PENYAKIT CABE DAN PENGENDALIANNYA
Posted byAwal tahun 2011 ditandai dengan meningkatnya harga cabe hingga ke nilai jual yang fantastis, 100 ribu rupiah per kilogram. Namun dibalik harga yang menggiurkan, terselip kekhawatiran bagi para petani cabe, mengingat intensitas harga ini seiring dengan tingginya curah hujan dan kelembaban di beberapa tempat di Indonesia. Kondisi cuaca yang tidak stabil ini merupakan factor utama munculnya berbagai penyakit pada tanaman cabe. Gangguan penyakit maupun hama pada tanaman cabe sangat kompleks, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Bahkan dapat menimbulkan kerugian cukup besar, terlebih pada musim pancaroba seperti saat ini.
Untuk mengatasi masalah penyakit cabe ini, pada umumnya para petani melakukan pengendaliannya secara konvensional, yaitu, penggunaan pestisida secara intensif. Penggunaan pestisida ini bahkan mencapai 51% dari biaya produksi. Dari sejumlah tersebut, 17,6% digunakan untuk mengatasi penyakit tanaman, dan sisanya untuk penggunaan insektisida.
Bercak Daun (Cercospora capsici)
Bercak – bercak bulat kecil pada daun merupakan ciri khas serangan Cercospora capsici. Bagian dalam pada lingkaran selalu berbeda dengan yang ditepi lingkaran. Bercak tersebut meluas mencapai sekitar 0,5 cm. bercak tampak berwarna pucat sampai putih, dengan tepi berwarna lebih tua. Selain menyerang daun juga menyerang batang dan tangkai daun. Pengendalian penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan aplikasi fungisida seperti Topsin, Velimek, Benlate, Derasol, Score bergantian untuk menghindari resistensi penyakit.
Bercak Bakteri (Xanthomonas campestris pv. vesicatoria)
Patogen menyerang daun, buah, dan batang. Pada daerah terserang tampak bintik – bintik berwarna cokelat pada bagian tengah dan dikelilingi lingkaran klorosis yang tidak beraturan. Gejala nampak jelas di permukaan daun sebelah atas, sedangkan pada buah gejala serangan ditandai dengan adanya bercak cokelat.
Pengendalian dengan merendam benih menggunakan bakterisida berbahan aktif stretomisin sulfat dan oksitetrasiklin. Sedangkan daun, ranting dan buah yang berserakan di atas bedengan segera dibersihkan dan dimusnahkan. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan famili cabai sangat dianjurkan untuk memutus siklus penyakit dipertanaman. Aplikasi dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti Kocida 60 WDG, Cupravit, Trimiltox bertujuan untuk menekan serangan bercak bakteri ini.
Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Disebabkan oleh cendawan yang gejala serangannya berupa bercak cokelat tua hingga kehitaman dengan lingkaran – lingkaran konsentris, membesar dan akhirnya bergabung menjadi satu.
Pengendaliannya dengan menjaga kebersihan lahan dan aplikasi fungisida seperti Sandofan 10/56 WP, Kocide 77 WP atau Polyram 80 WP secara berselang – seling sesuai dosis anjuran.
Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f. sp. capsici)
Layu Fusarium umumnya mengganas pada tanah pH rendah (masam). Layu Fusarium disebabkan oleh cendawan menular lewat tanah. Serangan ditandai dengan menguningnya tajuk cabai dan tulang daun sebelah atas memucat dan tangkainya menunduk. Pada bagian pangkal batang, dekat akar, jika ditoreh, maka tampaklah cincin cokelat kehitaman diikuti busuk basah pada pembuluh. Pengendalian penyakit dilakukan sebelum penanaman dengan cara pemberian kapur hingga pH tanah sesuai. Hindari genangan air di lahan, rendam benih dalam larutan Benlate atau Derosal selama 10 menit. Tanaman yang terserang dicabut, dimasukkan dalam wadah jangan sampai terjadi ceceran tanah dari lokasi tanaman sakit. Lubang bekas tanaman ditaburi kapur lalu ditutup kembali. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan famili Solanaceae sangat dianjurkan untuk memutus siklus penyakit. Kucuri tanah disekitar tanaman yang diduga terinfeksi cendawan dengan Derosal, Anvil, Benlate atau Topsin.
Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Serangan pertama kali biasanya pada tanaman umur 6 minggu. Gejala nampak pada daun layu mulai dari pucuk sampai ke bagian bawah. Jika batang/cabang/pangkal batang dibelah, akan terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk. Bila dicelup dalam air bening maka 5 menit kemudian keluar cairan eksudat berupa lendir berwarna putih. Serangan bakteri ini terjadi melalui air yang tercemar.
Penanggulangan awal dengan cara mencelup bibit ke air yang dicampur Agrimycin. Drainase tanah disekitar kebun diperbaiki agar tidak becek. Tanaman yang sakit agar dicabut. Kocor Agrimycin di sekitar batang tanaman yang terserang layu bakteri.
Layu Cendawan Sclerotium rolfii Sacc.
