RSS Feed

Pengaruh Kematangan, Bobot dan Kadar Air Tandan Buah Segar (TBS) Terhadap Pendapatan Petani Sawit Di Kecamatan Kandis

Posted by Flora Sawita

Judul Proposal : Pengaruh Kematangan, Bobot dan Kadar Air Tandan Buah Segar (TBS) Terhadap Pendapatan Petani Sawit Di Kecamatan Kandis
Nama Mahasiswa : Ringkel Rico Hardianto
NIM : 083112500150011
Program Studi : Agroteknologi
Program Kekhususan : Agribisnis


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Seminar Pada Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta


DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I Pembimbing II




(Ir. Asmah Yani, M. Si) (DR. Ir. Nonon Saribanon, M. si)

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Nasional





(Ir. Tri Waluyo, M. Agr)





KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada “Tuhan Semesta Alam” atas berkat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah seminar pada Fakultas Pertanian Universitas Nasional, Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka proposal ini tidak mungkin terwujud oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Ir. Tri Waluyo M.Agr, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Nasional yang telah memberikan izin penelitian serta bimbingan kepada penulis.
2. Ibu Ir. Asmah Yani, M.Si, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, pengarahan dan saran dalam penyusunan proposal penelitian ini.
3. Ibu DR. Ir. Nonon Saribanon, M.Si, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk, pengarahan dan saran dalam penyusunan proposal penelitian ini.
4. Para Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Nasional, Jakarta. Ir. Wayan Rawiniwati, M.Si; Ir Etty Hestiati, M.Si; Ir. I.G.S. Sukartono, M.Agr; Ir. Luluk, M.Si; Ir. Farida, MM; Ir. Delsi, M.Si; Drs. H. Mulyoto; Ir. Suryatman; Ir. Saptomo dan tenaga pengajar lain yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan arahan hidup kepada penulis.
5. Para Staf Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Nasional yang telah banyak membantu segala keperluan perizinan bagi penulis.
6. Orang Tua Tercinta, atas segala nasehat dan bantuan moril serta materi yang tak pernah putus serta memberikan arahan hidup bagi penulis.
7. Keluarga Besar penulis yang telah memberikan semangat serta doa dalam setiap langkah dan tindakan penulis.
8. Rekan-rekan penulis, penulis yang mendukung penulis dalam penyelesaian proposal ini yang tidak bisa disebutkan namanya.
9. Semua pihak yang telah banyak membantu namun tidak tertuliskan dalam ucapan terima kasihnya, penulis memohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.

Akhirnya penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih banyak sekali kekurangannya baik isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sedalam-dalamnya dan mengharapkan kritik dan saran yang dapat digunakan untuk menyempurnakan penulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Jakarta, April 2010

Penulis



BAB. I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang sangat potensial khususnya sebagai bahan oleopangan dan oleokimia. Sebagai bahan oleopangan, minyak kelapa sawit umumnya digunakan untuk minyak goreng, margarin, vanaspati dan pengganti lemak coklat (cocoa butter), sedangkan sebagai bahan non pangan (oleokimia) dapat berupa asam lemak, gliserin, sabun, deterjen, pelumas, plastisizer, kosmetika dan alternatif bahan bakar diesel.
Dengan memperhatikan letak geografis, sumber daya lahan serta sumber daya manusia, maka kelapa sawit dapat menjadi suatu komoditi andalan untuk agribisnis di kecamatan Kandis. Pada umumnya di kecamatan Kandis, produk utama dari kelapa sawit ini adalah minyak sawit mentah (CPO) yang merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa sawit. CPO merupakan hasil pengolahan dari tandan buah segar (TBS) yang mengalami proses pengolahan di pabrik kelapa sawit (PKS). Produsen CPO biasanya mendapatkan TBS dari perkebunan sendiri dan petani sawit.
Produsen CPO pada saat melakukan pembelian TBS dari Petani sawit di kecamatan Kandis, biasanya sangat memperhatikan beberapa hal, yakni: tingkat kematangan TBS, bobot TBS dan kadar air TBS yang dihasilkan oleh petani sawit, karena hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas dari CPO yang dihasilkan TBS. Apabila kualitas TBS tidak sesuai dengan standar TBS yang diberkakukan oleh produsen CPO, maka TBS tersebut akan mengalami penyortiran (untuk TBS yang tingkat kematangan dan bobotnya tidak sesuai standar) serta potongan-potongan terhadap hasil penimbangan TBS pada saat di PKS. Melihat hal ini, petani sawit di kecamatan Kandis harus memperhatikan standar TBS yang sesuai dengan permintaan pabrik CPO pada saat melakukan pemanenan, jika tidak ingin TBS yang mereka panen akan mengalami penyortiran. Penyortiran TBS tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan Kandis. Hal ini berarti Tingkat kematangan, bobot dan kadar air TBS secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan petani.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah, yakni: Sejauhmana kematangan, bobot dan kadar air TBS berpengaruh terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan kandis ?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kematangan TBS, bobot TBS dan kadar air TBS terhadap pendapatan petani sawit di Kecamatan Kandis.

