersihkan dari
pohon-pohonan,
semak belukar dan
segala sisa tanaman. Selanjutnya dilakukan
pengajiran dengan jarak 2,5 x 2,5 rn. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 80 x 60 x 60 cm (panjang x lebar x dalam)
(Gambar 4a). Tanah
gajian dicampur
dengan pupuk kandang (5 - 10 kg) dan 0,5 kg dolomit
serta dibuat menjadi guludan yang berukuran
panjang 90 cm, lebar 60
cm dan tinggi 25 – 30 cm (Gambar 4b).
Pada tanah miring
(lebih kurang 15 derajat) sebaiknya dibuat teras-teras atau menanam tanaman
penutup tanah sepanjang contour dan tidak membuat saluran drainase yang searah
dengan kemiringan
tanah untuk mencegah tejadinya erosi.
Tanaman lada tumbuh kurang baik pada areal yang
tergenang,
oleh sebab itu air yang
berlebihan harus dialirkan/dibuang melalui
saluran drainase 30 x 20 cm (lebar x dalam) dan parit keliling yang berukuran
lebar 40 cm, dalam 30 cm (Gambar 5).


Gambar 4.Lubang tanam dengan Tajar gliricidae (a); dan guludan dengan tajar dadap cangkring(b).



                           Gambar 5. Parit keliling
V.
PENANAMAN
1.
Penanaman Tajar Tiang Panjat Hidup.
Jenis tajar yang
disarankan adalah gamal
(Glyricidia maculata HBK) dan dadap cangkring (Erythrina fusca Lour). Tanaman tersebut umumnya diperbanyak melalui setek batang. Panjang setek 1,5 m, diameternya 5 cm (tidak terlalu tea dan juga tidak
terlalu muda). Setek
tersebut ditanam ± 10 cm di sebelah barat lubang
tanam, dengan menancapkan pangkalnya sedalam 15 – 20 cm.
Pada tahun pertama tajar dIwIwIl (dibuang tunas-tunasnya), kemudian pada tahun ke 2 dilakukan pemangkasan
2 kali/tahun untuk
tajar dadap cangkring, sedangkan untuk
gliricidia 3 kali/tahun. Selanjutnya,
pemangkasan dilakukan 7 – 10 hari sebelum pemupukan
tanaman lada.
2.
Penanaman Lada
Setek 7 ruas dapat langsung ditanam dengan cara: setek tersebut diletakan miring (30 – 45°) ke arch tajar, 4 ruas
setek bagian
pangkalnya (tanpa daun)
dibenamkan kedalam tanah, sedang 3 ruas
sisanya (berdaun)
disandarkan pada tajar (Gambar 6a). Kemudian tanah di sekeliling setek
dipadatkan. Hal yang sama juga dilakukan apabila
menggunakan bibit lada dalam polybag, dengan terlebih dahulu
membuang
kantung polybagnya (Gambar 6b).


Setelah ditanam, bibit tersebut harus dilindungi dari teriknya sinar matahari. Naungan yang umum dan mudah diperoleh adalah alang-alang atau tanaman hutan lainya yang tahan lama(gambar 6c).

Pelindung ini dapat diangkat setelah stek-stek tumbuh dan kuat.




Gambar 6.Penanaman langsung stek panjang (a);penanaman bibit dalam poly bag (b); dan naungan dalam pelindung bibit lada(c)
3. Pemeliharaan
 a.       
Pengikatan Sulur Panjat dun Pembentuk kerangka
Tanama
    Sulur
lada yang telah disandarkan pada tajar, diiakat
agar melekat pada tajar..
Apabila setek telah
8 -9 buku dari permukaan tanah maka
dilakukan pemangka pada
ketinggian 25
– 30 cm
 dari permukaan tanah (di atas 2 buku yang
telah
melekat kuat pada tajar ).
Tujuan pemangkasan tersebut agar terbentuk 3 sulur panjat baru. Sulur baru
tersebut harus diletakan pada tajar dengan cara mengikatnya ke
tajar..pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah mencapai 7-9 buku (+
3 bulan ) yaitu paada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah. Selanjutnya
pemangkasan dilakukan secara rutin sampai umur produktif  (2 tahun) . Hasil pangkasan tersebut dapat
digunakan sebagai sumber bahan tanaman.Pemangkasan rutin tersebut akan memacu
pembentukan percabangan produktif yang lebih banyak dan membentuk kerangka
tanaman menjadi bagus (lebat).

