Haji Abdul Hamid (50 Tahun), Ketua Kelompok Tani Citra Sawit di Seimanggaris, bisa bernafas lega dan tidur malamnya tidak lagi terusik dengan gemerisik suara landak yang meng ganggu pertanaman sawit di lahannya. Jika beberapa malam yang lalu, dia harus berjaga malam untuk mengusir landak yang senantiasa menggerogoti pertanamannya. “Saya bahkan harus mengupah orang untuk temani saya berjaga sepanjang malam”, ujarnya. Memang hama yang satu ini saya menyenangi bonggol tanaman sawit yang masih muda. Biasanya landak akan menyerang tanaman sawit yang masih muda, yang baru pindah ke pertanaman dari polibeg.
Gejala serangannya ditunjukkan dengan rusaknya tanaman yang muda karena tercabut dari lubang tanamnya. Dengan kukunya yang tajam, landak akan menggali pangkal batang dan merusak bonggol perakaran. Akibatnya tanaman sawit muda akan tercabut dari lubang tanam dan mati. Jika jumlah populasi sawit dalam satu hektarnya 135 pohon, dengan harga per pohon rata – rata 15 ribu rupiah, maka kerugian petani dalam satu hektar mencapai Rp. 2.025. 000,-. “Saya harus merogoh saku dalam – dalam hanya untuk mengganti tanaman yang rusak karena serangan hama ini”, kata Abdul Hamid. Biaya operasional perawatan sawit bukan hanya menyulam tanaman yang mati, tetapi juga termasuk pemupukan dan upah kerja bagi buruh tani yang bekerja di lahannya. Sehingga sudah barang tentu jika serangan hama landak cukup membuat kepala H. Abdul hamid pusing tujuh keliling.
Bedanya dengan tikus, pada tanaman belum menghasilkan (TBM), tikus menyerang umbut atau titik tumbuh tanaman. Gejala serangannya berupa bekas gerekan, lubang – lubang pada pangkal pelepah, bahkan sering ditemukan pelepah yang putus/terkulai. Kadang – kadang serangan hama ini dijumpai hingga ke titik tumbuh, terutama pada tanaman sekitar satu tahun sehingga menyebabkan kematian pada tanaman. Pada tanaman menghasilkan (TM), selain menyerang bunga betina dan bunga jantan, tikus juga memakan mesocarp (daging buah), baik pada tanda muda maupun yang sudah matang. Pada areal yang terserang dengan serangan berat populasi tikus dapat mencapai 300 ekor per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesocarp sekitar 4 gram/hari, sehingga kehilangan produksi dapat mencapai 5 persen dari produksi normal.
”Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebenarnya telah mencermati masalah ini, dan kita juga telah memberikan bantuan pengendalian kepada petani, khususnya petani penerima CP/CL Sawit berupa Klerat RM-B”, ungkap Hariyanto, SST. Salah seorang staf Dishutbun Kabupaten Nunukan dalam menanggapi serangan hama tikus dan landak pada pertanaman sawit di daerah Seimanggaris dan sekitarnya. ”Serangan hama ini sebenarnya merupakan masalah keseluruhan petani sawit, tetapi meski demikian kita tetap menyediakan paket pengendalian hama penyakit, disamping paket sulaman bagi tanaman yang terserang berat”, sambungnya.
Pengendalian kedua hama ini telah diupayakan semaksimal mungkin oleh Dishutbun Kabupaten Nunukan – Kalimantan Timur. Bukan saja terbatas pada tempat yang diserang saja, tindakan pengendalian juga dilakukan secara menyeluruh, tidak tergantung pada ada atau tidak adanya serangan pada areal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa setelah sembilan bulan setelah aplikasi Klerat RM – B, populasi tikus kembali pada tingkat yang sama dengan populasi sebelum dikendalikan (populasi asal). Hal ini disebabkan karena masih adanya sebagian populasi yang masih hidup sewaktu dilakukan pengendalian sehingga dengan berjalan nya waktu, populasi asal dapat tercapai kembali.
Hal inilah yang menyebabkan pusingnya H. Abdul Hamid beserta petani sawit lainnya, karena aplikasi klerat seakan – akan tidak mempan mengendalikan kedua hama ini. ”Jika hama ini hanya menyerang satu – dua tanaman, mungkin kerugian kami juga tidak seberapa, tetapi seringkali serangannya merusak hampir dua pertiga dari populasi tanaman di lahan kami, jadi bagaimana kami tidak pusing memikirkannya”, timpal Ismail Padai, Ketua Kelompok Tani Gaya Baru.
Untunglah salah seorang keluarga H. Abdul Hamid dari Malaysia memberikan inovasi pengendalian hama landak dan tikus pada tanaman muda. Sebagaimana diketahui Kabupaten Nunukan merupakan daerah perbatasan dua negara, yaitu Indonesia – Malaysia, sehingga segala informasi yang berasal dari Malaysia dengan mudah dan cepat terintrodusir ke Nunukan. Disamping itu, sebagian besar pekerja di Malaysia adalah para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang banyak diserap di sektor perkebunan. Pengalaman dalam berusahatani di Malaysia yang banyak diterapkan oleh petani Nunukan. ”Keluarga saya menyarankan menggunakan botol plastik bekas minuman air mineral (Aqua)”, kata H. Abdul Hamid.
