PEKANBARU (Rakyat Riau)- Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) menyorot kepemimpinan Gubernur Wan Abu Bakar. Wan dinilai tak cepat tanggap dalam mencarikan solusi terhadap kondisi yang menimpa petani sawit saat ini. Hal ini disampaikan Ketua Harian FKPMR Al-Azhar kepada sejumlah wartawan dalam keterangan persnya Senin (17/11) di gedung FKPMR. Ia menyebutkan, seharusnya Gubernur Wan dan jajaran pemerintahannya bisa cepat mencarikan solusi dengan membuat kebijakan terhadap anjloknya harga sawit yang terjadi saat ini.
"Seharusnya pemerintah provinsi cepat dan tanggap dalam menykapi persoalan ini, ada ribuan petani sawit di Riau ini yang terancam penghidupannya," kata Al-Azhar.
Ketidak tanggapan Wan terhadap nasib petani sawit ini juga didasari FKPMR atas sikap yang ditunjukkan Wan ketika FKPMR ingin beraudiensi guna menyampaikan masukan berupa solusi yang bisa dilakukan Pemprov Riau terhadap permasalahan sawit ini.
"Kita ingin audiensi dengan beliau guna menyampaikan pokok pikiran solusi jangka pendek yg bisa dilakukan Pemprov Riau, guna meningkatkan lebih tinggi lagi harga sawit dari keturunan harga yang terjadi. Akan tetapi jawaban untuk audiensi itu baru diterima tiga minggu setelah itu, dan itupun hanya melalui telepon. Dan kita memutuskan untuk jadi beraudiensi dengan Wan Abubakar," tegas Al Azhar.
Menurut Al-Azhar yang pada saat memberi keterangan tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum FKPMR Kol (Purn) Abbas Jamil, ada tiga solusi jangka pendek yang ditawarkan FKPMR agar tidak terjadi lagi petani sawit yang stres sampai-sampai ada yang mau bunuh diri.
Solusi pertama adalah mengusulkan penambahan jangka waktu kredit perbankan bagi petani.Pemprov Riau diharapkan bisa melakukan pertemuan dengan pihak perbankan guna merumuskan masalah tersebut, mereka para petani yang berhutang kredit agar bisa diberi jangka waktu yang lebih panjang lagi untuk menyelesaikan hutangnya.
Solusi yang kedua adalah memberi subsidi harga, bukan subsidi pupuk dan sebagainya. Sebab, kalau pupuk yang disubsidi, harga juga bisa dipermainkan.
"Dan yang ketiga adalah dengan mengalihkan biaya ekspor ke asosiasi petani sawit. Ini dilakukan guna mengatasi jika terjadinya krisis seperti yang terjadi saat ini," ungkapnya. (nik)
http://rakyatriau.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1469&Itemid=1
"Seharusnya pemerintah provinsi cepat dan tanggap dalam menykapi persoalan ini, ada ribuan petani sawit di Riau ini yang terancam penghidupannya," kata Al-Azhar.
Ketidak tanggapan Wan terhadap nasib petani sawit ini juga didasari FKPMR atas sikap yang ditunjukkan Wan ketika FKPMR ingin beraudiensi guna menyampaikan masukan berupa solusi yang bisa dilakukan Pemprov Riau terhadap permasalahan sawit ini.
"Kita ingin audiensi dengan beliau guna menyampaikan pokok pikiran solusi jangka pendek yg bisa dilakukan Pemprov Riau, guna meningkatkan lebih tinggi lagi harga sawit dari keturunan harga yang terjadi. Akan tetapi jawaban untuk audiensi itu baru diterima tiga minggu setelah itu, dan itupun hanya melalui telepon. Dan kita memutuskan untuk jadi beraudiensi dengan Wan Abubakar," tegas Al Azhar.
Menurut Al-Azhar yang pada saat memberi keterangan tersebut juga dihadiri oleh Ketua Umum FKPMR Kol (Purn) Abbas Jamil, ada tiga solusi jangka pendek yang ditawarkan FKPMR agar tidak terjadi lagi petani sawit yang stres sampai-sampai ada yang mau bunuh diri.
Solusi pertama adalah mengusulkan penambahan jangka waktu kredit perbankan bagi petani.Pemprov Riau diharapkan bisa melakukan pertemuan dengan pihak perbankan guna merumuskan masalah tersebut, mereka para petani yang berhutang kredit agar bisa diberi jangka waktu yang lebih panjang lagi untuk menyelesaikan hutangnya.
Solusi yang kedua adalah memberi subsidi harga, bukan subsidi pupuk dan sebagainya. Sebab, kalau pupuk yang disubsidi, harga juga bisa dipermainkan.
"Dan yang ketiga adalah dengan mengalihkan biaya ekspor ke asosiasi petani sawit. Ini dilakukan guna mengatasi jika terjadinya krisis seperti yang terjadi saat ini," ungkapnya. (nik)
http://rakyatriau.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1469&Itemid=1
0 comments:
Posting Komentar