Pembungaan yang terjadi sebelum tanaman berumur 2
tahun
sebaiknya dibuang, karena akan
mengganggu pertumbuhan vegetatif
tanaman
yang mengakibatkan nantinya tidak dapat berproduksi secara
optimal. Tanaman dibiarkan berbunga setelah berumur
2 tahun atau
lebih.
b. Pemangkasan Sulur Gantung
dan Sulur Cacing/Tanah
Sulur gantung adalah sulur panjat yang tumbuhnya
tidak melekat
pada tajar, karena
tidak dilakukan pengikatan, sehingga tumbuh
menggantung. Sulur cacing atau sulur tanah adalah sulur panjat yang tidak melekat pada tajar dan tumbuh menjalar di
permukaan tanah
(Gambar 7).
Sulur gantung dan
sulur cacing merupakan sulur yang bersifat
parasit atau turut menguras nutrisi/makanan tapi tidak produktif, oleh sebab itu sulur tersebut harus selalu
dibuang/dipangkas. Pemangkasan
kedua sulur tersebut harus dilakukan
secara rutin.
Cabang-cabang yang menutupi tanah pada
pangkal batang yang menghalangi sinar matahari dan sirkulasi udara harus
dipangkas, untuk
mengurangi kelembaban
pangkal batang yang dapat memicu
berjangkitnya penyakit busuk pangkal
batang.




Gambar 7.
Sulur gantung (a); dan sulur cacing atau sulur tanah (b).
C. Pemupukan dan Pemangkasan Tajar
Tanaman
lada memerlukan pupuk organik dan inorganik.
Jumlah pupuk inorganik yang
diperlukan adalah 1 600 g NPKMg (12- 12-17-2)/tanaman/tahun
untuk tanaman umur produktif. Tajar
dipangkas
7 – 10 hari sebelum dilakukan pemupukan. Pupuk diberikan
dengan cara
displit 3 - 4 kali sebagai berikut:
Split I : pada awal musim hujan diberikan 0,4
dosis (640 g
NPKMg) ditambah 0,5 g
dolomit, tajar dipangkas berat (seluruh cabang
pada ketinggian 3,5 m
dibuang).
I
Split II : dilakukan 40 hari setelah
pemberian I yaitu sebanyak
0,3 dosis
(480 g NPKMg), tajar dipangkas dan membiarkan 2-3 cabang
tersisa.
Split III
: dilakukan 40 hari kemudian sebanyak 0,2 dosis (320 g NPKMg), dan tajar
dipangkas dengan menyisakan 2-3 cabang.
Split IV:
dilakukan 40 hari kemudian sebanyak 0,1 dosis (160 g NPKMg) ditambah 5 kg pupuk
kandang dan tajar dipangkas berat
Untuk tanaman lada yang belum berproduksi,
pemupukan
dilakukan sebagai berikut:
(a)
Umur 0 - 12 bulan diberikan 1/8 dosis (200 g/tanaman/tahun), dengan interval 3 bulan sekali
dan agihan pupuk I :
2 : 3 : 4 atau berturut-turut untuk pemberian
pertama sampai keempat masing-masing 20, 40,
60, dan 80 g/pemberian. Yang perlu
diperhatikan
adalah waktu memupuk masih ada hujan dan pada waktu
pemberian pertama
ditambah 5 kg pupuk kandang.
(b)
Umur 13 - 24 bulan diberikan 1/4 dosis – 400 g/tanaman/tahun dengan interval 3 bulan sekali dan agihan pupuk 1 : 2 3 :
4 (40, 80, 120 dan 160 g) selama ada hujan, ditambah 5 kg pupuk
kandang
pada waktu pemberian pertama.
Pupuk diberikan ± 30 cm dari pangkal batang,
diusahakan tidak terlalu dekat akar, dengan cara, ditugal 6 - 8 lubang kiri-kanan
pangkal
batang.
d. Penyiangan
Terbatas/Bobokor
Penyiangan/bobokor dilakukan secara rutin yaitu
membersihkan
sekitar pangkal batang tanaman lada (Gambar 8).
Pada
awal musim kemarau setiap guludan diberi mulsa daun­
daunan seperti alang-alang,
semak belukar, hasil  pangkasan tajar




