Harga minyak sawit pada tahun lalu tinggi akibat adanya penerbangan global dari asset resiko dan saat kedatangan analisis industri Malaysia minggu depan untuk menghadiri konferensi.
Adanya permintaan yang tinggi dari India dan Amerika dan didukung musim kemarau di Indonesia telah mendorong harga minyak sawit mencapai harga tertingginya. Karena minyak tersebut telah digunakan sebagai produk minyak goreng, kosmetik seperti sabun dan juga sebagai bahan bakar.
Disamping itu juga adanya permintaan dari sektor makanan yang selama ini belum ada yang dapat menyaingi dari kompetitor lainnya.
Secara keseluruhan minyak sawit sudah mencapai 40 persen ekspansinya termasuk minyak sayur dan bahan bakar sehingga dapat mendorong investasi pada indeks perkebunan yang sudah mencapai 55% sejak Januari tahun lalu.
Bursa Malaysia akan membuka konfernsi price outlook pada tanggal 12-14 Maret mendatang yang akan dihadiri oleh pakar-pakar industri minyak sawit, dimana mereka akan memberikan forecast harga minyak sawit. Sehingga harga pada tahun ini akan lebih baik.
Analisis memperkirakan akan ada strong demand pada sektor makanan dari India pada tahun ini karena adanya panen yang jelek dari India pada tahun lalu dan itu berdampak pada tahun ini.
India sendiri untuk tahun 2007 ini, output oilseednya diperkirakan jatuh hingga 2 juta ton dan hanya mencapai 21.98 juta ton , menurut Organisasi Pusat Industri Perdagangan oil. Dan negara tersebut mengimpor minyak sayur pada tahun ini mendekati 6.1 juta ton.
Selain India, China dan Amerika juga secara kontinyu mengimpor minyak sawit sebagai bahan alternatif pengganti bahan konsumsi untuk minuman dan minyak hydrogen.
Menurut USDA, negara Amerika dalam tahun 2006 sudah mengimpor minyak sawit lebih dari 50% dari jumlah 625.954 ton yang diimpor sejak tahun 2003 lalu.
Produksi edible oil meningkat dari 1.2 juta ton menjadi 1.3 juta ton pada tahun ini. kata pakar industri di Malaysia. Sedangkan India sendiri akan mengimpor 1 juta ton sebagai tambahan. Dan itu hanya dari segi sektor makanan belum dari sektor bahan bakar.
Untuk Indonesia sebagai produsen ke 2 produk minyak sawit saat ini sedang mengalami masalah karena adanya musim kemarau yang berkepanjangan sebagai gejala El nino. Sehingga sangat sulit untuk mengekspor minyak sawit dari Indonesia.
Adanya penurunan yang tajam pada minyak sawit tahun lalu membuat sentiment pelaku pasar kurang bergairah untuk ikut pada tahun ini.
Meskipun banyaknya ketidak percayaan dari para pelaku pasar, namun sentimen bullish masih tetap bertahan hingga saat ini.
0 comments:
Posting Komentar