BUDIDAYA GAHARU
Posted byGaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wewangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak 2000 tahun yang lalu telah menjadi komoditi perdagangan Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur. Dewasa ini budidaya gaharu sudah mulai dilakukan di beberapa tempat, dan menunjukkan prospek yang sangat baik. Pengelolaan tanamannya tidak berbeda dengan tanaman lainnya. Perawatan yang intensif dapat memacu pertumbuhan sehingga seperti di Vietnam sudah bisa dilakukan inokulasi pada tanaman usia 4 tahun.
Gaharu dihasilkan oleh tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri khas bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol.
Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Tanaman gaharu tidak terlalu sulit dibudidayakan. Sesuai dengan kondisi habitat alami, gaharu tumbuh baik pada dataran rendah hingga berbukit (< 750 mdpl). Jenis Aquilaria spp. tumbuh optimal pada jenis tanah podsolik merah kuning, tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik, iklim A hingga B, kelembaban 80%, suhu 22 sampai 28 derajat celsius, curah hujan berkisar 2000 hingga 4000 mm per tahun. Pohon gaharu kurang baik tumbuh pada tanah tergenang, rawa, ketebalan solum < 50 cm, pasir kwarsa, tanah pH < 4.
Gaharu sebaiknya ditanam sebagai tanaman sela dan berada di bawah naungan tegakan lain misalnya : karet, sawit, atau durian, karena gaharu bersifat toleran terhadap cahaya (butuh naungan). Jika ditanam monokultur dan tanpa naungan maka risiko kegagalan penanaman lebih tinggi. Jarak tanam bisa 3 x 3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5 x 3 m sampai 2.5 x 5 meter. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu ± 3 m dari tanaman tersebut. Ukuran lubang tanam dibuat 40 x 40 x 40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan ± 1 minggu, agar lubang tanam bisa beraerasi dengan udara luar. Lalu masukkan pupuk dasar, yang merupakan campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3 : 1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Selanjutnya beberapa minggu kemudian pohon gaharu, siap untuk ditanam. Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dilanjutkan pada jam 4 petang harinya.
Perawatan tanaman dengan pemupukan bahan organik sangat disarankan. Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun bisa setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah tajuk tanaman. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Ini dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman optimal dan menghasilkan performa batang yang baik. Pemangkasan cabang harus dilakukan untuk memacu pertumbuhan vertikal pohon sehingga diameter pohon dapat berkembang sesuai yang diharapkan dan menghasilkan jaringan batang yang siap untuk dilakukan inokulasi. Disamping itu pemangkasan juga bertujuan untuk mengendalikan hama kutu putih yang hidup di bawah daun, bila kondisi lingkungan lembab, disamping aplikasi Tiodane, Decis, atau Reagent.
Biasanya tanaman sudah siap untuk diinokulasi pada usia 6 tahun. Akan tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan usia untuk menghasilkan gaharu. Hal tersebut sangat tergantung dengan diameter tanaman. Pembuatan lubang inokulasi lebih kurang 1/3 diameter pohon secara spiral dan vertical dengan spasi yang bervariasi agar tidak menyebabkan pohon rentan patah.

0 comments:
Posting Komentar