lain-lain setebal 5 - 10 cm. Tujuannya
adalah untuk mengurangi
penguapan dan
menghindari kekeringan yang berlebihan, tetapi tidak
membuat kondisi yang terlalu lembab yang
menciptakan keadaan yang
dapat memicu perkembangan penyakit BPB.

lain-lain setebal 5 - 10 cm. Tujuannya
adalah untuk mengurangi
penguapan dan
menghindari kekeringan yang berlebihan, tetapi tidak
membuat kondisi yang terlalu lembab yang
menciptakan keadaan yang
dapat memicu perkembangan penyakit BPB.



                                                  Gambar 8. Penyiangan terbatas/bobokor
4. Kendala Produksi (Hama dan Penyakit)
Jenis hama dan penyakit tanaman lada
Hama
yang menyerang tanaman lada terdiri dari penggerek
batang, penghisap buah clan penghisap bunga.
Penyakit utama tanaman
lada adalah
busuk pangkal batang, penyakit kuning dan penyakit
kerdil/keriting.
Hama penggerek batang (Lophobaris piperis) tersebar hampir di seluruh daerah pertanaman lada
di Indonesia. Diantara ketiga hama,
tersebut,
penggerek batang merupakan hama yang paling mcr-ugikan.
Larva hama penggerek batang merusak batang dan
cabang; pada
tingkat serangan berat
dapat menyebabkan kematian tanaman.
Serangga
dewasanya menyerang bagian tanaman seperti pucuk, bunga dan buah sehingga dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas produksi
(Gambar 9a).
Hama penghisap bunga (Diconocoris hewetti) dikenal dengan sebutan nyamuk lada, enduk-enduk, kapal terbang atau fui khicong
(Bangka). Stadia nimfa maupun dewasa merusak bunga dan tandan
bunga. Serangan ringan menyebabkan tandan rusak,
salah bentuk dan
buah hanya sedikit, serangan berat, seluruh bunga
rusak, tangkai hitam
dan gugur sebelum
waktunya. Hama ini juga memakan buah mucla,
(Gambar 9c).
Hama penghisap buah (Dasynus piperis) dikenal
dengan
berbagai nama seperti kepik,
kepinding, walang sangit sedang di
Bangka
disebut semunyung, atau bilahu (Belitung, Kalimantan). Stadia
nimfa maupun serangga dewasa menghisap cairan
buah. Bila
menyerang buah muda
menyebabkan tandan buah banyak yang kosong,
sedang serangan pada buah tua menyebabkan buah menjadi hampa, kering
dan gugur (Gambar 9b)






       Gambar 9. Lophobaris piperis dan
larvanya (inzet) (a); Dasynus piperis  
(b);            Diconocoris
hewetti (c).
Penyakit busuk Pangkal batang (BPB), disebabkan oleo serangan jamur Phytophthora capsici. Penyakit
ini pertama kali
ditemukan di Lampung
Selatan pada tahun 1885. Di antara ketiga
penyakit utama tersebut, penyakit busuk pangkal batang merupakan kendala produksi yang paling ditakutkan petani,
karena, menyebabkan
kematian tanaman dalam waktu singkat.
Sebenarnya, jamur Phytophthora.capsici dapat
menyerang seluruh bagian
tanaman
lada. Serangan yang paling membahayakan apabila terjadi
pada pangkal
batang atau akar. Gejala serangan dini sulit diketahui,


sedangkan gejala yang nampak seperti kelayuan tanaman  menunjukan serangan telah lanjut.









