|
Senin, 01 September 2008 | |
PANGKALANKERINCI (RP)- Sejumlah anggota DPRD Pelalawan mengaku tidak habis pikir mahalnya harga bibit sawit bantuan pemerintah melalui Disbun Pelalawan. Untuk itu para wakil rakyat berencana akan memanggil pejabat terkait Disbun dan melakukan evaluasi program. Saya tidak habis pikir kenapa mahal sekali harga bibit Disbun. Setahu saya bibit paling mahal adalah Topaz, dalam usia lima bulan harganya sembilan ribu. Kalau Disbun jual Rp25 ribu luar biasa namanya. Dewan sudah bisa menyelidiki, atau memanggil kepala dinasnyaujar anggota komisi B Zaidin Zam, belum lama ini di ruang kerjanya. Menurut Zaidin Zam, penyelidikan dimaksudkan untuk melihat apa saja sasaran program pengadaan bibit sawit. Jika sasarannya adalah untuk mengantisipasi penyebaran bibit palsu, menurutnya, seharusnya harga jual kepada petani tidak terlalu tinggi. Setahu saya programnya subsidi, supaya petani mampu beli bibit asli. Selama ini kan masalah bibit asli itu, harga di perusahaan sangat tinggi. Maknya pemerintah yang sediakan sekarang, tapi tolong dikelola dengan baik, tegasnya. Anggota dewan lainnya Marahsuddin menambahkan, memang perlu dilakukan penyelidikan untuk melihat apakah jenis dan bobot bibit yang diadakan tersebut sesuai dengan rencana. Kalau tidak mau berpihak pada masyarakat, memang kita akan menyelidiki. Apa betul jenis ibitnya sesuai dengan permintaan, jumlahnya berapa, dan apa dasar menetapkan hargamnya. Kita akan panggil petugas-petugas Disbun, ujar Marahsuddin ditempat yang sama. Belum dijelaskan kapan rencana pemanggilan terhadap petugas disbun. Menurut Zaidin Zam, dirinya akan membicarakan hal tersebut kepada komisi terkait di DPRD Pelalawan. Masalah saya bukan dari komisi yang menangani masalah perkebunan, tidak jadi soal. Semua anggota dewan menyerap aspirasi, tindaklanjutnya diserahkan kepada komisi yang sesuai. Begitu jga dengan bibit, akan kita bicarakan, terang Zaidin Zam. Seperti diberitakan di Koran beberapa waktu lalu, bibit kelapa sawit yang terdapat di desa Sorek Dua kecamatan Pangkalan Kuras dibandrol Rp25 ribu per pokok dalam usia lima bulan. Akibatnya banyak petani yang berencana membeli bibit asli itu, akhirnya mundur lantaran harga. Kendati masalah ini sudah begitu dikeluhkan, tampaknya Disbun sendiri punya alasan tersendiri. Menurut Kadisbun Ir Teguh Budi Prasetyo, biaya perawatan bibit yang dikeluarkan oleh penangkar sangat mahal. Biaya tersebut mulai dari upah kerja, pupuk dan obat-obatan. Diperkirakan, harga jual bibit jenis DxP Marihat tersebut bakal makin naik seiring dengan bertambahnya pengeluaran untuk perawatan. Soal harga jual kita serahkan kepada kelompok tani. Soalnya mereka yang keluar biaya dan tenaga. Mungkin bisa dirunding, silahkan tanya langsung kepada kelompoknya. Harganya sekitar Rp40 ribu sampai usia siap tanam satu tahun ujar Teguh Budi Prasetyo kepada Riau Pos baru-baru ini. (b) |
0 comments:
Posting Komentar