1.4. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada penulis tentang bagaimana pengaruh kematangan TBS, bobot TBS dan kadar air TBS terhadap pendapatan petani sawit di Kecamatan Kandis.
2. Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat Sebagai bahan informasi dalam melakukan agribisnis sawit.
3. Sebagai landasan dan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit (E. Guineensis) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang, dan memiliki batang yang tidak bercabang, serta memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15º LU - 15º LS. Ketinggian lokasi (altitude) perkebunan kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0 – 500 m dari permukaan laut (dpl). Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000 – 2.500 mm/tahun, dengan periode bulan kering < 75 mm/ bulan tidak lebih dari 2 bulan. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 – 30 ºC. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5 – 7 jam/hari. Kelembapan optimum yang ideal sekitar 80 – 90% (Pahan, 2008).Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3-4 minggu yaitu sampai tingkat matang morfologis. Yang disebut dengan matang morfologis adalah buah telah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologis adalah buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni ± 1 bulan setelah matang morfologis. Berat buah berkisar 10 – 20 gram (Risza, 1994). 2.1.1. Klasifikasi Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : MonocotyledonaeFamili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : E. guineensis, E. oleifera (H.B.K.) Cortes dan E. odora Gambar 1. Tandan Buah Segar (TBS) Gambar 2. Tanaman Kelapa Sawit2.1.2. Tipe Buah Kelapa Sawit Berdasarkan tebal tipisnya tempurung (cangkang) dan kandungan minyak dalam buah maka kelapa sawit dapat dibedakan dalam 3 tipe, yakni : • Tipe Dura : memiliki tempurung (cangkang) sangat tebal, kandungan minyak dalam buah rendah, dimana rendemen minyak yang dihasilkan adalah 15 – 17%. • Tipe Pisifera : memiliki tempurung sangat tipis bahkan banyak berbentuk bayangan cincin, hampir tidak bertempurung ndan kandungan minyak dalam buah tinggi, dimana rendemen minyak yang dihasilkan adalah lebih besar dari 23%. Tetapi karena tandan sering gugur sebelum matang, sehingga rendemen minyak yang dihasilkan pun semakin berkurang. • Tipe Tenera : memiliki merupakan persilangan Dura sebagai pohon ibu, dengan pisifera sebagai bahan bapak. Tenera bertumpurung tipis kandungan minyak tinggi, dimana rendemen minyak yang dihasilkan adalah 21 – 23%. Pada umumnya, tipe buah kelapa sawit yang paling banyak digunakan dan dikembangbiakkan dalam industri kelapa sawit adalah tipe tenera. Karena tipe ini sangat menguntungkan bagi industri kelapa sawit.Dan adapun pembagian kelapa sawit berdasarkan warna kulit buahnya, yaitu sebagai berikut :  Nigrescens : Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.  Virescens : Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan warna hijau.  Albescens : Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tua/masak. Diantara ketiga varietas di atas, Nigrescens paling banyak dibudidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai di lapangan, umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian (Hadi, 2004).2.1.3. Tandan Buah Kelapa SawitBuah kelapa sawit terbentuk dari bunga betina yang diserbuki bunga jantan. Oleh karena itu, masing-masing buah akan tetap menempel pada spinkelet-spinkelet (manggar) bunga betina. Tandan bunga betina yang telah menjadi buah disebut tandan buah kelapa sawit atau tandan buah segar (TBS).Setiap TBS pada tanaman dewasa umumnya terdiri dari 1.000 – 2.000 buah. Setiap buah berdiameter 1,5 – 3 cm. Berat setiap butir buah adalah 10 – 30 gram, sehingga satu TBS pada tanaman dewasa beratnya mencapai 10 – 50 kg. Pada umur 3 tahun atau saat tanaman berbuah untuk pertama kali, berat TBS adalah 3 – 6 kg, dan meningkat sejalan dengan pertambahan umur tanaman.Buah kelapa sawit yang telah terlepas atau terpisah dari tandannya, dalam istilah umum perkebunan kelapa sawit disebut brondol atau brondolan. Terdapat indikasi bahwa TBS yang kerapatan buahnya tinggi memilki kecenderungan ukuran buah atau brondolnya kecil. Hal ini terjadi karena setiap buah akan saling berhimpit sehingga pertumbuhannya tidak optimal (Hadi, 2004).Hubungan antara membrondolnya buah dengan kandungan minyak dalam mesocarp masih belum diketahui secara jelas. Sampai saat ini, hal yang jelas yaitu kriteria kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke piringan. Standar yang umum berlaku di Indonesia yaitu 1 – 2 brondolan per kg tandan buah segar (Pahan, 2006). Untuk kandungan minyak terhadap tandan yaitu dengan persentase CPO mencapai 20% dari berat tandan tersebut dan untuk minyak inti sawit (PKO) bisa mencapai 30% dari berat tandan tersebut. 2.2 Minyak Kelapa Sawit Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi.Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Palm Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tesendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non-pangan.CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel). (Sastrosayono, 2006)Tabel 2.1. Produksi minyak nabati berbagai tanamanJenis Tanaman Produksi(ton/ha/tahn) Rata-rata(ton/ha/tahun) Pasokan Dunia(%)Kedelai 0,2 – 0,8 0,4 28Kacang tanah 0,3 – 1,0 0,6 5Biji rape 0,3 – 1,8 0,7 14Bunga matahari 0,4 – 2,1 1,2 13Kelapa 0,4 – 2,3 0,7 5Kelapa sawit 2,5 – 12,5 4,2 23Lain-lain 0,2 – 0,6 0,3 12Sumber: The Oil Palm (Helmut)Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semipadat. Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A. Tabel 2.2. Komponen dalam minyak kelapa sawit No. Komponen Kuantitas1. Asam lemak bebas (%) 3,0 – 4,02. Karoten (ppm) 500 – 7003. Fosfolipid (ppm) 500 – 10004. Dipalmito stearin (%) 1,25. Tripalmitin (%) 5,06. Dipalmitolein (%) 37,27. Palmito stearin olein (%) 10,78. Palmito olein (%) 42,89. Triolein linole (%) 3,1 Sumber: I.Pahan, “Panduan Lengkap Kelapa Sawit” 2.3 Panen Tandan Buah Segar (TBS) Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang tercecer di dalam dan di luar piringan. Selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan hasil (TPH). Buah kelapa sawit dikatakan matang panen, apabila pericarp buah bewarna kuning jingga serta brondolannya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandannya. Menurut Turner dan Gillbanks (1974), bahwa panen harus dilakukan pada saat kematangan buah optimum, agar diperoleh tingkat kandungan minyak dalam daging buah yang maksimum dan dengan mutu yang baik. Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3 – 14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15 – 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 -15 TBS per tahun dengan berat 3 – 40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000 – 3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 – 20 g. TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. (Pahan, 2006) Adapun syarat-syarat untuk panen tandan, antara lain : 1. Tidak dibenarkan memanen buah mentah 2. Tidak meninggalkan buah matang di pohon 3. Tidak meninggalkan atau memeram buah matang di ancak panen 4. Tidak mengantrikan tandan kosong di TPH 5. TBS harus bersih dan gagang panjang harus dipotong mepet 6. TBS harus diberi nomor pemanenan dan disusun rapi di TPH 7. Tebasan cabang mepet dengan batang dan pelepah cabang di gawangan mati(Risza, 1994) Dari syarat-syarat panen yang disebutkan di atas, tidak semua perusahaan atau petani sawit dapat memenuhinya, yang mungkin disebabkan oleh kelalaian pemanen TBS tersebut, misalnya pemanen tetap memanen buah yang masih mentah, padahal tidak diizinkan karena dapat merugikan. Untuk itu di tindaklanjutinya dengan memberikan sanksi kepada pemanennya, seperti mengurangi upah pemanen tersebut. 2.3.1. Fraksi TBS dan Mutu Panen Selain kondisi proses pabrik, tingkat efektivitas dan efisiensi pengolahan kelapa sawit juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Kematangan buah atau yang biasa disebut dengan fraksi TBS, dapat dijelaskan pada tabel berikut.Tabel 2.3. Standar kematangan buah (Fraksi TBS)No. Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondolan1. Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat Mentah Tidak ada2. Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1 – 12,5% buah luar3. Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang mentah 12,5 – 25% buah luar4. Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25 – 50% buah luar
5. Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50 – 75% buah luar
6. Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75 – 100% buah luar
7. Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam ikut membrondol
8. Brondolan (F-6) 9,50% - -
9. Tandan kosong (F-7) 0,00% - -
Sumber:I.Pahan, “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”
Dari ke-7 fraksi tersebut, TBS yang diharapkan matang panen adalah fraksi 2 sampai dengan fraksi 4. Apabila yang dipanen, fraksi 00 – 1, maka rendemen minyak kelapa sawit yang diinginkan sangat sedikit sekali. Namun bila fraksi ini telah terpanen, maka dapat dilakukan penanggulan dengan cara pengeraman atau biasa disebut dengan finalti, yaitu dengan membiarkan TBS tersebut selama beberapa hari sampai diperoleh kematangan yang cukup. Perlu diketahui, pada proses finalti ini, tidak akan terjadi perubahan fraksi. Dan jika yang dipanen adalah fraksi 5 dan 6, sebenarnya cukup baik, karena seperti yang diketahui kandungan minyaknya cukup tinggi, tetapi karena kematangan yang cukup tinggi sehingga brondolan itu pun terlepas dan dapat menyebabkan kehilangan yang tinggi pula.
Untuk fraksi 7, TBS telah berubah menjadi tandan kosong, dengan kata lain, brondolan sudah sebagian besar terlepas dari tandan yang dapat menyebabkan kandungan minyak yang dihasilkan sangat rendah. Maka dengan kata lain, keuntungan industri kelapa sawit juga ditentukan dengan mutu panen, yang artinya setiap panenan harus disesuaikan dengan fraksi-fraksi yang layak panen.

