Saat ini kita tengah menghadapi ancaman pemasanan global. Selama 100 tahun terakhir, rata-rata suhu bumi telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celcius, dan diperkirakan akan meningkat sebesar 1,4 sampai 5,8 derajat Celcius pada 2050. Adapun penyebab utama pemanasan bumi ini adalah pembakaran bahan bakar fosil terutama batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas karbondioksida (Co2) dan gas-gas lainnya yang disebut sebagai gas rumah kaca ke atmosfer bumi.
Gas rumah kaca analog dengan kaca yang melapisi bumi. Panas matahari yang masuk ke bumi berupa radiasi gelombang pendek dapat menembus lapisan gas rumah kaca dan kemudian sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang.
Namun radiasi gelombang panjang memiliki daya tembus terbatas maka, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa terhalang oleh permukaan gas gelas kaca dan terperangkap di dalam bumi. Seperti halnya rumah kaca pada budidaya pertanian, dimana kaca berfungsi sebagai penahan panas untuk menghangatkan rumah kaca.
Dampaknya adalah kenaikan temperatur atmosfer yang kemudian menimbulkan pemanasan global yang beresiko mengakibatkan pemusnahan berbagai jenis keanekragaman hayati, peningkatan frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir, pencairan es dan glasier di kutub, peningkatan jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan, kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas, kenaikan suhu air laut penyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia, meningkatnya frekuensi kebakaran hutan, menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah -daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (WWF, 2007).
Perkebunan dan Isu Pemanasan.
Upaya penanggulangan pemanasan global adalah dengan pengurangan jumlah gas Co2 di atmosfir dengan mereduksi pemanfaatan bahan bakar fosil dan produksi gas rumah kaca, menekan atau menghentikan penggundulan hutan, serta penghutanan kembali tanah-tanah kritis secara besar-besaran untuk menciptakan wilayah serapan gas Co2. Serta melokalisasi gas Co2 atau dengan menangkap dan menyuntikkannya ke dalam sumur-sumur minyak bumi.
Peran perkebunan menjadi sangat penting terkait dengan hal tersebut. Karena dapat berperan sebagai wilayah serapan CO2. Tanaman perkebunan yang bersifat tahunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, kakao dapat sekaligus menjadi tanaman penghijauan untuk lahan-lahan gundul atau kritis yang di sisi lain memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat.
Tanaman perkebunan seperti jambu mente dan jarak pagar merupakan jenis tanaman yang cocok untuk konservasi lahan karena dapat tumbuh dengan baik di lahan kritis dan relatif mampu bertahan di wilayah kering. Terkait dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, maka penggunaan bahan bakar bio-fuel menjadi solusi terbaik, yang juga dihasilkan dari produk tanaman perkebunan seperti minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak jarak pagar, tetes tebu dsb.
Kebijakan Perkebunan
Oleh sebab itu untuk kebijakan perkebunan ke depan tidak saja hanya berkutat pada peningkatan produktivitas saja, namun juga mengintroduksi isu pemanasan global. Penanggulangan pemanasan global memang tidak secara langsung berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun pemberantasan kemiskinan, namun permasalahan ini sangat terkait dengan kelangsungan hidup umat manusia di masa yang akan datang.
Hanya saja dampaknya tidak bersifat masif melainkan gradual, perlahan tapi pasti akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia. Banyak pihak yang terlena demikian juga pemerintah, dengan kurang memperhatikan isu ini. Dampaknya sudah mulai di depan mata, bahwa berbagai bencana yang terjadi di Indonesia bahkan di dunia yang mengakibatkan terjadinya musim panas yang berkepanjangan di berbagai negara atau musibah banjir, longsor di berbagai wilayah di Indonesia adalah dampak adanya pemanasan global.
Departemen Pertanian dalam hal ini perlu segera mengintroduksi isu pemanasan global melalui kebijakannya dan tidak hanya terfokus pada permasalahan peningkatan produktivitas semata. Karena tanggung jawab untuk memelihara bumi dan segala kehidupannya adalah tanggung jawab setiap pihak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
2011 News
Africa
AGRIBISNIS
Agriculture Business
Agriculture Land
APINDO
Argentina
Australia
Bangladesh
benih bermutu
benih kakao
benih kelapa
benih palsu
benih sawit
benih sawit unggul
Berita
Berita Detikcom
Berita Info Jambi
Berita Kompas
Berita Padang Ekspres
Berita Riau Pos
Berita riau terkini
Berita Riau Today
Berita Tempo
bibit sawit unggul
Biodiesel
biofuel
biogas
budidaya sawit
Bursa Malaysia
Cattle and Livestock
China
Cocoa
Company Profile
Corn
corporation
Cotton
CPO Tender Summary
Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO)
Dairy
Dairy Products
Edible Oil
Euorope
European Union (EU)
FDA and USDA
Fertilizer
Flood
Food Inflation
Food Security
Fruit
Futures
Futures Cocoa and Coffee
Futures Edible Oil
Futures Soybeans
Futures Wheat
Grain
HUKUM
India
Indonesia
Info Sawit
Investasi
Invitation
Jarak pagar
Kakao
Kapas
Karet
Kebun Sawit BUMN
Kebun Sawit Swasta
Kelapa sawit
Kopi
Law
Lowongan Kerja
Malaysia
Meat
MPOB
News
Nilam
Oil Palm
Oil Palm - Elaeis guineensis
Pakistan
palm oil
Palm Oil News
Panduan Pabrik Kelapa Sawit
pembelian benih sawit
Penawaran menarik
PENGUPAHAN
perburuhan
PERDA
pertanian
Pesticide and Herbicide
Poultry
REGULASI
Rice
RSPO
SAWIT
Serba-serbi
South America
soybean
Tebu
Technical Comment (CBOT Soyoil)
Technical Comment (DJI)
Technical Comment (FCPO)
Technical Comment (FKLI)
Technical Comment (KLSE)
Technical Comment (NYMEX Crude)
Technical Comment (SSE)
Technical Comment (USD/MYR)
Teknik Kimia
Thailand
Trader's Event
Trader's highlight
Ukraine
umum
USA
Usaha benih
varietas unggul
Vietnam
Wheat
0 comments:
Posting Komentar