Caranya adalah dengan memotong batas ujung atas pada botol dan batas paling bawah, lalu mengerat bagian tengah botol secara vertikal mengikut tinggi botol sehingga didapatkan botol yang dapat dibuka melebar dari samping. Selanjutnya tanaman sawit muda yang sudah ditanam di pertanaman dilingkari dengan botol tersebut dimana ¼ bagian dari botol dimasukkan/ditanam kedalam tanah. ”Cara ini efektif menekan serangan hama landak”, kata H. Abdul Hamid.
H. Heru Wihartopo, S.PKP, Koordinator Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah (BKP3D) Kabupaten Nunukan menyatakan bahwa pada prinsipnya pemerintah tidak melarang bagi petani untuk menyerap atau mengadopsi teknologi dari manapun, selama teknologi itu bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani. ”Kita tidak melarang petani untuk berimprovisasi dalam usahataninya, yang kita senantiasa awasi selama ini hanya aplikasi pestisida/pupuk yang diintrodusir secara bebas dari Malaysia”, kata H. Heru. Sebagaimana diketahui bahwa dalam hal pengendalian hama – penyakit, Indonesia memiliki paradigma yang berbeda. Indonesia lebih menekankan kepada aspek pengendalian dan bukan pemberantasan. Aplikasi pengendali an hama – penyakit di Indonesia mengikuti pola keterpaduan, sering diistilahkan dengan PHT atau Pengendalian Hama Terpadu. Sehingga segala aspek pengendalian hama – penyakit merupakan perpaduan dari aspek budidaya, mekanis, dan biologis; dengan asumsi bahwa cara pengendian kimiawi adalah alternatif terakhir dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan.
”Apa yang dilakukan oleh H. Abdul Hamid merupakan salah satu bentuk pengendalian hama terpadu, dan diharapkan inovasi tersebut juga dapat diadopsi oleh petani lainnya” demikian kata Hariyanto, SST. Serangan hama pengerat memang tidak bisa dipandang sepele, khususnya pada tanaman perkebunan. Sebab biaya operasional dalam membiayai kebun terbilang sangat besar. Untuk harga bibit sawit saja di Nunukan berkisar Rp. 15.000,00,- sampai Rp. 25.000,00,- per pohon. Ini belum termasuk upah pekerja antara Rp. 500.000,00,- sampai Rp. 750.000,00,- per hektar. Biaya pengendalian hama – penyakit berikut pupuk dapat mencapai Rp. 1.000.000,00,- per Ha. Bila dalam satu hektar pertanaman memuat 135 – 140 pohon sawit, maka dapat dibayangkan tingkat kerugian yang dialami oleh para petani jika serangan hama ini menyerang 2/3 atau keseluruhan populasi tanaman yang ada dalam kebun. Tingkat serangan hama pengerat, seperti landak dan tikus, tidak kalah dengan serangan yang diakibatkan oleh babi hutan. Sementara teknik pengendalian secara kimiawi relatif tidak memberikan hasil signifikan. Sehingga cara yang umumnya ditempuh oleh masyarakat tani Seimanggaris adalah secara mekanis. Baik dengan cara pemagaran tanaman maupun dengan cara mencari dan memburu hewan tersebut satu per satu. Cara yang terakhir ini sering dilakukan dengan melibatkan anggota kelompok tani atau gabungan dari beberapa anggota kelompok tani. ”Meski cara ini terbilang rumit dan memakan banyak tenaga, namun sangat efektif menekan serangan hama pengerat ini”, ungkap Ismail Padai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
2011 News
Africa
AGRIBISNIS
Agriculture Business
Agriculture Land
APINDO
Argentina
Australia
Bangladesh
benih bermutu
benih kakao
benih kelapa
benih palsu
benih sawit
benih sawit unggul
Berita
Berita Detikcom
Berita Info Jambi
Berita Kompas
Berita Padang Ekspres
Berita Riau Pos
Berita riau terkini
Berita Riau Today
Berita Tempo
bibit sawit unggul
Biodiesel
biofuel
biogas
budidaya sawit
Bursa Malaysia
Cattle and Livestock
China
Cocoa
Company Profile
Corn
corporation
Cotton
CPO Tender Summary
Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO)
Dairy
Dairy Products
Edible Oil
Euorope
European Union (EU)
FDA and USDA
Fertilizer
Flood
Food Inflation
Food Security
Fruit
Futures
Futures Cocoa and Coffee
Futures Edible Oil
Futures Soybeans
Futures Wheat
Grain
HUKUM
India
Indonesia
Info Sawit
Investasi
Invitation
Jarak pagar
Kakao
Kapas
Karet
Kebun Sawit BUMN
Kebun Sawit Swasta
Kelapa sawit
Kopi
Law
Lowongan Kerja
Malaysia
Meat
MPOB
News
Nilam
Oil Palm
Oil Palm - Elaeis guineensis
Pakistan
palm oil
Palm Oil News
Panduan Pabrik Kelapa Sawit
pembelian benih sawit
Penawaran menarik
PENGUPAHAN
perburuhan
PERDA
pertanian
Pesticide and Herbicide
Poultry
REGULASI
Rice
RSPO
SAWIT
Serba-serbi
South America
soybean
Tebu
Technical Comment (CBOT Soyoil)
Technical Comment (DJI)
Technical Comment (FCPO)
Technical Comment (FKLI)
Technical Comment (KLSE)
Technical Comment (NYMEX Crude)
Technical Comment (SSE)
Technical Comment (USD/MYR)
Teknik Kimia
Thailand
Trader's Event
Trader's highlight
Ukraine
umum
USA
Usaha benih
varietas unggul
Vietnam
Wheat
0 comments:
Posting Komentar