Kamis, 7 Januari 2010 18:18
Kendati bisnis di perkebunan sawit sangat menjanjikan prospeknya, namun sepanjang tahun 2009, belum ada penambahan luasan perkebunan sawit.
Riauterkini-PEKANBARU-Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Riau, Wisnu Oriza Suharto kepada Riauterkini Kamis (7/1/09) menyebutkan bahwa kendati harga CPO dan tandan buah segar sawit berfluktuatif di sepanjang tahun 2009, namun secara garis besar masih terbilang stabil. Bahkan seringkali harga CPO di pasar Eropa yang sangat mempengaruhi harga TBS di tingkat petani terjadi kenaikan.
Namun demikian, kondisi bisnis perkebunan sawit di Riau tahun 2009 cenderung stagnan. Pasalnya, belum ada perusahaan yang berekspansi memperluas areal perkebunan. Selain kepengurusan perijinannya lama, juga lahan yang memang sulit untuk dilakukan ekspansi.
"Sejauh ini, belum ada perusahaan sawit yang menjadi anggota Gapki Riau yang melakukan ekspansi untuk penambahan luasan perkebunan sawit mereka. Banyak faktor yang menyebabkannya kendati bisnis komoditas sawit di pasar Eropa cukup menjanjikan. Sebabnya masalah perijinan dan keberadaan lahan," terangnya.
Kata Wisnu, namun jika ditotal jumlah kebun sawit di Riau tahun 2009, berkemungkinan besar terjadi penambahan kendati prosentasenya kecil. Penambahan kawasan perkebunan lebih banyak di kebun sawit swadaya masyarakat. Jumlahnya kecil-kecil, di angka puluhan hektar.
"Daya tarik kebun sawit di masyarakat cukup besar. Hal itu membuat kebun sawit swadaya masyarakat akan terus terjadi penambahan. Jumlahnya tidak bisa terdeteksi secara maksimal. Pasalnya, warga yang membuat kebun sawit skala kecil, biasanya tidak mengurus perijinan," terangnya. ***(H-we)
Kendati bisnis di perkebunan sawit sangat menjanjikan prospeknya, namun sepanjang tahun 2009, belum ada penambahan luasan perkebunan sawit.
Riauterkini-PEKANBARU-Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Riau, Wisnu Oriza Suharto kepada Riauterkini Kamis (7/1/09) menyebutkan bahwa kendati harga CPO dan tandan buah segar sawit berfluktuatif di sepanjang tahun 2009, namun secara garis besar masih terbilang stabil. Bahkan seringkali harga CPO di pasar Eropa yang sangat mempengaruhi harga TBS di tingkat petani terjadi kenaikan.
Namun demikian, kondisi bisnis perkebunan sawit di Riau tahun 2009 cenderung stagnan. Pasalnya, belum ada perusahaan yang berekspansi memperluas areal perkebunan. Selain kepengurusan perijinannya lama, juga lahan yang memang sulit untuk dilakukan ekspansi.
"Sejauh ini, belum ada perusahaan sawit yang menjadi anggota Gapki Riau yang melakukan ekspansi untuk penambahan luasan perkebunan sawit mereka. Banyak faktor yang menyebabkannya kendati bisnis komoditas sawit di pasar Eropa cukup menjanjikan. Sebabnya masalah perijinan dan keberadaan lahan," terangnya.
Kata Wisnu, namun jika ditotal jumlah kebun sawit di Riau tahun 2009, berkemungkinan besar terjadi penambahan kendati prosentasenya kecil. Penambahan kawasan perkebunan lebih banyak di kebun sawit swadaya masyarakat. Jumlahnya kecil-kecil, di angka puluhan hektar.
"Daya tarik kebun sawit di masyarakat cukup besar. Hal itu membuat kebun sawit swadaya masyarakat akan terus terjadi penambahan. Jumlahnya tidak bisa terdeteksi secara maksimal. Pasalnya, warga yang membuat kebun sawit skala kecil, biasanya tidak mengurus perijinan," terangnya. ***(H-we)
0 comments:
Posting Komentar