Serangan cendawan menyebabkan layu tanaman secara tiba – tiba, daun berwarna kuning kemudian cokelat. Patogen menyerang leher akar yang ditandai adanya miselium berwarna putih. Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengapuran saat pengolahan tanah, pergiliran tanaman, perlakuan tanah dengan Basamid-G.
Antraknosa/patek (Colletotrichun capsici dan Gloesporium piperatum)
Penyakit ini sangat menakutkan bagi pekebun cabe. Serangan cendawan ini tidak terbatas pada saat buah masih tergantung, tetapi juga tetap mengancam setelah usai panen. Serangan dimulai dari munculnya bercak kuning yang berubah menjadi cokelat kehitaman. Buah menjadi lunak dan membusuk, buah mengering dan keriput. Penyakit ini juga menyerang buah yang masih hijau hingga menyebabkan mati ujung. Pada kondisi lembab cendawan akan membentuk badan buah dalam lingkaran – lingkaran berwarna merah jambu.
Pengendalian dengan cara benih yang akan disemai direndam dulu dengan air hangat yang dicampur fungisida berbahan aktif tofanat, tebukanazol, thiram atau benomil selama 4 jam. Jarak tanam untuk musim kemarau lebih rapat (50 x 70 cm), sedangkan musim penghujan lebih lebar (60 x 70 cm).
Semua cabai yang terserang agar dipetik setiap hari lalu dimusnahkan. Pengendalian menggunakan fungisida Kasumin, Dithane M-45, Difolatan, Phycosan, Daconil, Topsin, Delsen dan Antracol.
Embun tepung / Powdery Mildew (Leveillula taurica)
Pada cabai yang ditanam di dataran tinggi yaitu 700 m dpl keatas, sering kena serangan penyakit ini. Gejala yang nampak berupa bercak nekrotis berwarna kekuningan di permukaan atas daun. Jika daun dibalik, maka terlihat tepung berwarna putih keabu – abuan. Serangan dimulai dari daun tua hingga ke daun yang muda. Pengendalian dengan menyemprot fungisida berbahan aktif karbendazim, seperti Afugan 300 EC, Rubigan 120.
Busuk Daun / Lodoh / Hawar Daun (Phytophthora capsici)
Penyakit ini menyerang batang, daun, dan buah. Gejala yang nampak adanya bercak –bercak kecil ditepi daun yang tidak beraturan kemudian menyebar keseluruh daun. Menyerang buah dengan tanda awal adanya bercak kebasahan dan akhirnya meluas menyebabkan buah terlebas dari kelopaknya karena membusuk. Kendalikan dengan Ridomil MZ, Sandovan MZ, Kocide atau Polyran.
Busuk Buah Cendawan Culvularia Lunata (Wakk.) Boeed.
Gejala yang Nampak dari serangan penyakit ini berupa ujung buah bagian bawah membusuk dan berwarna cokelat muda sampai hitam, kemudian buah rontok. Pengendaliannya dengan cara mencabut tanaman yang sakit dan aplikasi fungisida seperti Dithane M-45 sesuai dosis anjuran.
Busuk Basah Bakteri Erwina carotovora Jones.
Gejala serangannya adalah pangkal buah busuk basah dan rontok. Pengendalian penyakit ini dengan cara pergiliran tanaman dan penyemprotan bakterisida seperti Agrept sesuai dosis anjuran.
Patah Batang / Teklik Cendawan Choanephora cucurbitarum
Patogen menyerang bagian batang yang masih muda, kemudian menjalar ke batang tua. Bagian yang terserang bunga, tangkai bunga, pucuk, dan ranting tanaman. Pada daerah yang terserang terlihat warna cokelat kehitaman yang mematikan ujung tanaman, sedangkan bagian lain masih tetap segar. Pada bagian terserang terdapat spora cendawan berwarna kelabu agak kehitaman. Lakukan sanitasi lingkungan, kurangi kelembaban sekitar kebun, pangkas bagian tanaman yang terserang dan dibakar. Semprotkan fungisida berbahan aktif maneb, oksadisil + mankozeb, atau mankozeb, atau semprot dengan Vitigran Blue, Dithane M-45 Sandofan MZ, Trineb sesuai dosis anjuran.
Rebah Batang / Rebah Semai (Pythium aphanidermatum)
Serangannya ditemui di persemaian. Gejala yang Nampak berupa benih gagal berkecambah, sedangkan bibit yang masih muda mendadak rebah dan mati. Pada bagian pangkal batang terlihat warna cokelat kehitaman yang basah, sementara itu batangnya mengkerut. Pengendalian dengan cara merendam kedalam fungisida berbahan aktif Metalaksil-M. Sedangakn yang tumbuh dengan menyemprotkan fungisida Ridomil MZ 8/64 WP.
Virus
Gejala yang nampak pada daun yang mengecil, keriting, diduga disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus, Cucumber Mosaic Virus, Tobacco Etch Virus. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman yang terserang biasanya mampu bertahan hidup tetapi tidak produktif. Selama ini penyakit karena virus belum diketemukan obatnya sehingga cara pengendaliannya cukup memberantas vektor, memusnahkan tanaman sakit, dan pergiliran tanaman.
0 comments:
Posting Komentar