ಪೆನಂಗಣನ್ ಅನಕ್ autisme
Posted byKomunikasi Efektif Anak Autis
Ala "Indocare"
Kunci keberhasilan dari proses penyembuhan anak autis adalah terapi yang teratur dan berkesinambungan. Pemberian terapi itu pun tidak berhenti hanya sampai di pusat terapi, tetapi terus dilanjutkan di rumah. Penanganan yang tepat akan mempercepat proses penyembuhan.
Belajar dari pengalaman itu, Yayasan Inti Nusa Dharmabhakti Optima membuka pusat pelatihan dan pengembangan sumber daya bagi anak dengan gangguan autis yang diberi nama "Indocare" (Indonesia Centre for Autism Resource and Expertise). Indocare yang berlokasi di kompleks pertokoan Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara itu merupakan afiliasi dari jaringan pusat pelatihan anak autisme di dunia.
"Karena itu metode pelatihan yang kami gunakan merujuk pada pengalaman negara-negara maju dalam penanganan anak-anak autis. Karena itu, pada tahap awal pelatihan ini akan dilakukan dalam bahasa Inggris," ujar Ketua Yayasan Inti Nusa Dharmabhakti Optima, Juny Gunawan dalam penjelasannya kepada wartawan, di Jakarta, pekan lalu.
Namun, ditambahkan Juny Gunawan, penggunaan bahasa Inggris dalam pelatihan itu tidaklah bersifat permanen. Pihaknya akan membuka pelatihan dalam bahasa Indonesia pada sesi pelatihan berikutnya.
"Tahap awal ini merupakan pembentukan tim inti untuk penyelenggaraan pelatihan berikutnya. Setelah itu, kami akan menggunakan bahasa Indonesia untuk orang-orang yang ingin jadi terapi tetapi tidak bisa berbahasa Inggris," ujarnya.
Kapabilitas tenaga pengajar Indocare tak diragukan lagi. Itu terlihat dari nama Dr Lucy Pou, pakar autis dari Singapura yang menjabat sebagai Direktur Profesional Services. Doktor lulusan University of London sudah lebih dari 10 tahun mendalami penanganan anak-anak dengan gangguan autisma.
Juni Gunawan mengatakan, Indocare selain menjadi pusat pelatihan bagi terapi untuk anak autis juga membuka layanan profesional dan sumber daya khusus bagi anak yang mengalami autisma berusia 2,5 tahun sampai dengan 12 tahun. Indocare memberi dukungan pelayanan terutama pada bidang terapi oleh profesional seperti terapi bicara dan bahasa, terapi occupational dan terapi psiko-edukasi termasuk juga sesi konsultasi untuk anak-anak dengan autisme.
"Sasaran dari layanan yang kami tawarkan adalah bekerjasama dengan anak dan keluarganya agar anak tersebut dapat keluar dari dunianya sendiri dan secara aktif dapat berpartisipasi di luar dunianya," katanya.
Lucy Pou menjelaskan, komunikasi memainkan peranan yang sangat penting dalam penanganan anak dengan gangguan autisme. Tujuan komunikasi adalah untuk mengungkapkan keinginan, mengekspresikan perasaan dan bertukar informasi.
"Banyak anak autis yang mampu bicara, namun sebenarnya mereka belum memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang mereka ucapkan dan diucapkan orang lain. Tidak jarang ada anak autis yang bisa lancar mendeskripsikan sesuatu, menghafal lagu, meniru jingle iklan, membaca dengan baik, tetapi tetap gagal bila diajak tanya jawab mengenai kejadian sehari-hari," katanya.
Untuk berinteraksi dengan anak autis, Lucy menambahkan, orangtua dan pendidik bisa menggunakan ekspresi wajah, gerak isyarat, mengubah nada suara, menunjuk gambar, menunjuk tulisan, menggunakan papan komunikasi, dan menggunakan simbol-simbol.
"Cara-cara tersebut tidak hanya dapat digunakan secara tersendiri, tetapi juga dapat digabungkan sehingga membentuk pesan yang lebih "kuat"," katanya.
Pada umumnya anak-anak autis memiliki kemampuan menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk mengingat dan belajar, bila diperlihatkan gambar atau tulisan dari benda-benda, kejadian, tingkah laku maupun konsep-konsep abstrak. Dengan melihat gambar dan tulisan, anak autis akan membentuk gambaran mental atau image yang jelas dan relatif permanen dalam benaknya.
Sebaliknya, bila materi yang dipelajari hanya diucapkan saja, mereka akan mudah melupakannya karena daya ingat mereka amat terbatas. "Oleh karena itu, dalam melakukan terapi gunakan sebanyak mungkin kartu-kartu bergambar dan alat bantu visual lain untuk membantu mereka mengingat. Anak-anak yang tergolong autis verbal pun tetap membutuhkan alat bantu visual," katanya.
Kemampuan melakukan komunikasi yang efektif (bukan sekadar bicara) bagi anak autis amatlah penting. Tanpa kemampuan tersebut anak akan mudah frustrasi dan menunjukkan gangguan perilaku karena kebutuhan-kebutuhannya tidak bisa dipenuhi lingkungannya. Ia juga merasa kesepian karena merasa berbeda dari lingkungannya, sehingga makin menarik diri serta makin asyik dengan dunianya sebagai kompensasi.
Sering kali "malasnya" anak berkomunikasi justru disebabkan oleh orang-orang di sekelilingnya yang gemar memberikan perlakuan istimewa. Apabila orang di rumah selalu memenuhi kebutuhan anak sebelum anak sempat meminta, otomatis anak tidak merasakan perlunya komunikasi.
"Karena itu, usahakan untuk selalu menunggu anak melakukan sesuatu (bisa menarik tangan, menunjuk, mengucap kata tertentu) sebelum kita memberikan apa yang diinginkannya. Makin sering anak dituntut berinteraksi, makin besar keinginannya berkomunikasi," tuturnya.
Lucy mencontohkan, bila anak senang dipeluk, ajarkan bagaimana anak bertingkah laku bila ingin dipeluk. Yaitu, dengan membuka kedua tangan lebar-lebar dan menghampiri atau sambil berkata peluk. "Jika ia berkata peluk, maka dia akan mendapat pelukan itu. Bila anak senang bermain bola, ajak dia untuk menunjuk gambar bola pada pintu lemari mainan," katanya.
Karena kesulitan anak-anak autis dalam memahami hal-hal yang sifatnya abstrak, maka perkenalkanlah dulu nama-nama obyek yang sifatnya konkret dan dapat disentuh. Pilih obyek-obyek yang dekat dengan kehidupan anak seperti makanan, mainan, pakaian dan obyek favorit anak. Sesering mungkin beri label benda-benda di sekelilingnya sehingga perbendaharaan kata anak bertambah. "Jangan terburu-buru mengajarkan kata sifat bila anak masih kesulitan memahami kata benda," ucapnya
Selain itu, orangtua juga bisa menimbulkan minat anak untuk lebih aktif berkomunikasi dengan mengikuti prinsip-prinsip berikut: Beri tanda bahwa orangtua mengharapkan respons anak dengan tidak bicara, melakukan kontak mata, alis terangkat, dan mulut sedikit terbuka.
Berilah situasi di mana anak harus berkomunikasi untuk memperoleh keinginannya. (Tri Wahyuni)
0 comments:
Posting Komentar