Selasa, 02 September 2008 | |
Laporan Wiwik Werdaningsih, Perawang wiwik-werdaningsih@riaupos.co.id PETANI sawit kini tidak hanya mengeluhkan mahalnya harga pupuk yang semakin melambung, namun juga harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani yang anjlok, hingga mencapai Rp800 per Kilogram. Hal ini menyebakan petani sawit sangat kesulitan. Anjloknya harga TBS sudah dirasakan petani sawit beberapa bulan belakangan. Harga TBS anjlok pada tingkat terendah, sehingga tidak sebanding dengan biaya produksi per hektare. ‘’Sudah berapa-bulan belakangan ini, harga jual sawit semakin menurun hingga mencapai Rp800 per Kilogram. Harga tersebut belum termasuk pemotongan dan ongkos panen, jatuhnya ke petani hanya Rp700. Sementara harga pupuk semakin tinggi. Hal ini sangat menyulitkan kami yang memiliki modal yang pas-pasan,’’ ujar Tarno petani sawit di Perawang Barat, Kecamatan Tualang kepada wartawan. Menurut Tarno, dengan anjloknya harga TBS, tentu sangat memberatkan bagi petani. Untuk saat ini saja harga pupuk ditingkat petani seperti NPK mencapai antara Rp500-600 Ribu per sak (50 Kg). Sementara di sisi lain harga sawit kian terpuruk bahkan mencapai tingkat terendah hanya Rp800 per Kilogram. Dikatakan Tarno, harga sawit mencapai Rp800, melorot jauh dari harga sebelumnya. Harga tertinggi ditingkat petani saat itu sudah mencapai Rp1.850 per Kilogram. Sehingga pada saat harga pupuk naik pada waktu itu, petani sawit tidak merasakan dampaknya terlalu besar. Mereka masih bisa membeli pupuk. Namun dengan harga sawit sekarang ini, tentu sulit bagi petani membeli pupuk guna meningkatkan hasil produksi. ‘’Dengan kondisi sekarang ini, kami sangat mengharapkan pemerintah mencarikan solusi. Harga sawit sekarang anjlok, tentu sangat sulit bagi kami memberi pupuk,’’ harapnya. Keluhan naiknya harga pupuk tidak hanya dirasakan petani di Perawang, ternyata petani plasma di Lubukdalam yang menjadi anggota Koperasi Jasa Usaha Bersama (KJUB) Mitra Tani juga mengeluhkan hal yang sama. Menurut Ketua KJUB Mitra Tani, Triyana, harga pupuk yang mahal tidak menjamin stok tersedia ada. Sementara harga pupuk naik terus, mestipun pupuk mahal tapi susah dicari. Namun untuk menyiasati kondisi ini, petani terpaksa menggunakan pupuk kimia dengan pupuk organik sebagai alternatif. ‘’Untuk mengatasi masalah pupuk, kita menggunakan pupuk organik, meski dengan konsekwensi produksi menurun dan proses berlangsung lama, dengan proses produksi yang lama menjadi 6 bulan,’’ jelasnya.(wik) |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
2011 News
Africa
AGRIBISNIS
Agriculture Business
Agriculture Land
APINDO
Argentina
Australia
Bangladesh
benih bermutu
benih kakao
benih kelapa
benih palsu
benih sawit
benih sawit unggul
Berita
Berita Detikcom
Berita Info Jambi
Berita Kompas
Berita Padang Ekspres
Berita Riau Pos
Berita riau terkini
Berita Riau Today
Berita Tempo
bibit sawit unggul
Biodiesel
biofuel
biogas
budidaya sawit
Bursa Malaysia
Cattle and Livestock
China
Cocoa
Company Profile
Corn
corporation
Cotton
CPO Tender Summary
Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO)
Dairy
Dairy Products
Edible Oil
Euorope
European Union (EU)
FDA and USDA
Fertilizer
Flood
Food Inflation
Food Security
Fruit
Futures
Futures Cocoa and Coffee
Futures Edible Oil
Futures Soybeans
Futures Wheat
Grain
HUKUM
India
Indonesia
Info Sawit
Investasi
Invitation
Jarak pagar
Kakao
Kapas
Karet
Kebun Sawit BUMN
Kebun Sawit Swasta
Kelapa sawit
Kopi
Law
Lowongan Kerja
Malaysia
Meat
MPOB
News
Nilam
Oil Palm
Oil Palm - Elaeis guineensis
Pakistan
palm oil
Palm Oil News
Panduan Pabrik Kelapa Sawit
pembelian benih sawit
Penawaran menarik
PENGUPAHAN
perburuhan
PERDA
pertanian
Pesticide and Herbicide
Poultry
REGULASI
Rice
RSPO
SAWIT
Serba-serbi
South America
soybean
Tebu
Technical Comment (CBOT Soyoil)
Technical Comment (DJI)
Technical Comment (FCPO)
Technical Comment (FKLI)
Technical Comment (KLSE)
Technical Comment (NYMEX Crude)
Technical Comment (SSE)
Technical Comment (USD/MYR)
Teknik Kimia
Thailand
Trader's Event
Trader's highlight
Ukraine
umum
USA
Usaha benih
varietas unggul
Vietnam
Wheat
0 comments:
Posting Komentar