Selasa, 07 Oktober 2008 | 08:41 WIB
TEMBILAHAN--Baru saja membaik, mulai pekan lalu harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Indragiri Hilir (Inhil) kembali anjlok. Satu kilogram TBS hanya bernilai Rp300-Rp400, sangat jauh merosot dan tidak sebanding dengan tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan petani.
Untuk wilayah pedalaman yang cukup jauh dari jalan raya, seperti Desa Kuala Sebatu, Sei Raya di Kecamatan Batang Tuaka bahkan harganya lebih rendah lagi, hanya Rp200-Rp250 perkilogram.
Kondisi ini sangat memukul kehidupan petani, bahkan sudah ada petani yang enggan pergi ke perkebunan. Penurunan harga kali ini dinilai sangat luar biasa dan pergerakannya tidak pernah diduga sebelumnya. Cukup banyak petani yang tidak memanen sawit miliknya meski buah sawit telah matang.
‘’Lebih baik dikolak sajalah buah sawit kalau begini. Masa, ya harganya cuma Rp300 perkilogram, petani bisa apa kalau begini. Jangankan untuk membeli pupuk, pestisida dan upah membersihkan lahan, untuk makan saja tidak cukup. Bayangkan saja, satu onggokan sawit seberat 1 ton cuma bernilai Rp300.000,’’ kata Parulian (36), seorang petani sawit di Kecamatan Tempuling kepada Riautoday.com, Senin (6/10).
Kondisi ini berbanding terbalik dengan produksi TBS Inhil yang terus meningkat. Di sepanjang jalan raya, sangat mudah ditemukan onggokan TBS yang baru saja dipanen warga. Tetapi banyak pula di antara onggokan tersebut yang tidak diambil pembeli, karena harganya sangat murah.
Keluhan serupa juga disampaikan petani sawit lainnya. Banyak di antara petani yang kesal, namun tidak tahu mau menyampaikan kekesalah ini kepada siapa. Dua bulan lalu mereka sudah dapat menikmati kehidupan lumayan dari hasil kebun, namun kini situasi yang dihadapi justru sangat berat.
Terkait murahnya harga TBS, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Inhil Ir H Syafrinal Heddy MM kepada Riautoday.com, Senin (6/10) menyebut, semuanya disebabkan oleh pergerakan ekonomi dunia yang sedang lesu dewasa ini. Ditambah lagi dengan masa panen raya kelapa sawit di negeri jiran, membuat stok CPO demikian berlimpah. Hal itu termasuk faktor yang membuat harga TBS di Inhil dan daerah lainnya mengalami penurunan.
‘’Kepada petani sawit kami mohon untuk bersabar dan tetaplah serius merawat kebun. Saat ini harga komoditas tersebut memang sedang jatuh. Tetapi kita sangat optimis pada masa mendatang akan kembali mengalami peningkatan. Demikian juga dengan harga kelapa lokal, kita pun senantiasa optimis harganya bakal kembali mengalami perbaikan,’’ ucap Syafrinal Heddy.
Sementara itu, Kasubdin Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau, Ir Ferry HC MSi kepada Riau Pos menyebutkan bahwa rendahnya harga jual TBS bisa diakibatkan beberapa hal, di antaranya umur tanaman yang masih muda serta kualitas TBS yang tak bagus.
‘’Saat ini memang harga pasar TBS cendrung turun, namun tak serendah sampai Rp250-300 per kilogram seperti yang terjadi di Inhil. Bisa jadi harga TBS yang rendah tadi adalah hasil produksi dari tanaman yang berumur muda, atau kulitas TBS yang tak bagus,’’ ujar Ferry.(uli)
TEMBILAHAN--Baru saja membaik, mulai pekan lalu harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Indragiri Hilir (Inhil) kembali anjlok. Satu kilogram TBS hanya bernilai Rp300-Rp400, sangat jauh merosot dan tidak sebanding dengan tingginya biaya operasional yang harus dikeluarkan petani.
Untuk wilayah pedalaman yang cukup jauh dari jalan raya, seperti Desa Kuala Sebatu, Sei Raya di Kecamatan Batang Tuaka bahkan harganya lebih rendah lagi, hanya Rp200-Rp250 perkilogram.
Kondisi ini sangat memukul kehidupan petani, bahkan sudah ada petani yang enggan pergi ke perkebunan. Penurunan harga kali ini dinilai sangat luar biasa dan pergerakannya tidak pernah diduga sebelumnya. Cukup banyak petani yang tidak memanen sawit miliknya meski buah sawit telah matang.
‘’Lebih baik dikolak sajalah buah sawit kalau begini. Masa, ya harganya cuma Rp300 perkilogram, petani bisa apa kalau begini. Jangankan untuk membeli pupuk, pestisida dan upah membersihkan lahan, untuk makan saja tidak cukup. Bayangkan saja, satu onggokan sawit seberat 1 ton cuma bernilai Rp300.000,’’ kata Parulian (36), seorang petani sawit di Kecamatan Tempuling kepada Riautoday.com, Senin (6/10).
Kondisi ini berbanding terbalik dengan produksi TBS Inhil yang terus meningkat. Di sepanjang jalan raya, sangat mudah ditemukan onggokan TBS yang baru saja dipanen warga. Tetapi banyak pula di antara onggokan tersebut yang tidak diambil pembeli, karena harganya sangat murah.
Keluhan serupa juga disampaikan petani sawit lainnya. Banyak di antara petani yang kesal, namun tidak tahu mau menyampaikan kekesalah ini kepada siapa. Dua bulan lalu mereka sudah dapat menikmati kehidupan lumayan dari hasil kebun, namun kini situasi yang dihadapi justru sangat berat.
Terkait murahnya harga TBS, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Inhil Ir H Syafrinal Heddy MM kepada Riautoday.com, Senin (6/10) menyebut, semuanya disebabkan oleh pergerakan ekonomi dunia yang sedang lesu dewasa ini. Ditambah lagi dengan masa panen raya kelapa sawit di negeri jiran, membuat stok CPO demikian berlimpah. Hal itu termasuk faktor yang membuat harga TBS di Inhil dan daerah lainnya mengalami penurunan.
‘’Kepada petani sawit kami mohon untuk bersabar dan tetaplah serius merawat kebun. Saat ini harga komoditas tersebut memang sedang jatuh. Tetapi kita sangat optimis pada masa mendatang akan kembali mengalami peningkatan. Demikian juga dengan harga kelapa lokal, kita pun senantiasa optimis harganya bakal kembali mengalami perbaikan,’’ ucap Syafrinal Heddy.
Sementara itu, Kasubdin Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau, Ir Ferry HC MSi kepada Riau Pos menyebutkan bahwa rendahnya harga jual TBS bisa diakibatkan beberapa hal, di antaranya umur tanaman yang masih muda serta kualitas TBS yang tak bagus.
‘’Saat ini memang harga pasar TBS cendrung turun, namun tak serendah sampai Rp250-300 per kilogram seperti yang terjadi di Inhil. Bisa jadi harga TBS yang rendah tadi adalah hasil produksi dari tanaman yang berumur muda, atau kulitas TBS yang tak bagus,’’ ujar Ferry.(uli)
0 comments:
Posting Komentar