2.4 Pengolahan Kelapa Sawit
Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu mendapat penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memilki keahlian dan keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik.
Secara umum, pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi dua jenis hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan inti sawit. Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit yang berasal dari daging buah (pericarp). Adapun proses-proses pengolahan minyak kelapa sawit pada umumnya, yaitu :

2.4.1. Penimbangan
Pengangkatan tandan buah segar (TBS) dari kebun ke pabrik biasanya dilakukan menggunakan truk dan trailer yang ditarik dengan wheel tractor. Setiap truk dan trailer yang sampai di pabrik harus ditimbang di timbangan pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra). Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang akan diolah.

2.4.2. Sortasi Buah
Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu, perlu dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan truk yang dianggap mewakili seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga. Sortasi juga dilakukan dengan memperhatikan fraksi-fraksi TBS yang telah disebutkan sebelumnya.

2.4.3. Perebusan (Sterilizer)
Lori-lori berisi TBS dimasukkan ke dalam ketel rebusan dengan bantuan loco. Setiap ketel dapat diisi dengan 10 lori. Setelah lori-lori masuk, pintu ketel ditutup rapat. Tandan buah segar (TBS) tadi dipanaskan menggunakan uap air dengan tekanan 2,6 kg/cm2. Proses ini berlangsung selama 1 jam. Proses perebusan memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mematikan enzim-enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin
2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar tidak ikut serta dengan minyak kasar dari hasil pengempaan karena dapat menyebabkan emulsi
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir akan menyulitkan pemisahan air dengan minyak dalam klasifikasi
4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel pengadukan
5. Memudahkan buah lepas dari tandan pada penebahan
6. Merenggangkan buah inti dengan cangkang untuk memudahkan pemecahan biji pada mesin pemecah (cracker)
7. Menurunkan kadar air daging buah dan
8. Memperbaiki proses penjernihan minyak

