BANDUNG - Lima perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) berencana membangun pabrik ban sepeda motor dengan nilai investasi sekira Rp144 miliar pada Maret 2012.
"Kita akan membangun pabrik ban sepeda motor dengan nilai investasi Rp144 miliar," ungkap President Direktur PTPN VIII, Bagas Angkasa, kala ditemui dikantornya, Bandung, Kamis (12/1/2012).
Pembangunan pabrik ban sepeda motor tersebut, akan menggandeng beberapa PT PN lainnya, antara lain PT PN III, PT PN IX, PT PN VII dan PT PN XII.
Alasan PTPN VIII melirik usaha pabrik ban sepeda motor, karena pesatnya pertumbuhan kendaraan sepeda motor di Indonesia.
"Nanti kita juga akan mengajak pihak swasta salam membangun pabrik ban ini, tapi hingga saat ini masih dikaji," paparnya.
Adapun komposisi konsorsium dalam pembuatan pabrik tersebut adalah PT PN III sebesar 31,33 persen, PT PN VII 8,67 persen, PT PN VIII 20 persen, PT PN XI 20 persen, dan PT PN XII sebesar 20 persen.
Untuk itu, konsorsium tersebut akan menggelontorkan modal disetor awal sebesar Rp57,7 miliar. Nantinya, pabrik tersebut akan berlokasi di kawasan industri kujang, Cikampek.
Sekadar informasi, hingga saat ini ada beberapa nama usulan untuk pabrik tersebut namun belum diputuskan nama yang tepat. Usulan nama-nama tersebut adalah PT Karet Unggul Nusantara, PT Sinar Karet Nusantara, PT Karet Persada Nusantara dan PT Hevea Industri Nusantara. (mrt) (rhs)
http://economy.okezone.com/read/2012/01/13/320/556518/rambah-industri-ban-motor-5-pt-pn-gelontorkan-rp144-m
PTPN Bangun Pabrik Ban Saingi Michelin dan Bridgestone
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - PTPN III akan memimpin konsorsium BUMN yang menggelola pabrik ban motor di Cikampek, Jawa Barat. Ban produksi konsorsium ini akan bersaing dengan merek mapan seperti IRC, Swallow, atau merek luar Michelin atau Bridgestone.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN III, Chairul Muluk, yang juga komisaris konsorsium ini, memaparkan pabrik ban ini akan dikelola anak perusahaan PT Karet Unggul Nusantara. Dana yang dibutuhkan sebesar Rp 302 miliar.
''Rencana sudah disetujui Kementrian BUMN. Februari ini akan dilaksanakan beauty contest mitra swasta. Kita proyeksikan akhir tahun ini atau awal 2013 mulai produksi,'' katanya pada Tribun, di kantornya, Jumat (13/1).
Ia mengatakan pabrik ban ini akan memproduksi 7 juta unit ban luar per tahun, untuk jenis radial dan tubeless, dan 14 juta unit ban dalam per tahun.
Chairul memaparkan, produksi ban ini nantinya akan difokuskan untuk konsumen dalam negeri, termasuk Sumatera Utara. Apalagi, peningkatan pengguna sepeda motor terus meningkat dari tahun ke tahun. Ini menjadi satu alasan konsorsium BUMN melirik industri hilir karet.
Data Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) mencatat, produksi ban roda dua pada 2011 mencapai 42 juta unit. Angka itu meningkat 8,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sebanyak 38,8 juta unit.
"Kami terus mengupayakan hilirisasi produk, termasuk karet. Kalau sawit kan sudah di Seimangke. Untuk karet, daripada kita terjebak fluktuasi harga karet dunia yang tidak menentu, lebih baik kita membangun pabrik sendiri," katanya.
Apakah ban produk konsorsium mampu bersaing dengan merek mapan? Chairul mengatakan konsorsium akan menggandeng pihak swasta yang ahli di bidang teknologi, akses pasar dan permodalan.
''Kami optimistis mampu bersaing dengan belasan pabrik ban yang terlebih dahulu hadir di Indonesia,'' katanya.
Produsen ban yang sudah mapan antara lain pemain lokal seperti Gajah Tunggal (merek IRC), Surya-Raya (FDR), Benteng Pratama (Mizzle), Industri Karet Deli (Swallow), dan Sumi Rubber (Dunlop). Dua pabrik lainnya dalam kondisi tidak aktif, yakni PT Inti-rub dan PT Mega Safe Tyre Industry.
Sedangkan merek asing, adalah Michelin, Hankook Tire, Bridgestone dan Goodyear. Selain PTPN III (Medan), BUMN yang ikut konsorsium ini adalah PTPN VII (Lampung), PTPN VIII (Jawa Barat), PTPN IX (Jawa Tengah) dan PTPN XII (Jawa Timur).
PTPN V sebelumnya sempat menyatakan minatnya untuk bergabung namun belakangan mengundurkan diri.
Konsorsium akan menggelontorkan modal sebesar Rp 302 miliar, di mana 35 persen merupakan modal disetor (equity) anggota konsorsium. Sisanya 65 persen dipinjam dari bank dalam negeri.
PTPN III yang menjadi lead dalam konsorsium memiliki saham sebesar 31,33 persen, PTPN VII sebesar 8,67 persen, PTPN VIII 20 persen, PTPN IX 20 persen, dan PTPN XII 20 persen. Nilai aset seluruhnya mencapai Rp 144 miliar.
Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Sumatera Utara, Khairul Mahalli mendukung rencana konsorsium BUMN ini masuk industri hilir karet. Industri hilir merupakan satu solusi untuk tetap memasok kebutuhan dalam negeri sekaligus untuk mencegah pengusaha karet merugi akibat fluktuasi harga.
Ia berharap para eksportir tidak lagi hanya mengekspor karet mentah saja. Meski, karet Sumut sangat diminati di pasar internasional.
"Harusnya kita bisa memanfaatkan peluang itu untuk mengekspor barang jadi, hasil dari industri hilir. Satu cara untuk menggenjot industri hilir itu, kita dapat meyakinkan mereka untuk membangun pabrik otomotif disini. Jadi nilai produknya kan pasti lebih besar," katanya. Selain Eropa, katanya, kawasan Asia juga cukup potensial untuk komoditi karet.
Belanja Modal Rp 2,6 Triliun
PTPN III juga akan menggelontor belanja modal sebesar Rp 2,6 triliun pada tahun ini. Dana tersebut akan dibelanjakan untuk kategori tanaman dan juga nontanaman, termasuk industri hilir di kawasan Seimangke. Dana ini memang meningkat pesat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar Rp 1,7 triliun.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN III, Chairul Muluk, mengatakan sebagian alokasi belanja modal akan digunakan untuk perbaikan struktur tanaman sawit dan karet yang sudah berumur. Selain memperbaiki struktur tanaman, sebagian investasi digunakan untuk pengembangan produk hilirisasi industri.
"Sementara untuk target total penjualan karet dan minyak kelapa sawit tahun ini sebesar Rp 6,58 triliun atau meningkat dari realisasi tahun 2011 sebesar Rp 6 triliun. Sebagai perusahaan yang memiliki performa baik, kita optimistis target tersebut dapat tercapai. Tapi kita akan tetap menggenjot produk industri hilir," tegasnya.
Di sisi produktivitas tandan buah segar (TBS), pada 2012 ditargetkan 23,24 ton per tahun per hektare, sedangkan rendemen minyak sawit ditargetkan 24,18 persen. Untuk meningkatkan rendemen minyak sawit ini, Kepala Bagian Pengembangan PTPN III, Alberuni S Adnani mengutarakan masih ada ruang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan rendemen dengan menghindari buah mentah pihak ketiga yang masuk ke pabrik.
Selain itu, diupayakan juga penertiban disiplin panen dan melihat kematangan buah. Upaya memperbaiki kinerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan mencukupi kapasitas steam dan waktu perebusan. Sehingga lose atau kehilangan yang selama ini terjadi dapat diminimalisir. PKS PTPN III selama ini kehilangan sekitar 1,6 persen dalam produksi.
"Kami harus upayakan tingkat kandungan minyak dalam buah cukup tinggi. Dengan kematangan buah rendemen dapat kita upayakan memenuhi target. Kita tidak bisa memastikan fixed target, karena kualitas di setiap perkebunan kan berbeda," kata Alberuni.
PTPN III, katanya, juga ikut membeli buah petani kelapa sawit di sekitar perkebunan. Buah-buah sawit rakyat tersebut, paparnya, harus diseleksi agar buah mentah tidak ikut diolah. "Kalau ikut diolah, maka rendemen minyak sawit mentah bakal turun," tuturnya.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom | Sumber: Tribun Medan
http://www.tribunnews.com/2012/01/16/ptpn-iii-bangun-pabrik-ban-saingi-michelin-dan-bridgestone
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
2011 News
Africa
AGRIBISNIS
Agriculture Business
Agriculture Land
APINDO
Argentina
Australia
Bangladesh
benih bermutu
benih kakao
benih kelapa
benih palsu
benih sawit
benih sawit unggul
Berita
Berita Detikcom
Berita Info Jambi
Berita Kompas
Berita Padang Ekspres
Berita Riau Pos
Berita riau terkini
Berita Riau Today
Berita Tempo
bibit sawit unggul
Biodiesel
biofuel
biogas
budidaya sawit
Bursa Malaysia
Cattle and Livestock
China
Cocoa
Company Profile
Corn
corporation
Cotton
CPO Tender Summary
Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO)
Dairy
Dairy Products
Edible Oil
Euorope
European Union (EU)
FDA and USDA
Fertilizer
Flood
Food Inflation
Food Security
Fruit
Futures
Futures Cocoa and Coffee
Futures Edible Oil
Futures Soybeans
Futures Wheat
Grain
HUKUM
India
Indonesia
Info Sawit
Investasi
Invitation
Jarak pagar
Kakao
Kapas
Karet
Kebun Sawit BUMN
Kebun Sawit Swasta
Kelapa sawit
Kopi
Law
Lowongan Kerja
Malaysia
Meat
MPOB
News
Nilam
Oil Palm
Oil Palm - Elaeis guineensis
Pakistan
palm oil
Palm Oil News
Panduan Pabrik Kelapa Sawit
pembelian benih sawit
Penawaran menarik
PENGUPAHAN
perburuhan
PERDA
pertanian
Pesticide and Herbicide
Poultry
REGULASI
Rice
RSPO
SAWIT
Serba-serbi
South America
soybean
Tebu
Technical Comment (CBOT Soyoil)
Technical Comment (DJI)
Technical Comment (FCPO)
Technical Comment (FKLI)
Technical Comment (KLSE)
Technical Comment (NYMEX Crude)
Technical Comment (SSE)
Technical Comment (USD/MYR)
Teknik Kimia
Thailand
Trader's Event
Trader's highlight
Ukraine
umum
USA
Usaha benih
varietas unggul
Vietnam
Wheat
0 comments:
Posting Komentar