RSS Feed

INDUSTRI SURFACTANT GLOBAL

Posted by Flora Sawita

Sebetulnya industri ini tidaklah sebesar yang dibayangkan, apalagi bila dibandingkan dengan tingkat populasi dunia saat ini. Volume industri surfactant dunia saat ini hanya sekitar 12 – 13 juta Metric Ton Per Tahun (MTPA) dengan tingkat pertumbuhan sekitar 3 – 4% per tahun.

Nilai industri ini pertahun sekitar USD 28 milyar pertahun yang dibagi dalam beberapa kelompok dan yang terbesar adalah kelompok anionic sekitar 64%, nonionic 29% dan sisanya dibagi dua dari kelompok kationik dan amphoterik. Dari sisi aplikasi industrinya, maka surfactant terbagi kedalam kelompok rumah tangga 67%, industri 13%, tekstil 15%, dan sisanya personal care dan kosmetik. Walaupun relatif kecil, tanpa surfactant dunia menjadi kurang nyaman untuk dihuni.

Beberapa hal pokok yang dianggap sebagai pendorong industri ini, antara lain :

Keberadaan Bahan Baku, surfactant secara umum menggunakan bahan baku baik yang renewable maupun yang non renewable. Pada tahun-tahun terakhir ini keterbatasan bahan baku non renewable sedang gencar dicarikan bahan baku pengganti yang renewable. LAB atau Linear alkyl benzene dan ethylene oxide yang selama ini mendominasi pasar surfactant mengalami kesulitan karena tingginya harga minyak bumi dan mulai terancan dengan tumbuhnya industri surfactant berbahan baku fatty alcohol dari sumber renewable seperti palm oil atau palm kernel oil.

Faktor komersial, dimana industri harus melakukan usaha-usaha ekstra untuk tetap kompetitif dengan melakukan rekayasa financial serta penghematan disemua bagian termasuk R & D. Pada akhirnya produk yang dihasilkan harus bermutu bagus dengan harga terjangkau.

Faktor Lingkungan, beberapa tahun terakhir faktor ini mulai mendorong industri untuk mulai memperhatikan sisi perlindungan lingkungan tanpa harus menambah biaya. Oleh karena itu pada lima tahun, industri mulai memberikan prioritas terhadap bahan baku yang ramah lingkungan, terlebih adanya regulasi perlindungan lingkungan yang pasti akan mendorong industri mencari alternative bahan baku ramah lingkungan.

Faktor Daya Beli, daya beli masyarakat juga sangat dominan dalam turut mengembangkan industri ini, semakin kuat daya beli masyarakat semakin tinggi kriteria surfactant yang dituntut, misalnya jenis dan spesifikasi yang makin komplek atau bahkan individualis. Tuntutan akan kinerja yang lebih baik, lebih lembut, lebih bersih, tidak iritasi dll. Yang semuanya akan dibayar oleh si konsumen yang memang kuat daya belinya. Bukan hanya kualitas juga kuantitasnya pun masih bisa tumbuh oleh daya beli yang kuat.

Harga minyak bumi yang cenderung diatas USD 40/bbl sejak 1990-an, bahkan ada yang meramalkan harga minyak bumi mendekati USD 80/bbl pada tahun-tahun mendatang, menjadikan industri ini mencari bahan baku alternative terutama dari sumber-sumber lokal yang renewable (terbarukan).

Kebutuhan negara-negara Asia akan minyak bumi secara umum adalah sangat tergantung dari Timur Tengah sehingga kekuatiran akan kekurangan pasokan minyak ini membuat industri surfactant khususnya di Asia untuk mendapatkan alternative bahan baku setempat, terutama yang renewable dan ramah lingkungan dan tentunya tidak ada yang lain kecuali minyak sawit atau palm oil. Apalagi pertumbuhan industri hulu palm oil di Asia khususnya Indonesia dan Malaysia sangat tinggi dan dominan, kedua negara ini memasok 80 % kebutuhan dunia akan palm dan palm kernel oil. Dan dari kedua negeri inipun juga tersedia bahan baku fatty acid dan fatty alcohol yang merupakan feedstock untuk industri surfactant.

Walaupun LAB menghadapi banyak tantangan bahkan ancaman dari sumber-sumber lain yang secara kualitas dan kuantitas cukup positif tetapi faktor-faktor lain seperti yang telah dibahas didepan, para formulator terutama belum berani secara radikal memasukkan unsur palm oil sebagai bahan aktif utama dalam formula produk-produk pembersih sehingga pertumbuhan industri surfactant di Indonesia dan Malaysia belum seperti yang kita angan-angankan. (KH)

0 comments:

Posting Komentar

Label

2011 News Africa AGRIBISNIS Agriculture Business Agriculture Land APINDO Argentina Australia Bangladesh benih bermutu benih kakao benih kelapa benih palsu benih sawit benih sawit unggul Berita Berita Detikcom Berita Info Jambi Berita Kompas Berita Padang Ekspres Berita Riau Pos Berita riau terkini Berita Riau Today Berita Tempo bibit sawit unggul Biodiesel biofuel biogas budidaya sawit Bursa Malaysia Cattle and Livestock China Cocoa Company Profile Corn corporation Cotton CPO Tender Summary Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO) Dairy Dairy Products Edible Oil Euorope European Union (EU) FDA and USDA Fertilizer Flood Food Inflation Food Security Fruit Futures Futures Cocoa and Coffee Futures Edible Oil Futures Soybeans Futures Wheat Grain HUKUM India Indonesia Info Sawit Investasi Invitation Jarak pagar Kakao Kapas Karet Kebun Sawit BUMN Kebun Sawit Swasta Kelapa sawit Kopi Law Lowongan Kerja Malaysia Meat MPOB News Nilam Oil Palm Oil Palm - Elaeis guineensis Pakistan palm oil Palm Oil News Panduan Pabrik Kelapa Sawit pembelian benih sawit Penawaran menarik PENGUPAHAN perburuhan PERDA pertanian Pesticide and Herbicide Poultry REGULASI Rice RSPO SAWIT Serba-serbi South America soybean Tebu Technical Comment (CBOT Soyoil) Technical Comment (DJI) Technical Comment (FCPO) Technical Comment (FKLI) Technical Comment (KLSE) Technical Comment (NYMEX Crude) Technical Comment (SSE) Technical Comment (USD/MYR) Teknik Kimia Thailand Trader's Event Trader's highlight Ukraine umum USA Usaha benih varietas unggul Vietnam Wheat