2.4.4. Penebahan (Threshing)
Lori-lori tandan buah yang sudah direbus, ditarik keluar, lalu diangkat menggunakan hoisting crane yang digerakkan dengan motor dan dapat bergerak di atas lintasan rel. Hoisting crane digunakan untuk mengangkat lori yang berisi tandan-tandan buah, melintangkan lori, serta membalikkannya ke atas mesin penebah (thresher) dengan tujuan melepaskan buah dari tandannya.
Pembantingan tandan ini didasarkan pada gaya berat tandan itu sendiri. Buah yang telah lepas tadi masuk ke digester feed conveyer melalui conveyer dan elevator. Dalam proses ini kadang-kadang masih ada buah yang melekat dalam tandan kosong (katte koppen). Keadaan katte koppen dapat disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :
1. Adanya TBS sakit (abnormal) dari kebun
2. Waktu perebusan terlalu singkat
3. Proses bantingan tidak tepat
4. Adanya buah mentah dari kebun
5. Adanya kesalahan proses yang dijalankan

2.4.5. Pengadukan (Digester)
Buah yang lepas dari mesin bantingan langsung dimasukkan ke dalam ketel adukan (digester). Ketel ini memiliki dinding rangkap dan as putar yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk. Dalam ketel adukan, buah dihancurkan dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar pada as, sehingga daging buah (pericarp) pecah dan terlepas dari bijinya (nut).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan sebagai berikut:
1. Pelumatan buah harus berjalan baik, daging buah lepas dari bijinya secara sempurna
2. Hasil adukan tidak boleh terlalu lumat seperti bubur
3. Serat-serat buah harus masih jelas kelihatan
4. Minyak yang terbentuk pada ketel adukan harus dikeluarkan
5. Temperatur massa buah diupayakan lebih rendah dari 90ºC dan tidak boleh sampai mendidih
6. Ketel adukan harus selalu penuh atau sedikitnya berisi ¾ adukan
7. Waktu pelumatan dalam digester diupayakan selama 20 – 25 menit

2.4.6. Pengempaan (Pressing)
Pengempaan dilakukan untuk mengambil minyak dari massa adukan buah di dalam mesin pengempaan secara bertahap dengan bantuan pisau-pisau pelempar dari ketel adukan. Minyak yang keluar ditampung di sebuah talang dan dialirkan ke crude oil tank melalui vibrating screen melalui saringan getar.

2.4.7. Klasifikasi
Minyak yang keluar dari crude oil tank segera diklasifikasi di instalasi-instalasi penjernihan yang tahapannya sebagai berikut:
1. Continuous Settling Tank, Minyak dalam tank ini masih bercampur dengan sludge (lumpur, air, dan kotoran lainnya). Di sini, minyak dipisahkan dari sludge berdasarkan perbedaan berat jenis (minyak berada di bagian atas). Minyak bersih dari continuous tank dialirkan ke top oil tank, sedangkan sludge dialirkan ke sludge tank.
2. Top Oil Tank, berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan sebagai bak penampungan sebelum minyak masuk ke oil purifier. Temperatur pada tank ini mencapai 90 - 95ºC sehingga air menguap. Karena minyak masih mengandung air dan kotoran, maka perlu diolah lagi sampai kadar air dan kotorannya sekecil mungkin.
3. Oil Purifier, Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat jenis dan gaya-gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 putaran per menit, kotoran dan air yang berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar. Minyak yang ada di bagian tengah dapat ke luar menuju ke vaccum drier.
4. Vaccum Drier, Di vaccum drier, minyak diuapkan dengan sistem pengabutan minyak. Minyak yang sudah bebas air dipompakan ke tangki penimbunan melalui flow meter.
5. Sludge Tank, Sludge yang keluar dari continuous tank masih mengandung minyak dan diolah lagi untuk diambil minyaknya dengan cara memanaskan hingga mencapai temperatur 80 - 90ºC. Proses ini berlangsung di dalam sludge tank.
6. Fat Pit, Sludge yang keluar dari sludge centrifuge masih mengandung minyak. Sludge ini bersama air pencuci mesin centrigufe dikumpulkan dalam fat pit untuk diambil minyaknya.

2.5 Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, bilangan peroksida, bilangan penyabunan, serta kandungan logam berat.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen atau kurang), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.

