RSS Feed

Harus Ada Regulasi Tata Niaga yang Memihak Petani

Posted by Flora Sawita Labels: , , , ,

Medan. Tingginya impor produk pertanian sangat merugikan petani yang kondisinya kian kesulitan karena tak mampu bersaing, baik dari sisi harga maupun kontinuitas produksi sesuai permintaan pasar. Karena itu, harus ada regulasi tata niaga impor yang memihak petani, di antaranya dengan tidak hanya memakai sudut pandang kebutuhan konsumen.
Hal tersebut diungkapkan pengamat ekonomi yang juga pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (FE-USU) Syafrizal Helmi Situmorang di Medan.

Ia menjelaskan, masuknya produk pertanian misalnya buah-buahan, kentang, kedelai dan lainnya tidak bisa dibiarkan terus-menerus jika ingin produksi pertanian di Sumut bisa paling tidak menjadi raja di rumahnya sendiri. "Harus ada upaya empowering (penguatan) kepada petani," ujarnya, Selasa (1/11).

Pada dasarnya, kata Helmi, kepentingan petani harus lebih diutamakan agar petani bisa lebih sejahtera. Ia berpendapat, Dinas Pertanian sebagai instansi yang bersinggungan langsung dengan para petani harus bisa memberikan tenaga ahli dengan memberikan model pertanian dan aplikasi teknologi tepat guna sehingga bisa dilakukan petani dengan mudah.

Dan yang tak kalah pentingnya, dalam hal pemasaran, harus diberikan ruang yang lebih besar untuk para petani memasarkan produknya serta tidak membiarkannya bersaing langsung dengan produk luar yang dalam pandangan masyarakat umum lebih baik. "Petani harus mendapatkan perlindungan dan jaminan bahwa produknya laku, bukan disalahkan karena daya saingnya kalah dengan produk impor,” jelasnya.

Perlindungan kepada petani, kata Helmi, antara lain bisa dilakukan dengan tidak mengimpor produk-produk yang sebenarnya ada di tingkatan lokal. Selain itu, tidak mengimpor produk yang mana produk tersebut di lokal sedang mengalami panen.

Kemudian, jaminan pemasaran bagi produk juga harus diberikan melalui promosi konsumsi produk lokal sembari melakukan perbaikan dan pembinaan kepada petani agar tidak terus-menerus menggunakan pestisida untuk pertaniannya. "Ini penting karena sebenarnya produk dari luar juga tidak lebih bersih dari penggunaan pestisida dari pada petani kita," ujarnya.

Ia menegaskan, regulasi tata niaga impor produk pertanian juga memastikan adanya ketegasan pemerintah dalam menentukan standar mutu produk sebelum masuk ke pasaran. "Jadi, pemerintah tidak hanya memenuhi kebutuhan para konsumen saja, karena sebenarnya petani jauh lebih penting untuk diperhatikan," tambahnya.

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News Africa AGRIBISNIS Agriculture Business Agriculture Land APINDO Argentina Australia Bangladesh benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita riau terkini Berita Riau Today Berita Tempo bibit sawit unggul Biodiesel biofuel biogas budidaya sawit Bursa Malaysia Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn corporation Cotton CPO Tender Summary Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja Malaysia Meat MPOB News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis Pakistan palm oil Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit pembelian benih sawit Penawaran menarik PENGUPAHAN perburuhan PERDA pertanian Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI Rice RSPO SAWIT Serba-serbi South America soybean Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight Ukraine umum USA Usaha benih varietas unggul Vietnam Wheat