Gambar . Tanaman yang terserang penyakit
kuning (a); gejala penyakit kuning yang
telah lanjut (b); benjol pada akar
yang terseran nematoda (c); dan
nematoda di dalam
j



Penyakit kerdil/keriting saat
ini telah terdapat hampir di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia.
Penyakit ini tidak mematikan tanaman, tapi
menghambat pertumbuhan tanaman sehingga menjadi kerdil dan menurunkan
produktivitas. Pada serangan berat, tanaman
menjadi tidak berbuah
(Gambar 13).
Penyebab penyakit kerdil ada
beberapa macam virus seperti
Pepper Yellow Mottle Virus (PYMV)
dijumpai di Bangka dan
Lampung, di
camping An berdasarkan identifikasi contoh tanaman sakit
yang berasal
dari Bangka juga ditemukan adanya virus CMV
(Cucumber Mosaic Virus).
Gejala
penyakit kerdil ditandai dengan munculnya dawn-dawn
muda yang abnormal, berukuran lebih kecil
seringkali bergelombang
atau belang-belang. Pada serangan berat
pertumbuhan rugs menjadi memendek,
akibatnya tanaman menjadi kerdil. Pada beberapa tanaman
seringkali terjadi pertumbuhan cabang yang
berlebihan dengan dawn
yang kecil-kecil atau tidak berdaun.
Tanaman
yang terserang ringan tetap dapat berproduksi, tapi
tandan buahnya menjadi pendek, tandan buah tidak
penuh, dan ukuran
buah lebih kecil. Sedang pada tanaman yang terserang
berat, tanaman
menjadi sangat kerdil dan
tidak berbuah.
Tanaman yang telah menunjukkan gejala penyakit
ini walaupun
nampaknya pada stadia
ringan, tidak boleh dijadikan sebagai cumber
bibit. Apabila pada
pembibitan dijumpai bibit dengan gejala kerdil, disarankan agar bibit/tanaman
tersebut dimusnahkan.
Selain oleh serangga vektor, penyebaran penyakit
ini seringkali
dipercepat melalui alat pertanian yang dipakai bekas
tanaman sakit. Oleh sebab itu dianjurkan
untuk membersihkan terlebih dahulu alat
tersebut sebelum digunakan pada tanaman sehat. Mengendalikan vektor penyakit
seperti
Aphis sp., Planococcus
minor
dan
Ferrisia virgata
dan menghindari pemakaian bahan tanaman yang berasal dan tanaman
sakit.
Gambar 11 Penyakit yang terserang penyakit kuning (a), gejala penyakit kuning yang telah lanjut(b); benjol pada akar yang terserang nematoda (c); dan nematoda di dalam jaringan  (d).
Pengendalian hama dan penyakit
Sering
terjadinya fluktuasi harga lada yang cukup tajam, bahkan
harga jual wring kali sangat rendah membuat petam
lada tidak dapat
membeli sarana
produksi. Oleh sebab itu, dianjurkan dalam budidaya
lada, untuk menyertakan kegiatan lainnya misalnya
diintegrasikan
dengan ternak,
disertai penanaman penutup tanah (A. pintoi).
Penanaman penutup tanah serta penyiangan terbatas (selective
weeding) dapat menghambat aliran permukaan (run ofj) dan
memperlambat penyebaran penyakit.
Cara tersebut selain membuat
sistem
usahatani lada menjadi lebih efisien juga merupakan usaha
Pengendalian Hama Terpadu/PHT yang ramah
lingkungan dan
berkesinambungan.
Pengendalian menggunakan pestisida kimiawi
ditakukan pada saat populasi hama atau intensitas serangan patogen penyakit tinggi. Tujuannya adalah untuk menekan
perkembangan hama
dan patogen secara
cepat. Setelah itu, diikuti aplikasi pengendalian
secara hayati mempergunakan musuh alaminya.
Komponen budidaya yang perlu diperhatikan dalam budidaya lada yang efisien dan
ramah
lingkungan meliputi :
Ø Bahan tanaman. Bahan
tanaman seringkali menjadi sumber
inokulum
bagi hama-penyakit lada dan juga dapat menjadi sumber
penyebaran ke daerah yang masih barn. Oleh karena
itu seleksi bahan
tanaman yang sehat
merupakan hal yang penting. Selain itu, pemilihan
varietas yang akan digunakan harus dilakukan
dengan sangat hati-hati
karena sampai
saat ini belum, ada, varietas yang tahan terhadap, semua
jenis hama dan
penyakit.
Ø Jenis tajar dan pemanfaatan biomas pangkasan. Penggunaari tajar sangat dianjurkan karena
budidaya lada dengan tiang panjat coati merupakan budidaya yang intensif dan
membutuhkan input
tinggi. Sehingga,
saat harga lada, rendah, pemupukan tidak dapat
dilakukan akibatnya tanaman menjadi lemah dan peka terhadap serangan
hama dan patogen. Biomas basil pangkasan tajar (dadap cangkring/gliricidae)
bila dibenamkan dalam tanah akan meningkatkan kesuburan
tanah, merangsang pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme tanah yang bermanfaat. Hal ini akan lebih baik apabila disertai dengan pupuk kandang, sehingga proses
pembusukan akan
lebih cepat dan dapat
menghambat perkembangan patogen berbahaya
di dalam tanah.
Ø Saluran drainase dan pemangkasan bagian tanaman
lada
.
Kebun lada yang baik
harus mempunyai saluran drainase, sehingga
tidak ada air yang tergenang
di dalam kebun, karena air yang tergenang merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
patogen BPB.
Pemeliharaan tanaman lada, meliputi
pemangkasatVpembuangan
sulur cacing
dan sulur gantung yang tidak berguna, bekas pangkasan
tersebut ditutup dengan teer atau insektisida.
Pembuangan sulur cacing
juga akan
mengurangi kemungkinan terinfeksinya tanaman lada oleh P.
capsici
dari tanah.
Ø  Pemupukan dan
komposisinya.
Pemupukan
tanaman lada
bertujuan meningkatkan
produksi dan kesehatan tanaman. Disamping
dosis juga harus memperhatikan komposisi dan saat aplikasinya. Pupuk organik juga diperlukan disamping pupuk morganik,
seperti pupuk
kandang atau sisa tanaman.
Ø
Pengendalian
hayati
penyakit BPB dapat dilakukan dengan pemberian kotoran ternak dicampur alang-alang dan agen hayati (T harzianum). Aplikasi pupuk kandang dapat dilakukan bersama-sama dengan aplikasi alang-alang dan agen hayati (T
hurzianuin)
untuk
menekan terjadinya
serangan P. capsici. Pemberian bahan organik
tersebut harus dibenamkan ke dalam tanah di bawah
tajuk tanaman,
agar berfungsi sebagai
sumber nutrisi bagi tanaman, menggemburkan
tanah, dan meningkatkan populasi mikroorganisme antagoms. Alang­alang sebagai sumber bahan organik dapat diberikan
sebagai penutup
tanah (mulching) untuk
mengendalikan penyakit laming; Apabila
ditujukan untuk pengendalian BPB,
maka pemberiannya harus dibenamkan. Pengendalian
penyakit kuning dengan aplikasi
P. penetrans
juga  akan lebih efektif
apabila diikuti dengan pemberian bahan organik.

