Kinerja Emiten Perkebunan Diprediksi Tetap Tumbuh di 2012
Posted by Labels: Berita, corporation, SAWITKelanjutan krisis akan mempengaruhi permintaan dan harga komoditas global. (IFT/DINUL MUBAROK) |
JAKARTA (IFT) – Emiten perkebunan optimistis tahun depan kinerja keuangannya tetap tumbuh karena harga komoditas diperkirakan masih akan tinggi. Namun, pelaku sektor perkebunan tetap mewaspadai krisis finansial di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Kelanjutan krisis akan mempengaruhi permintaan dan harga komoditas global.
Ambono Janurianto, Direktur Utama PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), optimistis permintaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di 2012 masih bisa tumbuh 2%-3% sehingga kinerja industri tetap bagus. Konsumsi pangan masyarakat dunia terus meningkat setiap tahun.
Untuk menjaga kinerja, produsen sawit menjaga cadangan CPO untuk mengantisipasi volatilitas harga yang cukup tinggi. Pendapatan Bakrie Sumatera di 2012 diperkirakan tumbuh di atas 20% didorong tingginya permintaan dan harga CPO.Ambono Janurianto, Direktur Utama PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), optimistis permintaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di 2012 masih bisa tumbuh 2%-3% sehingga kinerja industri tetap bagus. Konsumsi pangan masyarakat dunia terus meningkat setiap tahun.
Selain CPO, kinerja perusahaan didukung penjualan oleokimia yang diperkirakan naik signifikan dari 9% tahun ini menjadi 50% dari total pendapatan pada 2012. Perusahaan juga menargetkan kenaikan produksi sebesar 20% dari tahun ini.
Howard J Sargeant, Direktur Bakrie Sumatera, menjelaskan pertumbuhan produksi dipengaruhi kenaikan produktivitas dan penambahan lahan menghasilkan 15 ribu hektare. Saat ini total areal perkebunan Bakrie Sumatera sebesar 80.152 hektare termasuk perkebunan plasma. Dengan tambahan itu areal tanaman menghasilkan perusahaan tahun depan mencapai 95 ribu hektare.
Michael Kesuma, Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), mengatakan harga komoditas termasuk CPO di kuartal III turun seiring pergerakan harga komoditas di pasar dunia. Namun, harga rata-rata CPO tahun ini masih lebih tinggi dari tahun lalu.
Dia memberi contoh harga jual rata-rata CPO perseroan di 2010 sebesar Rp 7.100 per kilogram. Rata-rata harga CPO perusahaan di semester I mencapai Rp 8.200 per kilogram.
Michael belum dapat memproyeksikan pendapatan dan volume produksi perseroan di 2012. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi fluktuasi harga CPO, antara lain suplai global yang bergantung pada cuaca dan permintaan yang sangat tergantung pada kondisi ekonomi dunia. Sebagai produk subtitusi, kebutuhan CPO dunia ditentukan juga dari seberapa besar produksi minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
Harga Karet
Bambang Aria Wisena, Direktur Bakrie Sumatera, memproyeksikan harga karet dunia sampai akhir tahun sekitar US$ 3,8-US$ 4,2 per kilogram. Tahun depan harga karet bergantung pada perbaikan ekonomi Uni Eropa yang secara langsung berpengaruh pada perekonomian China. Permintaan karet diperkirakan cukup stabil meski suplai terganggu akibat curah hujan yang tinggi di Thailand Selatan yang merupakan sentra produksi karet.
Bambang memproyeksikan produksi karet perseroan tahun depan hanya tumbuh 2%-3% karena banyak tanaman muda yang umurnya di bawah empat tahun. Produktivitas tanaman muda hanya 500 kilogram-700 kilogram per hektare.
Namun, perusahaan tetap optimistis penjualan karet perusahaan bisa tumbuh di atas 10% dengan cara melakukan pembelian karet dari pihak ketiga yang diperkirakan mencapai 30% dari total penjualan perusahaan. "Kontribusi pendapatan dari penjualan karet sama dengan tahun ini sekitar 30%-35% dari total pendapatan, tidak banyak perubahan,” kata Bambang.
Bambang Ibrahim, Direktur PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), menjelaskan permintaan terhadap karet alam diperkirakan tetap terutama dari industri otomotif dan penerbangan, namun pertumbuhannya tidak akan terlalu tinggi. Saat ini harga karet mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, sehingga dia belum dapat memproyeksikan kontribusi penjualan karet terhadap pendapatan perusahaan tahun depan.
Produksi Jaya Agra juga masih dalam proses penghitungan. Tahun depan perusahaan akan menambah areal lahan menghasilkan seluas 500 hektare sehingga total lahan tanaman menghasilkan menjadi 5.000 hektare.
Fadhil Hasan, Pengamat Ekonomi Pertanian Institute for Development of Economics and Finance Indonesia, mengatakan gejolak ekonomi yang terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat masih belum diketahui levelnya, apakah berat, moderat, atau ringan tetapi berkelanjutan. Sampai kuartal IV dampak gejolak ekonomi dunia telah terlihat dari penurunan harga komoditas global.
Jika terjadi penurunan ekonomi global, Indonesia tidak dapat berharap banyak pada negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan bisnis cepat (emerging markets) seperti China dan India. Masalahnya kedua negara ini juga memiliki pasar ekspor ke negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Artinya, dapat terjadi dampak tidak langsung terhadap Indonesia apabila terjadi penurunan volume ekspor China dan India ke Eropa atau Amerika Serikat. (*)/FT
0 comments:
Posting Komentar