Tabel 2.4. Standar Mutu SPB dan Ordinary
No. Kandungan SPB Ordinary
1. Asam lemak bebas (%) 1 – 2 3 – 5
2. Kadar air (%) 0,1 0,1
3. Kotoran (%) 0,002 0,01
4. Besi (ppm) 10 10
5. Tembaga (ppm) 0,5 0,5
6. Bilangan Iod 53 ± 1,5 45 – 56
7. Karotene (ppm) 500 500 – 700
8. Tokoferol (ppm) 800 400 – 600
















Sumber : S.Ketaren, “Minyak dan Lemak Pangan”

2.6 Tandan Kosong dan Serat
TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah salah satu produk samping pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari pengolahan bisa dihasilkan ratusan ton TKKS. Diperkirakan saat ini limbah TKKS di Indonesia mencapai 20 juta ton. TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai macam produk.
Sebagian besar tandan kosong yang dihasilkan dari stasiun penebah (threshing), masih mengandung minyak. Untuk itu, kerugian yang terjadi pada proses penebahan ada dua macam, yaitu kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih tertinggal di tandan (tidak membrondol).
Tingkat kematangan buah dan metode perebusan buah sangat menentukan dalam keberhasilan proses pengolahan buah kelapa sawit. Semakin tinggi tingkat kematangan dan semakin lama waktu perebusan, semakin besar pula kemungkinan bahwa minyak akan meleleh keluar dari daging buah selama perebusan karena daging buah menjadi sangat lunak.
Pada saat proses penebahan, minyak tersebut terserap oleh tandan. Adapun standar untuk kehilangan minyak pada tandan kosong ini, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5. Standar kehilangan minyak terhadap TBS pada tandan kosong
No. Karakteristik Batasan
1. Serabut (% NOS) 6,42 – 9,00
2. Serabut (% sampel) 4,00 – 6,00
3. Tandan kosong (JJK) (% NOS) 3,00 – 3,75
4. Tandan kosong (JJK) (% sampel) < 2,0
5. Buah ikut tandan kosong (JJK) (% NOS) 2,30 – 2,50
Sumber: I.Pahan, “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”

2.7 Fat Pit
Fat pit merupakan kolam penampungan air limbah kelapa sawit sementara, sebelum akhirnya dibuang ke stasiun limbah dan perairan sekitar. Pengendalian limbah pabrik (raw effluent) yang berasal dari stasiun rebusan dan klarifikasi dimulai dari penampungan limbah tersebut pada fat pit dengan tujuan untuk mengurangi kadar minyak melalui prinsip pengendapan. Setelah itu, limbah didinginkan dengan cara mengalirkan limbah ke menara pendingin atau dapat juga dilakukan melalui aliran panjang dan terbuka, kemudian ditampung di kolam limbah. Lalu minyak yang telah terpisah dari fat pit ini pun akan dialirkan kembali pada COT untuk diproses kembali. Apabila terdapat minyak yang ikut ke kolam limbah, ini dihitung sebagai kerugian (losses).
Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di fat pit diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan kotoran. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak ditampung pada sebuah bak pada pinggiran fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke sludge drain tank. Seperti yang kita ketahui, pada fat pit mengandung minyak dengan kadar yang cukup tinggi.

2.8 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.

2.9 Penyebab Kehilangan Minyak
Angka kehilangan produksi yang lepas (losses) dapat terjadi karena :
1. Kematangan buah tidak baik (buah masih mentah sudah dipanen)
2. Buah matang tidak dipanen
3. Brondolan tidak terkutip bersih
4. Pencurian brondolan dan TBS
5. Buah restan di TPH, membusuk tidak terangkat
6. TBS dan brondolan jatuh dan tercecer di jalan
7. Angka kehilangan (losses) di pabrik
















BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Berpikir
Pendapatan petani sawit tidak terlepas dari biaya dan harga Produk minyak sawit, yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. Harga minyak sawit secara historis terus meningkat. Peningkatan harga minyak sawit (CPO, crude palm oil) ini juga mendongkrak harga buah sawit (TBS, tandan buah segar). Para petani kelapa sawit memperoleh manfaat dari hasil menjual buah sawit kepada pabrik-pabrik pengolah buah sawit menjadi CPO. Oleh karenanya, harga TBS merupakan salah satu indikator penting yang dapat mempengaruhi penawaran petani kelapa sawit (Arianto, 2008).
Berbagai faktor berpengaruh dalam pembentukan harga TBS, yaitu harga CPO dan inti. Selain harga patokan CPO dan inti yang ditentukan pemerintah, masih ada nilai rendemen CPO dan inti yang turut menentukan harga TBS. Mutu dan rendemennya ditentukan oleh jenis bibit, umur tanaman dan mutu panen (PERHEPI, dalam Bangun, 1989).
Drajat (2004) dalam penelitiannya mengatakan bahwa umur tanaman mempengaruhi kualitas rendemen TBS, yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap harga TBS. Kualitas rendemen TBS dikatakan tinggi ketika tanaman berumur pada selang waktu 7 hingga 22 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih tinggi. Tetapi kualitas rendemen TBS masih rendah pada selang umur tanaman 3 sampai 6 tahun dan 23 sampai 25 tahun, sehingga perkiraan harga TBS lebih rendah.
Mutu panen juga dapat mempengaruhi kualitas rendemen TBS. Rendemen TBS dapat menurun karena panen yang kurang efektif, antara lain disebabkan oleh :
• Brondolan mentah sudah dipanen sebelum waktunya
• Buah matang tidak sempurna
• Brondolan tidak bersih dikutip (Risza, 1994)
Menurut teori-teori yang ada, banyak hal yang mempengaruhi harga TBS yang diterima petani yang tentunya juga mempengaruhi pendapatan petani. Tetapi menurut saya, yang paling berpengaruh dalam menentukan pendatan petani sawit di kecamatan kandis adalah tingkat kematangan TBS, bobot TBS, dan kadar air TBS, yang mana ketiga faktor tersebut menurut saya sangat berpengaruh kepada kualitas rendemen yang tentunya juga akan berpengaruh terhadap harga TBS yang ditawarkan oleh pabrik kelapa sawit. Adapun alur pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:



Gambar 3.1. Kerangka Berpikir

3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual penelitian maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara tingkat kematangan TBS terhadap pendapatan petani di kecamatan Kandis.
2. Terdapat hubungan positif antara bobot TBS terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan Kandis.
3. Terdapat hubungan positif antara kadar air TBS terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan Kandis.















BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kandis, dimana kecamatan Kandis merupakan salah satu kecamatan yang terletak di kabupaten Siak-Provinsi Riau. Kegiatan penelitian ini dimulai bulan Agustus sampai dengan Desember 2011.

4.2. Metode Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei yang menggunakan sampel dari populasi. Menurut Nazir (2005) menyatakan bahwa: survei adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala yang ada serta mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi social, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun daerah.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Nazir (2005) mengatakan bahwa: penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan arikunto (2006) menyatakan bahwa: penelitian kuantitatif memiliki unsur yang rinci sejak awal, langkah penelitian yang sistematis, menggunakan sampel yang hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi, memiliki hipotesis jika perlu, memiliki desain jelas dengan langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan, memerlukan pengumpulan data yang dapat mewakili, serta ada analisis data yang diberlakukan setelah semua data terkumpul.
Adapun sifat penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory) yaitu suatu penelitian yang menguraikan fenomena yang terjadi diobjek penelitian. Sugiyono (2004) menyatakan bahwa: penelitian ekplanatori merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara suatu variable dengan yang lain.

4.3. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani kelapa sawit. Penentuan dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu sampel yang diambil melalui pertimbangan. Pertimbangannya adalah responden yang diteliti merupakan petani sawit yang berada dalam 7 desa di kecamatan Kandis dengan berjumlah 2.040 orang, yang terdiri dari petani yang langsung menjual TBS ke produsen CPO (PKS), yaitu 82 orang dan petani yang menjual TBS ke PKS melalui Toke (pedagang Pengumpul), yaitu 1.908 orang. Populasi dan pengambilan sampel ditunjukkan pada tabel IV.1. berikut.