Ø  Penyiangan
terbatas
.
Penyiangan terbatas
"bobokor"
hanya dilakukan di
sekitar tanaman lada sebatas kanopi tanaman dan
menghindari penyiangan bersih. Untuk
 meningkatkan  populasi
 hama penggerek batang sebaiknya dilakukan
penamanan
parasitoid
tanaman sela
yang banyak memproduksi bunga seperti kopi, kurnis
kucing atau penutup tanah A. pintoi. Adanya
tanaman sela atau penutup
tanah yang
mampu membentuk bunga (banyak berbunga) selain dapat
untuk mengkonservasi parasitoid, juga menghambat
penyebaran
propagul patogen BPB pada waktu musim hujan.
Ø Pemanfaatan agen hayati dan konservasinva. Bila dipilih jenis varietas yang rentan terhadap serangan penyakit kuning atau BPB;
maka agen hayati pengendali patogen tersebut barns diaplikasikan sejak
awal penanaman lada dan aplikasi diulang pada
setiap awal musim
hujan.
Ø Membuat pagar keliling. Jamur patogen yang bersifat tular tanah seperti penyebab penyakit BPB akan cepat
menyebar melalui
tanah yang melekat
bersama kaki manusia dan hewan yang lain lalang
masuk keluar kebun. Pagan keliling dengan tanaman hidup (rumput gajah) dianjurkan dengan tujuan agar jalan masuk
kebun dibatasi
jumlahnya dan bukan merupakan jalan umum. Disamping itu
rumput gajah/tanaman hidup dapat sebagai
sumber pakan temak. Temak
peliharaan tidak boleh dibiarkan bebas
berkeliaran di dalam kebun.
 
V. PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL
Budidaya lada yang dilakukan dengan tiang panjat
coati dan
dipelihara dengan baik,
akan mulai berproduksi pada umur 2 — 3 tahun,
dan selanjutnya panen dapat dilakukan setiap tahun sampai tanaman berumur 10 tahun atau tergantung pada intensitas
pemeliharaan.
Budidaya lada dengan
tajar dan dipelihara dengan baik maka panen
pertama terjadi pada umur 3 - 4 tahun dan dapat terns berproduksi sampai
umur 15 tahun atau lebih.
Sejak terbentuk bunga sampai buah masak memerlukan
waktu cukup lama. Buah muda berwarna hijau muda, berubah menjadi hijau
tug dan apabila sudah masak berwarna
kuning sampai kemerah­
merahan.
Pemetikan/panen buah dilakukan tergantung tujuan produk
yang akan
dihasilkan (lada hitam atau lada putih).
1. Lada Hitam
Untuk
membuat lada hitam, pemetikan buah dilakukan 6 — 7
bulan setelah tanaman berbunga. Pada saat itu buah
berwarna hijau
tua/hijau
gelap. Untuk memperbaiki mutu lada hitam, Balitro bekerja sama dengan Cabang Dinas Perkebunan Loa Janan telah
membuat alat perontok buah, blanching dan
pengering. Proses
pengolahan lada
hitam dari buah lada segar cukup sederhana yaitu
dengan cara memisahkan buah lada dari tangkainya (dengan alat perontok)
kemudian dilakukan blanching (celup dalam air panas selama 2,5 menit)
agar
diperoleh warna hitam mengkilap dan seragam serta aromanya lebih baik. Setelah
itu, lada dijemur dengan menggunakan
rak-rak
sehingga terhindar dari gangguan hewan atau pengeringan
dengan alat
pengering.  
2. Lada Putih
Untuk
memperoduksi lada putih, buah lada dipetik setelah 8 - 9
bulan bunga muncul yaitu ditandai oleh sebagian
buah dalam satu
tandan sudah berwarna
kuning kemerahan. Tahapan pengolahan lada putih yang umum dilakukan pctani,
terdiri dari merendam, mcrontok
dan
mengupas buah serta menjemur. Seringkali dalam melakukan
perendaman, air yang digunakan tidak bersih atau
tidak mengalir, dan pada waktu pengtipasan urnumnya dilakukan dengan
menginjak-injak
karung lada akibatnya
mutu lada putih yang dihasilkan menjadi
rendah. Upaya perbaikaii mutu lada putih telah dilakukan Balittro membuat
alat perontok, pengupas lada, pengering dan sortasi.

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News Africa AGRIBISNIS Agriculture Business Agriculture Land APINDO Argentina Australia Bangladesh benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita riau terkini Berita Riau Today Berita Tempo bibit sawit unggul Biodiesel biofuel biogas budidaya sawit Bursa Malaysia Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn corporation Cotton CPO Tender Summary Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja Malaysia Meat MPOB News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis Pakistan palm oil Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit pembelian benih sawit Penawaran menarik PENGUPAHAN perburuhan PERDA pertanian Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI Rice RSPO SAWIT Serba-serbi South America soybean Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight Ukraine umum USA Usaha benih varietas unggul Vietnam Wheat