Tabel 4.1. Distribusi populasi
No. Desa Tempat Petani Unit populasi
Jumlah
Langsung PKS Melalui Toke
1. Gelombang 8 350 358
2. Kandista 11 208 219
3. Belutu 4 70 81
4. Libo lama 10 130 140
5. Libo baru 18 450 468
6. Kandis kota 9 242 251
7. Kandis godang 26 458 484
Jumlah 82 1.908 1.990
Sumber: Potensi Kecamatan Kandis, 2007 (Data Diolah)
Dalam menentukan jumlah sampel, penelitian menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:
N
n =
1+Ne2
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = kelongaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, sebesar 10%.
Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
1.990
n =
1 + 1.990 (0.1)2
= 95.215311005 = 96 orang
Dari 96 orang yang menjadi sampel penelitian dibagi menjadi responden kelompok petani sawit yang langsung menjual TBS ke PKS dan petani sawit yang menjual TBS ke PKS melalui Toke dengan perhitungan sebagai berikut:
N1 N2
n1 = x n n2 = x n
N N
Dimana;
n1= jumlah sampel petani yang langsung menjual ke PKS
n2= jumlah sampel petani yang menjual ke Toke
n = jumlah sampel petani keseluruhan
N1= jumlah populasi petani yang langsung menjual ke PKS
N2= jumlah populasi petani yang langsung menjual ke PKS
N= jumlah populasi keseluruhan

Dengan demikian, jumlah distribusi sampel dalam penelitian adalah:
82 1.908
n1 = x 96 n2 = x 96
1.990 1.990
= 3.955778894 = 92.044221106
= 4 orang = 92 orang

Maka jumlah sampel keseluruhan (n) adalah n1 + n2 = 4 + 92 = 96 orang, yang terdiri dari 4 orang responden petani yang langsung menjual TBS ke PKS dan 92 orang responden petani yang menjual TBS ke PKS melalui Toke.

Tabel 4.2. Distribusi sampel
No. Unit Sampel Jumlah (orang)
1. Petani yang langsung menjual ke PKS 4
2. Petani yang menjual melalui Toke 92
Jumlah 96
Sumber: Potensi Kecamatan Kandis, 2007 (Data Diolah)

4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Wawancara (interview) secara langsung kepada semua responden yang akan dipilih dari masing-masing desa yang ada dikecamatan Kandis, yang disesuaikan dengan jumlah responden yang ada pada setiap desa di kecamatan Kandis.
2. Daftar pertanyaan (questionnaire) yang diberikan kepada petani yang menjadi responden dalam penelitian ini.
3. Studi dokumentasi, mengumpulkan data atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, baik dari instansi pemerintah maupun dari instansi terkait.
4.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah bersumber dari:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara (interview) dan pemberian daftar pertanyaan (questionnaire) kepada responden penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi dokumentasi.

4.6. Model Analisis Data
Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda tiga prediktor untuk mengetahui pengaruh kematangan TBS, bobot TBS dan kadar air TBS terhadap pendapatan petani sawit, dengan rumus sebagai berikut:
Y = B0 + B1X1 + B2X1 + B3X3 + e
Dimana:
Y = Pendapatan petani sawit
X1 = Tingkat kematangan TBS
X2 = Bobot TBS
X3 = Kadar air TBS
B0 = Konstanta
B1B2B3 = Koefisien regresi

Pada penelitian ini, variable-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) dengan simbol Y, yaitu pendapatan petani sawit di kecamatan kandis.
2. Variabel Bebas (Independent Variable) dengan simbol X, yaitu tingkat kematangan TBS (X1), bobot TBS (X2), dan kadar air TBS (X3).

4.7. Defenisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variable yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut:
1. Tingkat kematangan TBS
2. Bobot TBS
3. Kadar air TBS
4. Rendemen





















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Hadi, dkk. 2004. Strategi dan Kebijakan Perdagangan Pertanian Pasca AoA-WTO. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dapertemen Pertanian. Bogor.

Kateran, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:UI
Press
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Risza S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Jilid I. Yogyakarta: Kanisius.

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News Africa AGRIBISNIS Agriculture Business Agriculture Land APINDO Argentina Australia Bangladesh benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita riau terkini Berita Riau Today Berita Tempo bibit sawit unggul Biodiesel biofuel biogas budidaya sawit Bursa Malaysia Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn corporation Cotton CPO Tender Summary Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja Malaysia Meat MPOB News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis Pakistan palm oil Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit pembelian benih sawit Penawaran menarik PENGUPAHAN perburuhan PERDA pertanian Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI Rice RSPO SAWIT Serba-serbi South America soybean Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight Ukraine umum USA Usaha benih varietas unggul Vietnam Wheat